Loading...
INDONESIA
Penulis: Endang Saputra 14:46 WIB | Rabu, 12 November 2014

Menag: Radikalisme Kini Bersinggungan dengan Pelajar

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (Foto: dok.satuharapan.com/Dedy Istanto)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengakui bahwa budaya global dan paham-paham radikal kini telah bersinggungan dengan pelajar.

Menurutnya, hal ini perlu mendapat perhatian serius semua pihak, khususnya yang memiliki tanggung  jawab dalam bidang pendidikan.

“Para remaja atau pelajar saat ini mudah berinteraksi dengan dunia luar seiring makin pesatnya teknologi komunikasi,” kata Menag ketika membuka Perkemahan Rohis Tingkat Nasional I 2014 yang digelar Direktorat Pendidikan Islam Kementerian Agama  di Bumi Perkemahan Cibubur Jakarta Timur, Rabu (12/11).

Menag mengatakan, kewajiban semua pihak untuk membentengi para remaja tersebut dengan sikap moderat. Norma-norma agama maupun sosial harus dikedepankan, yang saat ini menjadi tuntunan Kurikulum 2013, yaitu sikap sosial dan spiritual. 

Menag menegaskan, suatu bangsa akan mencapai kemajuan dan kemakmuran apabila mampu melahirkan generasi cerdas, kreatif dan berakhlak mulia. Aset terbesar untuk kejayaan dan kemakmuran bangsa tergantung kepada ketersediaan sumber daya manusia berkualitas.

Untuk itu, Menag mengajak para guru untuk bisa memberi warna keunggulan kepada para pelajar. Ia meminta agar guru memberi pemahaman kepada mereka nilai Islam yang benar dan rahmatan lil alamin, agar menjadi generasi muslim, generasi qurani yang tangguh,  cerdas, kompetitif,  jujur, santun dan berakhlak mulia. Menag juga minta para pelajar untuk memahami Islam secara benar. 

“Islam adalah ajaran yang menebar kedamaian kepada alam semesta. Ajaran Islam mengajak diri sendiri dan sesama untuk membawa keselamatan di muka bumi,” kata Menag

Sebab, kata Menag perbedaan harus dihormati. Perbedaan hadir karena semua insan diharapkan untuk saling melengkapi, mengisi dan menyempurnakan. Bukan untuk memecah belah. Allah menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Semua itu dimaksudkan agar manusia bisa bersikap bijaksana.

“Jika Allah mau, tentu bisa saja diciptakan manusia sama. Tapi, Ia berkehendak lain. Manusia hadir di muka bumi dengan kemajemukannya,” kata Menag.

“Adanya perbedaan merupakan ujian bagi manusia untuk berlomba-lomba mencapai kebaikan.  Karena itu jadilah muslim Indonesia yang sejati. Islam yang menghormati perbedaan dan membawa keselamatan bagi alam semesta alam,” katanya.

(kemenag.go.id)

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home