Loading...
HAM
Penulis: Equivalent Pangasi 21:54 WIB | Rabu, 14 Mei 2014

Mencari Keadilan Lewat Buku Tragedi Mei 1998

Dewi Anggraeni, penulis buku "Tragedi Mei 1998 dan Lahirnya Komnas Perempuan". Buku tersebut diluncurkan secara resmi pada Rabu (14/5) di Function Room Gramedia Matraman, Jakarta Timur. (Foto: Equivalent Pangasi)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM  - Buku Tragedi Mei 1998 dan Lahirnya Komnas Perempuan lahir dari pengamatan dan penelusuran Dewi Anggraeni atas kerusuhan Mei 1998 yang merenggut ribuan korban jiwa di berbagai daerah, terutama korban perempuan dan etnis Tionghoa. Menurut Dewi, buku ini lahir bukan untuk menyalahkan, melainkan untuk mencari keadilan.

Buku yang diluncurkan pada Rabu (14/5) di Function Room Gramedia Matraman, Jakarta Timur itu menurut Dewi juga hendak mengungkapkan banyak hal yang mungkin belum diketahui masyarakat sehingga kebenaran dapat diungkap dan masyarakat tidak dibodohi.

“Saya tidak ingin membuat buku yang tebal menyeramkan sehingga orang takut membacanya. Saya ingin buku ini lebih fleksibel. Harapan saya, orang yang membaca buku ini dapat segera keluar dari pembodohan yang dilakukan secara sengaja dan sudah terjadi,” kata Dewi pada satuharapan.com.

Dia berharap setelah membaca buku ini dapat memahami apa yang sebenarnya terjadi pada saat itu.

“pembaca diharapkan dapat mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Dan, buku ini bukan untuk menyalahkan, melainkan untuk mencari keadilan,” kata dia.

Awalnya Tidak Percaya

Setelah sempat terdiam sejenak dan dengan suara bergetar, perempuan yang pada Mei 1998 menjadi wartawan The Jakarta Post itu menceritakan pengalamannya mendengar berbagai kekerasan yang terjadi pada Peristiwa Mei 1998, juga mengenai kekerasan seksual terhadap para perempuan terutama yang beretnis Tionghoa.

“Awalnya, saya tidak percaya. Terlalu kejam! Tidak mungkin orang Indonesia melakukan perbuatan seperti itu,” kata Dewi.

Berdasarkan penelusurannya, Dewi sangat yakin bahwa Peristiwa Mei 1998 adalah peristiwa yang disengaja dan telah direncanakan sejak jauh hari.

Film dokumenter Ceritakan Sekali Lagi yang kerap ditayangkan Komnas Perempuan untuk memperingati Peristiwa Mei 1998 juga ditayangkan pada peluncuran buku Dewi. Dalam tayangan tersebut, Komnas Perempuan mencatat telah terjadi 52 pemerkosaan, 14 pemerkosaan dengan penganiayaan, 10 penyerangan seksual, dan 9 pelecehan seksual.

Selain itu, Komnas Perempuan juga mencatat jumlah korban meninggal terbakar dari beberapa versi data. Tenaga Relawan Kemanusiaan (TRK) misalnya mencatat sebanyak 1.250 orang menjadi korban meninggal. Sementara itu, data Polri mencatat 463 korban dan KODAM mencatat 463 korban. Berbeda jauh dari ketiga data sebelumnya, Pemda DKI Jakarta mengatakan 288 orang meninggal terbakar dalam Peristiwa Mei 1998 tersebut.

Oleh karena itu, Dewi mengungkapkan harapannya atas peristiwa yang dianggapnya sebagai hasil rekayasa tersebut dapat diusut kembali.

“saya harap, dengan pengusutan lebih lanjut, nanti keluar hasil tentang siapa yang sebenarnya ada di belakang rekayasa ini,” kata Dewi.

Tragedi Mei 1998, Produk Pembodohan

Menurut Dewi, berbagai kekerasan yang terjadi selama Peristiwa Mei 1998 – yang disebutnya sebagai Tragedi Mei 1998 – adalah hasil rekayasa pihak-pihak yang memanfaatkan krisis ekonomi dan kondisi sosial-politik saat itu. Ia juga mengatakan sentimen rasial secara sengaja telah dibina untuk memicu terjadinya tragedi itu.

“Dari berbagai fakta yang terungkap, kini semakin terangkat ke permukaan bahwa sebetulnya yang terjadi adalah pembodohan dari pihak-pihak yang merekayasa tragedi itu,” katanya.

Dewi juga menceritakan bagaimana seorang pembaca sebuah media memberi komentar sinis terhadap sebuah artikel tentang tragedi Mei. Pembaca tersebut menulis bahwa mahasiswa adalah penyebab terjadinya tragedi Mei.

“Saya kira pembaca itu adalah salah satu korban pembodohan karena sebenarnya ia tidak tahu apa-apa tetapi berbicara nyaring,” kata Dewi.

Oleh karena itu, bagi Dewi yang terpenting sebagai langkah awal pemulihan luka batin atas tragedi itu adalah pengakuan, “pengakuan bahwa kekerasan seksual terhadap perempuan selama tragedi Mei 1998 itu benar terjadi. Dari pengakuan ini, kita bisa lebih menghargai para korban.”

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home