Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 18:33 WIB | Senin, 27 Juni 2016

Mendag: Impor Daging Kerbau India Makin Cepat Makin Baik

Sejumlah pedagang membawa hewan ternak sapi mereka yang akan dijual di Pasar Hewan Sunggingan, Boyolali, Jawa Tengah, hari Minggu (26/6). Menurut data Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pasar Hewan Sunggingan menjelang perayaan Idul Fitri penjualan hewan sapi mengalami penurunan dari 1200 ekor menjadi 800 ekor yang masuk di pasar tersebut, yang disebabkan sebagian peternak enggan menjual sapi mereka karena harga sapi lokal anjlok berkisar Rp 1 juta hingga Rp 2 juta per ekor, dampak dari daging impor masuk di Indonesia. (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM -  Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Thomas Trikasih Lembong, mengatakan pelaksanaan impor daging kerbau dari India semakin cepat makin baik guna memenuhi kebutuhan daging dalam negeri.

“Sementara yang diwacanakan ini daging kerbau. Setahu saya dalam rangka persiapan. Tapi hemat saya ya semakin cepat semakin baik,” kata Tom Lembong menjawab pertanyaan satuharapan.com di ruangan Komisi VI DPR RI, Komplek Parlemen, Jakarta, hari Senin (27/6).

Sementara itu, terkait jumlah daging kerbau yang diimpor dari negeri Barata itu, Mendag tidak dapat menyebutkan secara rinci. Dia hanya dapat memperkirakan daging kerbau yang diimpor mencapai ribuan ton.

“Setahu saya sih enggak gede-gede amat, beberapa ribu ton,” kata Tom.

Mendag menjelaskan keputusan mengimpor daging kerbau dari India merupakan salah satu langkah pemerintah menindaklanjuti paket deregulasi 1-12. Di mana salah satu pilihanya adalah mengubah impor dari negara-negara menjadi zona bebas penyakit mulut dan kuku (PMK).

“Sementara ini saya hanya bisa menyampaikan bahwa hemat saya kita harus terbuka pada berbagai macam opsi. Jadi ini juga bagian dari tindak lanjut paket kebijakan 1-12. Di mana salah satu paket kebijakan kan itu juga, PP (Peraturan Pemerintah) yang merubah dari negara - soal penyakit mulut dan kuku - menjadi zonasi, zona-zona,” kata Tom.

Mendag mengaku tujuan dari perubahan impor ke zonasi tersebut juga merupakan langkah untuk membuka peluang kepada pemasok-pemasok baru dan mengurangi pemasok-pemasok yang dominan selama ini. Dia berharap masyarakat dapat membedakan antara impor daging dan impor hewan hidup sebagai pilihan mengembangkan keragaman pemasok.

“Jadi tujuannya memang untuk membuka peluang-peluang baru, pemasok-pemasok baru supaya mengurangi dominasi daripada pemasok-pemasok tradisional. Jadi ini sudah dalam kajian, sudah dalam penyiapan beberapa bulan,” kata Tom.

“Dan memang kalau kita mau lebih efisien, lebih efektif, kita harus mendiversifikasi pemasok-pemasok daging dan mungkin suatu hari hewan hidup. Jadi mohon juga dibedakan dengan sangat importasi daging beda banget dengan importasi hewan hidup. Itu dua hal yang sangat-sangat berbeda,” dia menegaskan.

20 Juli 2016

Seperti diberitakan sebelumnya, pemerintah mengatakan daging kerbau impor dari India akan masuk ke pelabuhan di Indonesia pada 20 Juli mendatang.

Badan Urusan Logistik (Bulog) telah diberi tugas mengimpor 10.000 ton daging kerbau dari India sebagai strategi mengurangi lonjakan harga daging dan mengurangi ketergantungan pada impor dari Australia.

"Saat ini, kita berada dalam tahap akhir dari proses seleksi," kata juru bicara Bulog, Wahyu pada hari Jumat (23/6), sebagaimana dikutip oleh beefcentral.com.

"Kami mengharapkan daging kerbau beku dari India tiba di Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta Utara pada 20 Juli sampai 25 Juli," kata dia.

Sementara itu The Jakarta Post melaporkan Bulog saat ini telah memilih 10 rumah pemotongan hewan yang berbasis di wilauah bebas Penyakit Kaki dan Mulut (PMK) di India, berdasarkan rekomendasi oleh Kepartemen Pertanian.

Proses seleksi meliputi verifikasi bebas penyakit.

Pemerintah Indonesia baru saja mengesahkan peraturan yang memungkinkan  impor daging sapi dan atau daging kerbau dari negara-negara dengan zona bebas PMK, dengan persyaratan tertentu dan dengan kondisi yang mencakup kurangnya pasokan atau situasi darurat.

India masih belum diakui oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia sebagai negara bebas PMK, tapi India mengatakan memiliki beberapa zona bebas penyakit itu.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home