Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 18:36 WIB | Sabtu, 06 Februari 2016

Mendikbud Tolak Anggapan Pesantren Sumber Radikalisme

Ilustrasi: Menteri Pendidkan dan Kebudayaan Anies Baswedan (kedua dari kiri) saat tiba di Assembly Hall Jakarta Convention Center, Jakarta, dia disambut Pemimpin Redaksi Kompas Budiman Tanuredjo (kiri), Chief Executive Officer Kompas Gramedia Liliek Oetomo (kedua dari kanan), dan Direktur Perbankan Individu BCA Hendri Koenaifi (paling kanan). (Foto: Dok. satuharapan.com/ Prasasta Widiadi).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan  menegaskan bahwa tidak benar jika ada pemikiran bahwa pondok pesantren sebagai lahan subur radikalisme. “Pesantren bukan sumber radikalisme,” kata Anies  pada seminar nasional tentang pendidikan Islam di Jakarta, hari Sabtu (6/2).

Anies menyatakan masyarakat harus mengembangkan kemampuan kritis untuk menangkal paham-paham radikal. "Pikiran-pikiran yang menyimpang tentu dihadapi dengan kemampuan kritis. Kalau mempunyai kemampuan kritis ketika ada pemikiran yang tidak masuk akal apapun itu mental langsung," kata Anies.

Dalam kesempatan yang sama,  pakar pendidikan Fasli Jalal bahwa cara lembaga pendidikan Islam untuk membentengi diri agar tidak masuk paham-paham radikal dengan perlu ada keterbukaan.

"Sebenarnya ini esensi psikologi manusia. Anak-anak ini apa lagi dimasa puber memang ingin mencoba sesuatu yang berbeda," kata Fasli.

Jadi semakin anak terbuka menghadapi tantangan kehidupan maka semakin terbuka ia untuk menerima informasi dan mendiskusikan, maka akan semakin tahan anak tersebut terhadap pengaruh negatif.

"Kalau dia dicekoki dengan satu lini atau dogmantis lalu datang pengaruh baru yang atraktif yang sepertinya rasional dia langsung tunduk dan menjadi orang paling depan dan kalau perlu dia bawa bom di badannya," kata Fasli.

Pada Selasa (2/2) Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Saud Usman Nasution mengatakan saat ini pihaknya mengawasi beberapa pesantren di Indonesia yang tergolong berbahaya karena berpotensi menyebarkan radikalisme.

“Saat ini kami (BNPT, red) melakukan pengawasan terhadap pondok pesantren yang terindikasi pemasok teroris dari Indonesia,” kata Saud pada Dialog Deradikalisasi Menangkal Terorisme, hari Selasa (2/2) di Kantor DPP PKB, Jalan Raden Saleh I, Jakarta.    

Saud mengetahui hal tersebut, karena BNPT sepanjang lima tahun terakhir mendeteksi ada beberapa pejuang yang kembali dari Suriah dan merupakan alumnus  pesantren yang mengajarkan radikalisme.

Saud tidak mengumumkan nama pesantren tersebut, karena pihaknya masih akan melakukan penelitian lebih dalam dan tegas, karena dari berbagai pendekatan dengan mantan narapidana terorisme masih juga dilakukan. (Ant)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home