Loading...
OPINI
Penulis: Anil Dawan 14:12 WIB | Rabu, 02 Juni 2021

Mengamalkan Pancasila: Antara Pandemi dan Moderasi Beragama

Dr Anil Dawan MTh. (Foto: Dok. Pri)

SATUHARAPAN.COM - Peringatan Hari Lahirnya Pancasila tanggal 1 Juni merupakan momentumuntuk memaknai kebersamaan dan nilai-nilai fundamental yang berkaitan dengan pilar kehidupan berbangsa kita. Dari Sila Ketuhanan yang Maha Esa (Aspek Ketuhanan), Kemanusiaan yang adil dan beradab (aspek Kemanusiaan), Persatuan Indonesia (aspek Persatuan), Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan (aspek Musyawarah Mufakat), keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (aspek Keadilan) telah merangkul penuh kepingan puzzle keragaman bangsa menjadi mozaik yang indah. Saya ingat persis pada waktu SMA (Sekolah Menengah Atas) waktu belajar Pancasila, sila dan butir-butinya pada waktu itu ditekankan model penanaman nilainya, bahwa Pancasila tak cukup dihafalkan namun sekaligus juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Pengamalan Pancasila saat ini justru mendapatkan konteks tantangannya yaitu di saat pandemi melanda. Sebagaimana kita tahu pandemi Covid 19 adalah situasi krisis yang menghujam dan memporak porandakan kesehatan masyarakat dan roda ekonomi bangsa Indonesia dan bahkan dunia. Pembatasan sosial menyebabkan roda ekonomi berjalan lambat. Para korban yang terpapar Covid 19 juga mengorek biaya kesehatan masyararakat yang besar untuk pengobatan dan perawatan di rumah sakit. Sedangkan stigma menjadi pembelah masyarakat sehingga mereka cuek dan abai terhadap kepeduliaan sosial yang harus dibangun menolong tetangga dan sesama.

Secercah Harapan

Namun ditengah krisis melanda, masih ada asa sercercah harapan. Menurut survei yang dilakukan Kompas (31 Mei 2021) bahwa pengamalan Pancasila tergambarkan dalam hasil ini. Menurut responden dalam survei tersebut 53,2% yang mengatakan sudah diamalkan, sedangkan 41,7 % mengatakan belum dan 5,1% mengatakan tidak tahu. Indikator yang dilihat dari pengalaman Pancasila adalah pada aspek rasa solidaritas (73,8%), persatuan masyarakat ditengah pandemi dan pembatasan sosial (78,3%), kebijakan covid 19 yang berorientasi pada kepentingan masyarakat (72,8%), upaya mewujudkan kesejahteraan  sosial (63,8%).

Dari data- data tersebut kita patut mensyukuri bahwa ternyata Pancasila dan pengamalannya dalam kehidupan berbangsa cukup mampu mengatasi krisis akibat pandemi. Pancasila memiliki nilai-nilai yang mendorong ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan solidaritas sosial  kehidupan berbangsa. Sebagaimana penuturan kalimat bijak, “habis hujan akan tampak pelangi”, maka hasil survei tersebut menjadi semacam pelangi harapan untuk makin memperdalam pengamalan Pancasila dan tindakan, perilaku kehidupan sosial, berbangsa dan bernegara.

Dalam dialog-dialog kebangsaan muncul pernyataan yang menarik bahwa Pancasila diyakini adalah mukjizat kebangsaan bangsa Indonesia. Nampak bahwa ada kebanggaan terhadap Pancasila sebagai ikatan sosial, komunal dari berbagai keberagaman yang ada di Indonesia. Akan tetapi juga harus disadari ragam tantangan yang besar mulai dari globalisasi dan teknologi yang membuat semakin intens interaksi dan benturan nilai, ideologi dan pandangan dimana satu dengan yang lainnya bersaing, bukan bersanding.

Pertarungan ideologi menghasilkan masyarakat yang terfragmentasi. Pengaruh global memberikan derasnya arus informasi dengan ragam ideologi yang tak selalu sesuai dengan nilai, kultur dan budaya Pancasila. Sementara segregasi sosial tak kalah bahayanya sebagai laten yang muncul menjadi pemicu konflik horizontal atau bencana sosial yang bisa meluluhlantakkan sendi-sendi berbangsa dan bernegara.

Moderasai Beragama

Nampaknya salah satu intervensi yang bisa dijadikan upaya strategis salah satunya adalah moderasi beragama. Salah satu sila dasar yang diangkat dalam Pancasila adalah sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila ini membawa pada pengakuan akan kuasa Tuhan dalam keyakinan beragama. Agama menjadi panduan etika, moral dan sekaligus dorongan untuk berbuat kebaikan untuk membangun peradaban manusia yang makin beradab. Salah satu cara yang digaungkan adalah bagaimana membangun moderasi beragama.

Menurut Allisa Wahid, moderasi beragama adalah sebuah penguatan cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam perspektif jalan tengah. Suatu pandangan yang tidak ekstrim ke kanan atau ke kiri. Sebuah pandangan agama yang mampu meiningkatkan dan menguatan harmoni dan kerukunan umat beragama, meningkatkan kualitas pelayanan kehidupan beragama serta pengembangan ekonomi sumber daya keagamaan.

Berikutnya penyalarasan antara relasi beragama dengan budaya. Budaya Indonesia sangatlah bernilai luhur. Melalui budaya komunalitas, persaudaraan dan gotong royongnya, bangsa Indonesia telah membuktikan mampu melawan penjajah di masa lalu. Semangat persatuan dan kesatuan tidak terkoyak walau dihajar dengan serangan politik pemecah belah. Hingga kini kearifan lokal melawan pandemi juga nampak bersemi melalui progam seperti: Jogo Tonggo (Pemberdayaan masyarakat sebagai garda terdepan penanganan Covid 19 dengan menolong tetangga terdekat dalam lingkup RT dan RW). Oleh karena itu upaya-upaya kongkret dalam mengamalkan Pancasila melalui dan dialam praktek kehidupan beragama yang memiliki perspektif dan world view yang lebih subtantif dan inklusif. Suatu pemahaman agama yang dalam prakteknya mampu merangkul bukan memukul. Mampu mengajak dan bukan mengejek.

Akhirnya definisi moderasi agama yang adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama – yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan umum – berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa. Pemahaman definitif ini membutuhkan peran serta dan keterlibatan semua pihak yang mencintai bangsa Indonesia sebagai bangsanya. Dengan demikian bangsa Indonesia dan Pancasila menjadi rumah bersama yang terus dijaga tegak berdirinya dari segala ancaman dari dalam maupun luar, hingga terwujudnya kesejahteraan bersama. 

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home