Loading...
EKONOMI
Penulis: Prasasta Widiadi 09:11 WIB | Selasa, 03 Maret 2015

Mengapa Deflasi Terjadi padahal Beras Naik? Ini Jawaban BPS

Sasmito Hadi Wibowo, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS (kiri) dan Adi Lumaksono Deputi Bidang Statistik Produksi BPS (kanan) saat memberi penjelasan Indeks Harga Konsumen bulan Februari 2015. (Foto: Prasasta Widiadi).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Badan Pusat Statistik (BPS) menjelaskan banyak komoditi yang menjadi faktor pendorong dan komoditi yang menjadi faktor penghambat deflasi pada Februari 2015.

“Faktor yang mendorong deflasi antara lain, cabai merah, bensin, cabai rawit, tarif angkutan dalam kota, daging dan telur ayam ras,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo di Gedung BPS, Jakarta, Senin (2/3).

BPS mengumukan  sepanjang Februari 2015 terjadi deflasi atau penurunan rata-rata harga barang dan jasa sebesar 0,36 persen. Sasmito menjelaskan  deflasi bulan Februari masih dipengaruhi oleh turunnya harga BBM.

"Meskipun harga beras naik, harga bahan pokok yang lain turun," kata dia.

Sasmito menjelaskan cabai merah menjadi faktor pendorong karena memiliki andil terhadap deflasi sebesar -0,28 persen.

“Harga turun secara rata-rata nasional 39,66 persen disebabkan pasokan melimpah dan distribusi lancar karena sudah masuk masa panen. Penurunan harga terjadi di 80 kota IHK (Indeks Harga Konsumen), tertinggi penurunan di Merauke sebesar 65 persen dan Pangkal Pinang sebesar 63 persen,” kata Sasmito.

 Bensin, menurut Sasmito, memiliki andil terhadap deflasi sebesar -0,28 persen karena secara nasional harga rata-rata BBM turun 7,13 persen.

“Penyebabnya adalah penurunan harga minyak dunia dan kebijakan pemerintah. Penurunan terjadi di seluruh kota IHK dengan kisaran penurunan 6-9 persen,” kata Sasmito.

Sedangkan cabai rawit memiliki andil terhadap deflasi sebesar 0,09 persen.

“Secara nasional harga cabai rawit rata-rata turun 33,75 persen. Penurunan terjadi di 79 kota IHK dengan penurunan tertinggi di Merauke dan Pare-pare sebesar 70 dan 64 persen,” Sasmito menjelaskan.

 Tarif Angkutan dalam Kota turut andil terhadap inflasi 0,04 persen.

“Secara nasional harga tarif angkutan dalam kota turun 2 -2,83 persen. Disebabkan oleh menurunnya harga bahan bakar minyak bensin dan solar. Sebanyak 30 kota IHK, tertinggi di Palopo 30 persen dan Serang 29 persen,” Sasmito menjelaskan.

 Daging ayam ras menyumbang  deflasi sebesar 0,03 persen. Secara nasional harga daging ayam ras turun rata-rata 2,28 persen. Penurunan terjadi di 54 kota IHK, tertinggi di Tanjung Pandan 20 persen, dan Jambi 19 persen.

 Telur ayam ras menyumbang  terhadap deflasi 0,02 persen.

“ Secara nasional harga telur ayam ras rata-rata turun -2,34 persen. Penurunan di 59 kota IHK, tertinggi di Banyuwangi 14 persen, Mamuju, dan Sorong masing-masing 11 persen,” kata Sasmito.

Sementara faktor penghambat deflasi antara lain beras,tarif listrik, angkutan udara, sewa rumah, dan harga emas.

“Sewa rumah menyumbang  inflasI sebesar 0,02 persen dengan kenaikan harga rata-rata 0,49 persen. Kenaikan harga terjadi karena naiknya biaya perawatan rumah. Harga naik di 19 kota dengan kenaikan tertinggi di Bogor (Jawa Barat) dan Tangerang (Banten) sebesar 3 persen, dan Palu (Sulawesi Tengah)2 persen.  Sementara emas memberi andil  terhadap inflasi 0,02 persen dengan kenaikan harga rata-rata 1,56 persen. Kenaikan terjadi di 75 kota IHK, yang tertinggi terjadi di Bau-Bau, Samarinda, dan Balikpapan 4 persen,” Sasmito mengakhiri penjelasannya. 

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home