Loading...
DUNIA
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 13:34 WIB | Minggu, 13 November 2016

Mengenal Perusahaan Rintisan Galang Dana Bangun Palestina

Besan Abu Jouden, salah satu pendiri BuildPalestine. (Foto: Aljazeera)

RAMALLAH, SATUHARAPAN.COM – Cahaya lampu nampak menerangi sebuah kantor taman teknologi pertama di Ramallah. Di situ, nampak sekelompok pemuda berusia pertengahan 20an yang terlihat kurang tidur sedang membahas langkah selanjutnya untuk mempromosikan dan mengembangkan perusahaan rintisan (start-up) yang baru saja mereka luncurkan.

BuildPalestine adalah sebuah program penggalangan dana yang bertujuan untuk membangun kembali hubungan antara pendukung negara Palestina di seluruh dunia dengan rakyat Palestina hingga ke lapisan masyarakat paling bawah.

Program tersebut resmi diluncurkan minggu ini dengan tujuan untuk membangun paradigma alternatif untuk Palestina yang telah menerima lebih dari USD 23 miliar dari komunitas pendonor sejak Kesepakatan Oslo ditandatangani pada tahun 1993.

Palestina adalah salah satu negara penerima kapita terbesar dari pengembang internasional di dunia, namun kritikus percaya perusahaan penggalangan dana telah terdistorsi oleh perkembangan ekonomi Palestina dan agenda donor dana internasional telah ikut campur dalam urusan politik  internal.

Sementara itu, prospek  ekonomi Palestina tetap mengkhawatirkan, menurut laporan dari Bank Dunia yang terbaru. Badan internasional tersebut mengatakan pembatasan Israel termasuk blokade tepi Gaza disebut yang paling berperan dalam lambatnya pertumbuhan ekonomi Palestina. Akibatnya angka pengangguran meningkat dan stagnasi dalam pendapatan rata-rata warga Palestina. Penundaan bantuan juga mencegah pemulihan yang berarti di Gaza karena hanya 46 persen yang baru diterima dari USD 3,5 miliar yang dijanjikan pada Konferensi Kairo beberapa waktu yang lalu.

BuildPalestine mampu mengalahkan badan bantuan resmi yang ada untuk menghubungkan langsung antara masyarakat Palestina dengan pemberi bantuan.

“Tujuan keseluruhan adalah untuk menghubungkan dan melibatkan jutaan pendukung negara Palestina di seluruh dunia untuk membangun jaringan,” kata Besan Abu Joudeh, salah satu pendiri BuildPalestine kepada Aljazeera. Perempuan berdarah campuran Amerika-Palestina yang berusia 26 tahun itu pindah ke Ramallah tahun 2015 lalu dengan keinginan untuk berkontribusi membangun Palestina.

“Saya melihat banyak masalah dan masyarakat internasional tidak terlibat secara strategis menangani mereka. Itu adalah sumber daya yang besar,” kata dia. Dia menambahkan prioritasnya adalah untuk mendorong keturunan Palestina seperti dirinya bergerak membantu Palestina.

Untuk saat ini, timnya hanya mengambil proyek-proyek skala kecil yang akan memungkinkan untuk mendapatkan keuntungan dari suntikan dana maksimal sebesar USD 5000.

Setahun yang lalu, ada satu kelompok yang terdiri dari lima relawan yang merupakan bagian dari Asosiasi Layanan Darurat Medis Palestina, memutuskan untuk mulai memberi pelatihan pertolongan pertama kepada masyarakat di Gaza. Upaya ini bertujuan untuk menangani keadaan darurat sebelum ambulans tiba.

Hanan Abu Qaseem (28), salah satu penyelenggara, bekerja sebagai paramedis selama perang tahun 2014 di Gaza.

“Ambulans sering datang terlambat. Kadang-kadang mereka dicegah untuk masuk ke daerah-daerah tertentu,” kata dia kepada Aljazeera. “Melalui program ini saya yakin bisa menyelamatkan nyawa orang-orang Palestina.”

Dana bantuan tersebut akan digunakan untuk mencetak brosur, menyediakan kotak pertolongan pertama yang akan disebar di beberapa wilayah dan melatih beberapa relawan untuk melakukan pertolongan pertama.

BuuildPalestine memeriksa proyek dalam program tersebut di mana ruang lingkupnya berkisar di area pendidikan untuk pemuda dengan tujuan mengembangkan masyarakat. Saat ini dana yang terkumpul dapat mendukung berjalannya program beasiswa pendidikan tinggi untuk perempuan muda dari kamp pengungsi; program pendidikan oleh Museum Betlehem yang bertujuan untuk membawa pemuda Palestina lebih dekat dengan sejarah mereka melalui tur sekolah dan lokakarya bersubsidi; dan proyek yang berfokus pada terapi musik dan seni khusus perempuan Palestina.

Anggota tim mengatakan bahwa membangun kepercayaan dan rasa aman kepada pemberi bantuan adalah prioritas utama mereka. Itulah sebabnya mengapa program ini tidak terbuka bagi individu seperti yang dilakukan oleh badan amal lainnya.

“Sistem donor, caranya sudah diatur sedemikian rupa. Jika Anda sudah melaksanakan kewajiban Anda, dana tersebut akan langsung dijalankan sesuai dengan kebutuhan,” kata Abu Joudeh. “Ketika dana itu habis, organisasi lokal yang sudah ditunjuk tidak akan dapat melanjutkan proyek tanpa pendanaan dan saat ini sudah banyak proyek besar yang sedang berlangsung. Ini adalah kelemahan utama jika bergantung kepada pendonor berdasarkan ekonomi.”

“Pada tahun lalu, kami melihat bantuan untuk Palestina telah menurun secara signifikan di tengah krisis Suriah dan khususnya Eropa,” kata dia.

Sementara itu, menurut laporan yang diterbitkan tahun lalu, pasar penggalangan dana tumbuh pada tahun 2014 lebih dari 140 persen di Eropa dan Amerika Utara, sementara di Asia tumbuh lebih dari 300 persen.

Sebesar USD 3,6 miliar disumbangkan untuk kegiatan sosial melalui penggalangan dana di tahun yang sama, padahal ada lebih dari 344 program penggalangan dana di AS pada tahun 2013. Angka-angka itu terus tumbuh, mendorong Bank Dunia merilis sebuah studi yang berpotensi besar untuk wilayah selatan global.

“Sistem bantuan luar negeri, cara yang telah diterapkan dalam 20 tahun terakhir, telah benar-benar terdistorsi oleh pasar dan masyarakat Palestina,” kata ahli pengembangan bisnis yang juga bagian dari dewan penasihat BuildPalestine, Sam Bahour.

“Ini terjadi karena kecurigaan bagaimana menjamin angkatan kerja terstruktur dengan pertumbuhan gaji tinggi namun jam kerja pendek, pendanaan untuk pekerjaan internasional, yang membuat perusahaan dan LSM lokal mengalami kerugian.”

Dia juga menambahkan donor uang  pun dimasukkan dalam kegiatan agenda utama penggalangan bantuan. “Sebagai contoh, 42 persen masuk ke keamanan –bukan berarti warga Palestina merasa aman- sementara pendidikan, pertanian dan manufaktur benar-benar runtuh.”

Sementara itu, BuildPalestine belum dapat diandalkan untuk menggantikan atau mereformasi sistem bantuan. Mereka bekerja secara paralel. Mereka menyediakan kesempatan di mana dana bisa langsung disalurkan ke proyek. 

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home