Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 01:00 WIB | Sabtu, 16 Januari 2016

Menggirangkan Hati Allah

Mereka ingin melihat pengantin itu berbahagia di hari bahagia mereka.
Perkawinan di Kana (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – ”Demikianlah Allahmu akan girang hati atasmu” (Yes. 62:5). Bayangkan, Allah girang melihat umat-Nya! Allah bahagia menyaksikan keadaan Israel. Umat Israel, yang dikenal tegar tengkuk atau keras kepala itu, menyukakan hati Allah. Ini perubahan radikal.

Nubuat Yesaya ini berbicara tentang Israel pascapembuangan. Pada awalnya nubuat Yesaya selalu berorientasi pada hukuman atas Israel. Hukuman karena Israel telah mendukakan Allah. Israel telah mengkhianati Allah. Israel tak lagi memuliakan Allah, bahkan berpaling dari Allah. Israel menyembah allah lain. Karena itulah Allah menghukum umat-Nya.

Namun demikian, yang juga menarik untuk disimak, Allah tidak akan selama-lamanya menghukum Israel. Allah berjanji akan melepaskan Israel. Allah berjanji akan menyelamatkan Israel. Allah memang membenci dosa, tetapi Dia mengasihi umat yang berdosa. Inilah kabar baik itu. Inilah Injil itu: Allah membenci dosa, namun mengasihi manusia berdosa. Allah mengasihi umat-Nya.

Dan sebagai bangsa yang telah ditebus sebanyak dua kali, dari Mesir dan dari Babel, Yesaya mengingatkan bangsa itu untuk hidup dalam penebusan itu. Dengan kata lain, Israel harus hidup sebagai hamba Allah. Dan satu-satunya cara hidup sebagai hamba Allah ialah menggirangkan hati Allah.

 

Di Kana

Di Kana ada orang-orang yang juga ingin menggirangkan hati Allah, yang berawal dari kepedulian. Di Kana, ada kepedulian Maria terhadap pesta kawin itu. Maria tidak ingin suasana bahagia pesta kawin menjadi ajang gosip karena ada orang yang tidak kebagian anggur. Maria ingin suasana bahagia tetap dirasakan oleh pemangku hajat, terutama sepasang pengantin itu. Oleh karena itu, Maria merasa perlu melakukan sesuatu. Dia meminta Yesus untuk bertindak.

Di Kana ada pula kepedulian Yesus. Meski belum tiba bagi Yesus untuk memperlihatkan diri-Nya di muka umum. Yesus tidak kukuh dengan pendirian-Nya. Yesus mau memajukan waktunya. Tampaknya, mukjizat yang dilakukan-Nya itu memang bukan hanya karena dorongan Sang Ibu. Yesus pun peduli.

Di Kana terlihat pula kepedulian para pelayan-pelayan yang ada di situ dengan cara menaati perintah Yesus. Kita tidak pernah tahu siapa mereka. Yang pasti mereka bukanlah budak, tetapi orang-orang yang membantu dalam perhelatan perkawinan. Dan mereka tidak menolak saat Yesus meminta mereka mengisi enam tempayan itu, masing-masing isinya 80 hingga 120 liter, penuh dengan air. Bahkan, ketika diminta membawa ke pemimpin pesta, mereka pun taat.

Agaknya, sama seperti Maria dan Yesus, mereka pun prihatin dengan pesta itu. Mereka tidak ingin menyaksikan pesta itu berantakan. Mereka ingin melihat pengantin itu berbahagia di hari bahagia mereka. Mereka ingin membahagikan orang lain. Mereka senang melihat orang lain bahagia.

Membahagiakan pihak lain, itulah sesungguhnya hakikat pekerjaan Allah. Kalau Allah menyelamatkan Israel, pastilah Dia ingin membuat Israel berbahagia. Serentak dengan itu, Allah juga ingin melalui Israel semakin banyak orang berbahagia. Dan itulah yang dilakukan Maria, Yesus, dan para pelayan.

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home