Loading...
INSPIRASI
Penulis: Endang Hoyaranda 04:50 WIB | Senin, 08 Oktober 2018

Menolak Ketidakberdayaan

”Merasa tidak berdaya dan tidak bertindak, sama seperti merasa lapar dan memilih untuk tidak makan” (Naoshad Pochkhanawala, wirausahawan Canada).
Mahatma Gandhi (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Semut lawan gajah, siapa yang menang? Gajah itu makhluk besar yang teramat kuat. Hanya sedikit terinjak, manusia bisa gepeng. Namun, mengapa semut bisa menang melawan gajah? Karena semut yang kecil beramai-ramai dengan teamwork yang terkenal hebat itu bisa membangun strategi melawan satu ekor gajah.

Mahatma Gandhi menggunakan analogi gajah dan semut sebagai prinsip penting dalam perjuangan kemerdekaan India atas Inggris. Sesungguhnya Mahatma Gandhi adalah pahlawan dunia karena ia telah membuktikan betapa orang yang ditekan bisa membalik posisi minoritasnya dengan strategi dan keinginan yang kuat untuk menolak ketidakberdayaan.

Selama hampir 200 tahun penjajahan Inggris atas India menjadikan bangsa India tidak berdaya. Namun, Mahatma Gandhi melawan ketidakberdayaan itu dengan mengatakan: sama seperti seekor gajah di hadapan semut bisa kehilangan kedigdayaannya, demikian pula bangsa Inggris akan dapat kehilangan kuasanya oleh bangsa India dengan niat baik yang kuat.

Bapak bangsa India itu memimpin bangsanya mencapai kemerdekaan dan memberikan India rasa percaya diri dalam menciptakan kemandirian yang dikenal sebagai prinsip Swadeshi. Mahatma Gandhi menjadi inspirasi dunia, sebagai tokoh yang menolak ketidakberdayaan.

Dalam situasi, ukuran dan bentuk yang berbeda, setiap orang bisa diliputi ketidakberdayaan. Ketika  seorang ibu muda terjebak dalam kewajiban mengasuh anak, melayani keluarga, sambil memenuhi tanggung jawab sebagai pekerja, ketidakberdayaan bisa meliputinya. Ketika jaringan internet bermasalah saat seorang karyawan mengandalkan informasi ”Kakek google” dalam menyelesaikan tugas pekerjaan kantornya, frustrasi menghinggapi. Saat seorang pekerja sakit, tetapi masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikannya dan tak ada orang lain yang bisa menggantikannya, bagaimana mungkin perasaan tak berdaya dapat ditolak.

Malanglah mereka yang terkubur dalam ketidakberdayaan karena membiarkan ketidakberdayaan terus-menerus mencengkeram tanpa strategi untuk keluar. Hal ini sama seperti orang lapar yang memilih untuk  tidak makan, sehingga kelaparan tak pernah terobati, bahkan semakin menjerat.

Dan beruntunglah siapa saja yang sejak dini sudah memiliki sikap menolak ketidakberdayaan: setiap situasi sudah diantisipasi potensi kesulitannya dan disiapkan cara mengatasinya sebelum ketidakberdayaan itu menghampiri. Tentu tidak semua situasi dapat diantisipasi, karena itulah hidup.

Namun setidaknya, jangan biarkan ketidakberdayaan melanda terus. Membangun jejaring pertemanan yang bisa saling mendukung pada waktu dibutuhkan, melakukan manajemen waktu dengan baik, membangun strategi dan sistem yang berisiko minimal, adalah beberapa cara mencegah rasa ketidakberdayaan.

Ibarat orang lapar, ada upaya untuk mencari makan demi mengurangi rasa lapar.

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home