Loading...
EKONOMI
Penulis: Reporter Satuharapan 09:58 WIB | Selasa, 25 April 2017

Menteri Susi Presentasi 6th European Tuna Conference

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (kanan), Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir (tengah), dan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi (kiri) berdiskusi dengan mahasiswa Unpad di rumah Menteri Kelautan dan Perikanan, Jalan Merdeka, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, Senin (13/3). Dalam diskusi tersebut mahasiswa diminta menciptakan sebuah terobosan baru dan ide kreatif akademik untuk mendukung program pemerintah serta penanggulangan sampah plastik karena Indonesia merupakan negara kedua penghasil sampah plastik. (Foto: Antara)

LONDON, SATUHARAPAN.COM – Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, menyampaikan presentasi perkembangan industri perikanan dan upaya pemerintah Indonesia menanggulangi penangkapan ikan secara ilegal pada pembukaan "6th European Tuna Conference" di Brussels, Belgia, Senin (24/4).

Konferensi dihadiri lebih dari 250 peserta dari asosiasi perusahaan penangkap ikan, perusahaan pengolahan ikan dan teknologi perikanan, LSM, dan pemerintah dari negara-negara Eropa dan negara penghasil ikan utama dunia, kata Pelaksana Fungsi Pensosbud KBRI Brussels Ignatius Puguh Priambodo kepada Antara London, Selasa (25/4).

Dalam perhelatan pelaku bisnis perikanan tuna terbesar di Eropa yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali itu Menteri Susi menuturkan pengalamannya ketika menjadi pengusaha perikanan di tahun 1990-an sampai 2004, stok ikan di pantai selatan Pulau Jawa, terutama di wilayah Pangandaran, sangat mengkhawatirkan.

Menteri mengaitkan berkurangnya stok ikan di wilayah tersebut, dan juga wilayah perairan Indonesia lainnya, pada praktik IUU Fishing yang merajalela dan melibatkan banyak aktor dari luar dan dalam negeri.

Dia mengatakan saat dilantik menjadi menteri, dia meminta dukungan Presiden Joko Widodo untuk dapat menindak praktik IUU Fishing secara tegas, termasuk melalui peledakan kapal penangkap ikan asing. Berkat penanganan tegas terhadap IUU Fishing kini stok ikan di Indonesia berangsur pulih kembali, tuturnya.

Menurut Susi, praktik IUU Fishing hanya dapat ditanggulangi secara efektif melalui penguatan kerja sama internasional.

IUU Fishing harus dikategorikan sebagai kejahatan lintas negara, karena kerap terkait dengan kejahatan terorganisasi internasional.

Dalam praktiknya IUU Fishing dilakukan bersamaan dengan kejahatan lain seperti penyelundupan manusia, obat-obatan terlarang, dan juga melibatkan praktik perbudakan modern, ujarnya.

Indonesia mendukung tata kelola perikanan yang berkelanjutan. Guna mendukung industri perikanan nasional, Indonesia sangat terbuka untuk investasi asing di bidang infrastruktur penunjang seperti cold storage dan transportasi logistik, ujarnya.

Perwakilan Uni Eropa dari Direktorat Jenderal Kelautan, Stefan Depypere, yang turut membuka konferensi mengapresiasi kepemimpinan Indonesia dan Menteri Susi dalam menanggulangi IUU Fishing yang patut dicontoh negara lainnya.

Berdasarkan data Eurostat, 54 miliar Euro dibelanjakan konsumen Uni Eropa untuk produk perikanan di tahun 2015.

Konsumsi per penduduk untuk ikan sebesar 25,5 kg di wilayah Uni Eropa.

Sedangkan impor produk ikan mencapai 20 persen dari keseluruhan 120 miliar Euro produk makanan yang diimpor, menjadikan Uni Eropa sebagai importir netto produk perikanan. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, nilai ekspor produk perikanan Indonesia ke Uni Eropa sebesar 404 juta dolar AS.

Selain membuka konferensi, Menteri Susi dijadwalkan melakukan pertemuan dengan Komisioner Kelautan dan Lingkungan Hidup Uni Eropa, Karmenu Vella, melakukan temu masyarakat Indonesia, dan membuka paviliun Indonesia pada Seafood Expo Global Brussels. (Ant)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home