Loading...
INDONESIA
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 04:37 WIB | Senin, 15 Desember 2014

Metode Riset PRA Libatkan Masyarakat sebagai Peneliti

Ketua Program Studi Gender Pascasarjana Universitas Indonesia Mia Siscawati, Ph.D saat memberikan pemaparan mengenai metode riset Participatory Rural Appraisal (PRA) dalam Workshop Nasional Tim Pemantau Gerakan Gender Watch di Hotel Bumi Wiyata, Depok, Sabtu (13/12). (Foto: Diah A.R)

DEPOK, SATUHARAPAN.COM – Metode riset Participatory Rural Appraisal (PRA) merupakan metode penelitian yang melibatkan masyarakat yang semula sebagai obyek penelitian menjadi bagian dari peneliti untuk dapat menyelesaikan masalah mereka.

Participatory Rural Appraisal adalah kumpulan metode dan teknik pengumpulan data yang mendorong masyarakat pedesaan untuk turut serta mengkaji situasi kehidupan atau keadaan mereka sendiri agar dapat menyusun rencana perubahan dan tindakan pelaksanaannya,” kata Ketua Program Studi Gender Pascasarjana Universitas Indonesia Mia Siscawati, Ph.D dalam Workshop Nasional Tim Pemantau Gerakan Gender Watch di Hotel Bumi Wiyata, Depok, Sabtu (13/12).

Dia menjelaskan bahwa metode ini akan dilaksanakan dengan metode kualitatif. Namun, Mia tidak memungkiri bahwa metode ini juga ada kekurangannya yaitu data yang didapatkan tidak akan mendalam seperti yang diharapkan. Metode ini memerlukan kesabaran dari peneliti untuk terus menggali informasi dari obyek penelitian agar hasil penelitian tersebut sesuai dengan yang diinginkan.

“Yang menjadi ciri khas dari PRA ini adalah metode ini berorientasi untuk mencari solusi dan peneliti menjadi fasilitator obyek penelitian untuk memecahkan masalah mereka sendiri. Metode ini mungkin bisa menjadi alternatif untuk program Gender Watch,” kata dia.

Program Gender Watch

Gender Watch merupakan sebuah program pengawasan untuk kesejahteraan perempuan khususnya perempuan marjinal yang sedang digagas oleh Institut Lingkaran Pendidikan Alternatif Perempuan (Institut Kapal Perempuan) ini dirancang untuk membantu dan mendampingi program kesejahteraan yang dicanangkan oleh pemerintah agar tepat sasaran serta melibatkan masyarakat dalam pelaksanaannya.

Untuk membentuk tim yang mampu bekerja sama dengan baik yang dia sebut dengan Forum Multistakeholder, pada wawancara dengan satuharapan.com beberapa waktu yang lalu, Misiyah menyatakan bahwa sangat diperlukan orang-orang yang berkomitmen tinggi dan sukarela menyediakan waktu dan pikiran dalam membantu agar program ini berjalan dengan baik.

Program ini akan berjalan di lima kabupaten seperti Sulawesi Selatan, Lombok Timur, Lombok Utara, Gresik-Jawa Timur dan Jakarta Selatan. Dalam prakteknya akan ada pengumpulan data dari para relawan yang ada di desa atau kelurahan kemudian dikumpulkan di tingkat kabupaten. Di tingkat kabupaten ini kemudian dilakukan analisa kebijakan-kebijakan apa saja yang telah atau belum tepat sasaran, anggaran dan realisasi program juga akan didata dan dipantau.

Dia berharap bahwa nantinya program ini akan menjadi program jangka panjang yang terus dikontrol oleh masyarakat sipil dan nantinya program ini bukan milik Kapal Perempuan lagi tetapi milik Forum Multistakeholder.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home