Minggu Bersama Bapak

SATUHARAPAN.COM – Minggu subuh, 26 Juni 2016, kami membawa Bapak kembali dari rumah sakit. Kami tidak bisa langsung beristirahat, bersama para tetangga mempersiapkan banyak hal, ada banyak tamu yang akan datang hari itu.

Pagi hari, ada hal yang istimewa, kami menyalakan lilin kue ulang tahun perkawinan Bapak dan Ibu yang ke-49. Ibuku tampak tak kuasa menahan air mata ketika cucunya membawakan kue dan semua anak, juga menantu menyanyikan lagu ulang tahun. Lalu semua seakan sejenak terhenti menantikan apa ucapan Ibu kepada Bapak yang kini terbaring di peti kayu di tengah ruang keluarga.

Kesedihan kami ditinggal Bapak tercinta pagi itu sejenak terlarut dengan perayaan ulang tahun perkawinan seakan Bapak tetap bersama kami dan tersenyum dalam foto keluarga yang terakhir kalinya.

Siang hari kami mengadakan ibadah tutup peti. Ibadah dipimpin oleh pendeta dengan berdiri di teras rumah, sementara tetangga dan warga jemaat duduk di halaman dan di bawah tenda di jalan. Di akhir khotbah, pendeta menyampaikan kenangan akan Bapak, kisah-kisah yang tak kami dengar sebelumnya.

Kami diingatkan akan kebiasaan Bapak dan Ibu di tengah jemaat, selalu paling awal datang dan duduk di bangku kesayangan di pojok gereja. Seorang warga jemaat bahkan dipesan cucunya bila ke gereja agar mengenakan baju batik seperti ”Eyang David”, Bapak kami. Nasihat Bapak, berdoa dan beribadah adalah waktu menghadap Tuhan, jadi harus dengan sikap dan baju yang terbaiknya.

Kami menatap wajah Bapak untuk terakhir kalinya, sebelum tutup peti dipasang dan jenasah diangkat. Wajah Bapak dengan pakaian terbaiknya terpatri sepanjang hari itu, bersama semua kenangan akan Bapak yang memenuhi kami semua. Hari terakhir kami bersama dengan Bapak, sekaligus hari terbaik kami mengenang dan mengantarkan Bapak ke rumah keabadian.

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro