Loading...
DUNIA
Penulis: Eben E. Siadari 16:38 WIB | Sabtu, 24 Desember 2016

Natal di Betlehem Diserbu Produk Made in China

Berbagai produk suvenir di Betlehem (Foto: AP)

BETLEHEM, SATUHARAPAN.COM - Pada masa Natal ini Betlehem diperkirakan akan didatangi tidak kurang dari 120.000. Setengahnya, adalah orang Kristen, menurut data Kementerian Pariwisata Israel.

Tapi bukan hanya turis itu yang menyerbu Betlehem. Produk bikinan Tiongkok, Made in China, juga turut menyerbu. Dan bagi turis yang menginginkan buah tangan orisinil, diingatkan supaya berhati-hati. Cek dulu labelnya, sebelum membeli.

Bagaimana tidak. Nyaris semua suvenir yang dianggap khas Betlehem, bikinan Tiongkoknya ada. Termasuk rosario.

Sejumlah toko suvenir di kota itu memang kini tengah berusaha melawan tren membanjirnya produk Tiongkok. Mereka hanya menyediakan produk bikinan lokal. Para penjaga toko berkata, walau harganya lebih mahal, produk lokal dijamin lebih baik kualitasnya. Lagipula, itu merupakan upaya membangkitkan ekonomi setempat.

Walaupun tak ada statistik resmi, diperkirakan hampir setengah dari produk yang dijual di Betlehem adalah produk impor.

"Ini adalah bayi plastik Yesus bikinan Tiongkok dan ini adalah keramik yang dibikin di Betlehem. Yang ini adalah rasario dari kayu zaitun yang saya buat, dan yang ini bikinan Tiongkok," kata Bassem Giacaman, pemilik toko Belssing Gift Shop dan The Olive Wood Factory, berbicara kepada kantor berita AP.

Giacaman berusaha untuk sesedikit mungkin menjual produk bikinan luar negeri dan mengutamakan priduk setempat.

Betlehem yang terletak di West Bank, merupakan wilayah pendudukan yang oleh Palestina diharapkan menjadi wilayah negara mereka di masa mendatang. Ekonomi di kawasan itu terseok-seok akibat pengetatan kunjungan wisatawan yang diterapkan oleh Israel.

"Penyelundupan barang impor besar sekali dan kerajinan tradisionil menurun secara perlahan-lahan," kata Samy Khoury, general manager Visit Palestina Center. Lembaga yang didirikannya ini mempromosikan produk-produk bikinan Palestina.

Sementara itu Maher Canawati, pemilik toko Three Arches, lebih bersikap pragmatis. Dia menjual barang lokal dan juga impor.

"Kami menjual segala macam barang di toko kami karena kami memiliki pasar yang berbeda dan pengunjung yang berbeda, dengan anggaran yang berbeda," kata Canawati.

Ia mengatakan ingin memberikan pilihan kepada para pelanggannya.

"Satu lusin rosario bikinan Tiongkok saya jual US$ 4, sedangkan satu lusin rosario bikinan setempat saya jual US$ 25. Bayi Yesus bikinan Tiongkok dijual US$ 20 dan bikinan Betlehem US$ 64," tambah dia.

Tidak semua cemas karena banjir produk impor tersebut. "Ini adalah bisnis," kata Samir Hazboun, ketua Bethlehem Chambers of Commerce.

"Saya tidak percaya seseorang bangkrut karena masuknya impor," tutur dia.

Sementara itu, Ali Abu Srour, direktur jenderal Palestinian Tourism Ministry, mengatakan pemerintah tengah berusaha merevisi udang-undang untuk melindungi pengusaha setempat.

Dalam peraturan baru yang diusulkan, setiap pemilik toko diharuskan menjual 70 persen produk lokal, dan pelabelannya harus sangat jelas antara Made in Palestine dengan produk bikinan luar negeri.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home