Loading...
EKONOMI
Penulis: Eben Ezer Siadari 13:07 WIB | Selasa, 09 Desember 2014

NIIS Gagas Rezim Moneter Islam untuk Runtuhkan Dolar

Foto yang diyakini sebagai Abu Bakr Al-Baghdadi. (Foto: Ist.)

TEL AVIV, SATUHARAPAN.COM - Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) atau lazim dikenal sebagai ISIS, ditengarai tengah menggagas sebuah rezim moneter Islam dunia. Rezim ini diharapkan akan membebaskan negara-negara Islam dari sistem keuangan internasional yang saat ini berlaku, karena dinilai telah menjadi tirani yang memperbudak umat Islam.

Langkah pertama untuk mewujudkan visi yang oleh sementara kalangan dianggap angan-angan kosong (wishful thinking) ini, ialah dengan menerbitkan mata uang sendiri. Mata uang tersebut akan dipergunakan sebagai alat tukar di negara-negar yang berada di bawah kendali NIIS. Dengan pemakaian mata uang sendiri yang diharapkan semakin meluas, NIIS yakin mata uang dolar AS dapat diruntuhkan dan perekonomian AS kolaps.

Adanya ambisi ini diungkapkan oleh Ofir Winter, ilmuwan Israel yang melakukan penelitian untuk lembaga tempat ia bekerja sebagai peneliti, The Institute for National Security Studies yang berbasis di Tel Aviv, Israel.

Hasil penelitiannya, ia lansir pekan ini dalam sebuah tulisan yang berjudul The Currency of the Islamic State: The Political and Symbolic Significance of an Economic Move di situs lembaga tempat ia bekerja.

Winter menyebutkan Menteri Keuangan NIIS secara resmi telah mengumumkan rencana untuk menerbitkan mata uang sendiri pada November lalu. Menurut Winter, rencana itu memiliki makna simbolis sekaligus ekonomis.

Penerbitan mata uang sendiri, kata dia, bagi pemimpin NIIS bermakna sebagai proklamasi bahwa mereka adalah sebuah negara dan bukan sekadar sebuah organisasi. Lebih dari itu, penerbitan mata uang sendiri tersebut juga merupakan awal dari ambisi NIIS untuk mendirikan rezim moneter Islam dunia, yang terpisah dari sistem keuangan internasional.

"Inisiatif moneter NIIS ini menggabungkan angan-angan kosong dengan realitas dan tampaknya tidak akan menjadi ancaman ekonomi bagi negara-negara Barat," tulis Winter.

"Namun, dengan menerbitkan mata uang sendiri, ini merupakan langkah simbolis yang akan meningkatkan prestise mereka di mata audiens Islam yang menjadi target, dan memperkuat rasa sebagai pemerintah pada mereka dalam menjalankan proyek-proyek mereka di dalam maupun di luar negeri, sekaligus mengonsolidasikan wilayah yang ada dalam kendali mereka," Winter melanjutkan.

Perintah Langsung dari Al-Baghdadi

Perintah untuk mencetak mata uang sendiri tersebut, ditengarai berasal dari pemimpin NIIS, Abu Bakr al-Baghdadi. Mata uang dalam bentuk koin itu terdiri atas tujuh jenis dengan nilai berbeda  Masing-masing jenis logam dan bobot dipilih sesuai dengan hukum agama Islam, di antaranya adalah dinar (4,25 gram emas), dirham (2,975 gram perak), dan fils (0,496 gram tembaga).

Di mata NIIS, sesuai dengan doktrin Salafi, untuk pertama kalinya sejak akhir kekhalifahan Ottoman, penerbitan koin Islam akan menciptakan sistem moneter yang sesuai dengan kaidah-kaidah hukum Islam. Hukum Islam menolak penggunaan surat utang, jual-beli uang asing, perdagangan obligasi, dan pengenaan bunga.

Menurut ideologi NIIS, ekonomi global modern dewasa ini sangat bergantung pada uang kertas yang tak bernilai, yang menjadi penyebab inflasi, depresi ekonomi, dan bahkan krisis. Pada sisi lain, penggunaan emas, perak, dan koin tembaga, yang memiliki nilai intrinsik, menurut NIIS, akan menciptkan stabilitas, kekebalan dan kredibilitas bagi perekonomian. Hal itu akan memberikan kepercayaan kepada umat bahwa nilai mata uangnya tidak akan hilang oleh karena anjloknya nilai tukar.

Menurut sebuah pengumuman resmi NIIS, mata uang baru itu akan memungkinkan NIIS melepaskan diri dari "Sistem keuangan tirani yang dikenakan kepada umat Islam, yang telah memperbudak dan memiskinkan mereka, membuang-buang sumber daya umat Islam, dan membuat mereka jadi mangsa yang mudah bagi Yahudi dan Tentara Salib."

Penerbitan uang baru itu, digambarkan sebagai langkah untuk menghindari hegemoni ekonomi Amerika Serikat dan kepentingan Yahudi di Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional, yang selama ini dianggap "mengontrol pasar keuangan global".

NIIS yakin dengan menerbitkan mata uang sendiri akan mempercepat kolapsnya ekonomi AS dan membuat negara itu kehilangan peran sebagai kekuatan global. Pada saat yang sama, kekhalifahan Islam pun bangkit.

Sumber Uang NIIS Harus Dilumpuhkan

Walau gagasan NIIS untuk membentuk rezim moneter Islam itu dianggap angan-angan kosong dan bukan ancaman bagi Barat, Winter mengingatkan bahwa visi jangka panjang NIIS untuk menjadi sebuah negara berdaulat sangat berbahaya.

Menurut dia, bagi NIIS, menyerang dan menduduki negara-negara tua serta menghancurkan institusi-institusinya tidak cukup sebelum cita-cita menjadi sebuah negara berdaulat tercapai. Untuk itu, ia meyakini NIIS mengalokasikan porsi sangat besar sumber daya keuangannya untuk tujuan itu. Berbagai laporan menunjukkan NIIS telah membeli emas, perak, dan tembaga untuk proyek pencetakan uang.

Winter menggarisbawahi, revolusi yang dicanangkan NIIS bermula dari masjid-masjid kemudian dilanjutkan di medan perang. Selanjutnya perjuangan tersebut berfokus pada upaya mobilisasi penduduk negara-negara yang diduduki melalui dompet mereka.

Dengan mempertimbangkan itu, Winter menilai dunia internasional harus melumpuhkan kekuatan ekonomi NIIS karena dengan itulah selama ini mereka menarik pengikut.

Winter terutama menggarisbawahi perdagangan minyak NIIS, yang merupakan sumber modal kelompok ini yang terutama.

Pada saat yang sama, Winter menyarankan agar dunia internasional mulai melakukan rekonstruksi terhadap Negara Irak dan Suriah, dengan tujuan menjamin prospek ekonomi yang positif bagi penduduk miskin dan mencegah mereka disesatkan oleh kelompok radikal.

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home