Loading...
BUDAYA
Penulis: Kris Hidayat 10:49 WIB | Selasa, 12 November 2013

Novriantoni Kahar Luncurkan Buku Puisi-Esai Anti Diskriminasi

Novriantoni Kahar Luncurkan Buku Puisi-Esai Anti Diskriminasi
Novriantoni Kahar sedang membacakan puisi, dalam peluncuran bukunya, Imaji Cinta Halima. (Foto: Twitter @novri75)
Novriantoni Kahar Luncurkan Buku Puisi-Esai Anti Diskriminasi
Novri dan para sahabatnya yang mendukung terbitnya buku Puisi-Esainya.
Novriantoni Kahar Luncurkan Buku Puisi-Esai Anti Diskriminasi
Remy Sylado yang menyanyikan sebait puisi dari Imaji Cinta Halima.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Diskriminasi terhadap perempuan masih menjadi isu yang sangat mengkhawatirkan di Indonesia, terutama terhadap perempuan Islam.  Perbedaan paham kerap menjadi pemantik lahirnya sikap diskriminatif. Tak jarang malah menjelma menjadi aksi kekerasan yang brutal. Sebuah momok yang harus dilawan. 

Inilah pesan penting yang coba disampaikan oleh Novriantoni Kahar, seorang sastrawan muda asal Riau, dalam buku puisi-esainya yang berjudul Imaji Cinta Halima: Lima Kisah Kasih dalam Pergumulan Agama, terbitan ReneBook, yang diluncurkan di Kafe Pisa Mahakam, Jakarta, Senin (11/11) malam. Dengan pisau sastra bergenre puisi-esai, Novri menguliti isu diskriminasi terhadap perempuan dengan cara yang tangkas dan elegan. Ia berhasil mengajak kita merenungkan kembali makna agama dan tugas kita sebagai manusia.

"Dalam naungan ideologi yang mengatasnamakan agama, perempuan Indonesia masih mengalami tekanan hebat tatkala mengekspresikan kebebasan individualnya," ujar Novri disela peluncuran buku yang bertepatan dengan peringatan hari ulang tahunnya. 

Sebagai sosok pemikir muda Islam, Novri sangat menghayati kisah-kisah yang ditulisnya. Lima suara perempuan yang menjadi korban diskriminasi di bukunya setebal 162 halaman ini seperti sedang mengaduh di hadapan kita.

Sebut saja Naura, Datanglah Naura! Di sini, Novri yang adalah juga Direktur Yayasan Denny JA ini bercerita tentang kisah cinta lintas agama di Mesir, antara seorang muslimah dengan pemuda Kristen Koptik. Dilema cinta yang dibayang-bayangi norma agama dan kabilah itu menyisakan tanda tanya tragis di ujung cerita.

Ada juga cerita Demi Dakwah, Halalan Thayyiba. Ini tentang ustad kere yang tiba-tiba kondang sehingga hidupnya berubah. Niatnya untuk "mendua" telah meninggalkan luka yang amat dalam pada istrinya yang pertama.

Buku ini juga memuat tiga kisa lainnya, yaitu Mata yang Menembus Cadar—tentang mahasiswi Indonesia yang hidup di bawah tekanan ideologi Islamisme di Pakistan sehingga terpaksa memakai cadar, menikah muda, lalu putus sekolah.

Yang paling menarik adalah Imaji Cinta Halima yang menjadi judul buku ini. Ini bercerita tentang cinta nyonya Saudi yang terpikat hati pada seorang sopir Indonesia. Cinta—nyaris mustahil terjadi—ini tiada lain merupakan buah dari kebijakan Arab Saudi yang sampai kini masih tak membenarkan perempuan mengemudi mobil sendiri.

Kisah terakhir, Yusuf Sang Westernis, bicara tentang pertengkaran nilai-nilai hidup. Seorang bapak yang berpegang pada prinsip-prinsip agama yang ketat berhadapan dengan anaknya yang melihat dunia dengan kaca mata berbeda.

Sebagai pesan, buku ini dapat dikatakan sebagai "teman" yang baik bagi mereka yang masih tersisih karena perlakuan diskriminatif, sekaligus "guru" yang bijak bagi mereka yang congkak terhadap mereka yang lemah.

"Saya sangat berharap, kisah-kisah ini dapat memberi inspirasi tentang bagaimana agama semestinya dihayati dalam konteks, tempat dan aktor yang berbeda-beda," demikian tegas Novri.

Acara launcing buku Imaji Cinta Halima ini digelar oleh penerbit ReneBook bekerjasama dengan Jurnal Sajak. Hadir dalam acara in Denny JA sebagai pencetus ide puisi-esai, Zen Hae yang memberikan ulasan atas buku Novri, serta Remy Sylado yang menyempatkan datang dan menggubah lagu secara spontan dalam pembacaan puisi-esai yang dipilih langsung pada acara malam tersebut.

Acara ini juga dimeriahkan oleh kehadiran Sacha Stevenson seorang youtuber dan satiris asal Kanada yang bertutur tentang pilihan-pilihan hidup yang dijalaninya. Sebelum Novri tampil dalam musikalisasi puisi dari buku yang ditulisnya sendiri, Lurah Susan Jasmine Zulkiflie memberikan sambutan dan juga membacakan puisi yang khusus dibuat oleh Novri untuk dibaca oleh Lurah Susan pada acara peluncuran buku tersebut.

Sakdiyah Ma'ruf memandu acara dengan jenaka, yang menghantarkan seluruh rangkaian peluncuran buku pada musikalisasi puisi oleh sang penulis dan Monica Anggie, yang diiringi iringan musik blues dari gitar yang dipetik oleh Kate Grealy, seorang gitaris Australia yang melengkapi penampilan Novriantoni Kahar sebagai sastrawan muda puisi-esai di Indonesia.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home