Orang Kristen Timur Tengah Paling Menderita
VATICAN, SATUHARAPAN.COM – Orang Kristen paling menderita akibat konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah Hal ini disampaikan Pemimpin Gereja Katolik Maronit, Kardinal Bechara Boutros Rai, seperti dilansir dari Scottish Catholic Observer.
Situasi di Timur Tengah terus memburuk. Setiap kali konflik pecah di Timur Tengah, kekacauan kemudian terjadi dan kelompok Muslim menyerang minoritas Kristen. Minoritas Kristen seolah-olah selalu menjadi kambing hitam.
Patriark dengan gerejanya yang dalam persekutuan penuh dengan Vatikan itu mengatakan orang Kristen membayar harga dari campur tangan asing di Mesir dan Suriah.
"Aku telah menulis kepada Paus dua kali untuk menjelaskan apa yang terjadi. Saya mengajukan banding lagi kepada Paus yang hanya berbicara perdamaian dan rekonsiliasi," kata pemimpin Maronit yang menjadi kardinal pada tahun 2012.
Dia juga menuduh masyarakat internasional berdiam diri total di Irak, dia mengatakan 1,5 juta orang Kristen telah melarikan diri pasca jatuhnya Saddam Hussein.
Penjaga Tanah Suci
Keprihatinan kardinal juga diserukan Pastor Pierbattista Pizzaballa OFM, kepala Fransiskan penjaga Tanah Suci. Dia mengatakan bahwa agama Kristen diserang pelbagai kelompok dalam beberapa konflik.
Dia percaya orang Kristen menghadapi momok dan sering realitas kekerasan ditujukan atas mereka.
"Apa yang saya lihat adalah semacam instrumentalisasi atau manipulasi agama," katanya. "Tentu saja ada masalah, tetapi hidup berdampingan dengan damai juga besar di antara kelompok agama yang berbeda."
Pastor Pierbattista Pizzaballa OFM juga mengatakan kata-kata dan contoh Paus Fransiskus dalam mendukung perdamaian dan kerukunan antar umat beragama telah diterima dengan baik.
"Kita memerlukan tekanan, mengikuti contoh hidup berdampingan dengan damai dan kebutuhan dialog di antara kita semua," katanya.
Pandangan Rabbi
Penganiayaan terhadap orang Kristen di Timur Tengah juga diangkat Lord Sacks pada pekan ini. Lord Sacks adalah seorang Rabbi Kepala komunitas Yahudi di Inggris.
"Saya pikir ini adalah tragedi kemanusiaan yang terjadi hampir tanpa diketahui. Saya tidak tahu apa namanya untuk ini, agama menjadi setara dengan pembersihan etnis," katanya. "Kami melihat orang-orang Kristen di Suriah dalam bahaya besar, kami melihat pembakaran gereja-gereja Koptik di Mesir. Jumlah penduduk Koptik besar di Mesir dan untuk beberapa tahun sekarang telah hidup dalam ketakutan. Dua tahun lalu gereja terakhir di Afghanistan dihancurkan, tentunya ditutup. Tidak ada gereja yang tersisa di Afghanistan. "
Lord Sacks mengatakan sebagai orang Yahudi dia merasakan kesedihan ini dengan sangat mendalam dan pribadi.
"Saya pikir kadang-kadang orang-orang Yahudi merasa sangat bingung bahwa orang Kristen tidak memprotes ini dengan lebih lantang," tambahnya
"Antara setengah juta hingga satu juta orang Kristen telah meninggalkan Irak. Pada awal abad ke-19 orang Kristen mewakili 20 persen penduduk di dunia Arab, hari ini dua persen. Ini adalah kisah menyedihkan yang keluar sebagai suara publik, dan saya belum mendengar suara publik yang memadai."
Editor : Bayu Probo
RI Evakuasi 40 WNI dari Lebanon via Darat
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia mengevakuasi 40 Warga ...