Loading...
RELIGI
Penulis: Febriana Dyah Hardiyanti 13:34 WIB | Rabu, 02 Maret 2016

Orangtua Jangan Jadi Agen Budaya yang Salah Kaprah

Seminar Sehari Sosialisasi Kajian Teologi Anak Kontekstual, hari Rabu (2/3), di Sekolah Tinggi Teologia Jakarta (STT Jakarta) (Foto: Febriana DH)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – “Ketika anak kecanduan dengan gadget, maka dapat berdampak pada karakter anak yang terbiasa dengan budaya praktis, dan tidak terbiasa dengan proses. Orang tua harus segera menyadari bahwa dengan membuat anak sangat nyaman dengan gadget adalah cara mengasihi anak yang salah, jangan jadi agen budaya yang salah kaprah,” kata Hartono Sugianto, Officer CBN Indonesia, dalam Seminar Sehari Sosialisasi Kajian Teologi Anak Kontekstual, hari Rabu (2/3), di Sekolah Tinggi Teologia Jakarta (STT Jakarta).

Tim Kajian Teologi Anak Kontekstual (KTAK) yang dibentuk oleh lembaga-lembaga Anak Bersinar Bangsa Gemilang (ABBG) dan Jaringan Peduli Anak Bangsa (JPAB) bekerja sama dengan Perhimpunan Sekolah-sekolah Teologi di Indonesia (Persetia) mengadakan Seminar Sehari Sosialisasi Kajian Teologi Anak Kontekstual.

Mereka menyadari bahwa anak-anak atau generasi muda adalah aset suatu negara, tetapi pada kenyataannya, kajian teologi tentang hal-hal yang menyangkut kehidupan anak-anak, khususnya anak-anak di Indonesia sangat kurang.

Seminar sehari ini merupakan tahapan awal sosialisasi yang dilaksanakan oleh tim KTAK. Seminar ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk mendengarkan dan mengumpulkan informasi terkait dengan konteks anak di Indonesia dilihat dari berbagai perspektif. Seminar ini kemudian akan mempromosikan pentingnya kajian mendalam tentang teologi anak kontekstual yang nantinya menjadi landasan teologi anak yang kontekstual, baik di gereja maupun lembaga pendidikan Kristen di Indonesia.

Hartono mengatakan “Anak jangan dipisahkan dengan media (teknologi), tetapi sudah saatnya orang tua hanya perlu mengubah cara pandang dan perhatian terhadap anak. Cara orang tua memberikan perhatian kepada anak melalui media harus dengan turut memberikan pendampingan dan mendidik sedini mungkin tentang bagaimana mengontrol diri.”

Hartono juga memberikan rekomendasi kepada organisasi Kristen dan Gereja untuk lebih memahami anak dan remaja (generasi muda) berdasarkan perspektif mereka yang dekat dengan media, agar lebih mengena, sehingga sekaligus dapat membentengi generasi muda dari hal-hal yang tidak baik.

“Ini tantangan yang harus dicoba, organisasi Kristen dan Gereja harus meningkatkan kepedulian atau komitmen, baik itu berupa dana atau daya untuk mengembangkan hal-hal yang strategis serta kreatif melalui media demi generasi muda kita,” katanya.

“Sejak dini, saya memberikan masukan kepada orang tua untuk lebih banyak mengajak anak mengobrol dan berdiskusi agar anak mempunyai daya komunikasi yang baik. Orang tua juga bisa mendongeng sebelum tidur dengan mengambil cerita-cerita dari Alkitab. Orang tua boleh mulai mengenalkan gadget kepada anak ketika anak sudah berusia di atas tiga tahun dengan pendampingan agar tidak kebablasan dan kecanduan,” ujar Hartono.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home