Loading...
LAYANAN PUBLIK
Penulis: Francisca Christy Rosana 10:38 WIB | Rabu, 03 Juni 2015

Pagi-pagi Ahok Dibuat Emosi Warga Pinangsia

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama pagi ini, Kamis (3/6) dihampiri warga Pinangsia, Jakarta Barat setibanya di Balai Kota, Jakata Pusat. (Foto: Francisca Christy Rosana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama pagi ini, Kamis (3/6) kembali dihampiri warga Pinangsia, Jakarta Barat.

Ahok, sapaan akrab Basuki yang tiba pukul 07.30 WIB langsung diserbu sekitar tujuh warga perempuan asal Pinangsia beserta tiga anak kecil. Menghampiri Ahok, mereka kembali meminta agar pemerintah membagi tanahnya dengan warga dan tidak bersedia dipindahkan di rumah susun (rusun) yang telah disediakan Pemprov DKI.

Warga beralasan jarak rusun yang disediakan yang tersebar di berbagai wilayah di Jakarta cukup jauh dengan jarak sekolah anak mereka. Sementara, anak-anak tersebut tak bersedia dipindah sekolah karena alasan sudah berprestasi di sekolah lamanya. Sebagai bukti, warga pun membawa berkas prestasi anak-anak itu.

Mengetahui warga datang membawa anak kecil, Ahok naik pitam. Dengan keras Ahok mengatakan warga telah memperalat anak kecil.

"Kalau mendatangi saya, jangan peralat anak kecil. Saya sudah tahu cara mainnya kalian. Cara JRMK (Jaringan Rakyat Miskin Kota, Red), cara Gugun (ketua JRMK, Red), semuanya saya tahu," ujar Ahok kepada warga di Pendopo Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu (3/6).

Namun demikian warga tetap bersikukuh untuk mengadakan audiensi ulang dengan Ahok. Mereka bersedia dipindah ke rusun asalkan di rusun Muara Baru. Namun, Ahok menjelaskan unit di rusun Muara Baru tak cukup sehingga Pemprov DKI terpaksa memencar warga ke beberapa rusun seperti rusun Marunda dan Kosambi.

"Makanya kan kami sediakan rusun. Kalau kalian mau ke Muara Baru nunggu dibangun lagi," ujar Ahok kesal.

Lebih lanjut Ahok menegaskan bahwa mereka telah menduduki tanah milik negara. Jika Ahok mempertahankan warga Pinangsia, maka berarti ia telah menyalahi peraturan daerah (perda).

"Kalian itu memakai tanah negara. Itu namanya liar. Sini deh ibu saya ajak kita ambil lahan Balai Kota, setengah kan kosong. Bisa kan? Bisa. Tapi itu melanggar aturan itu logikanya. Kalau saya pertahankan saya salahi aturan," kata Ahok.

Ahok yang mengenakan batik coklat hari itu wajahnya tampak memerah dan terlihat kesal. Ia kemudian masuk didampingi dua ajudannya. Jika biasanya Ahok bersedia meladeni pertanyaan awak media sebelum masuk ke ruangannya, kali ini Ahok nampak jengah. Ia pun hanya menggulirkan senyum kepada awak media.

Saat ditanya soal evaluasi Pekan Produk Kreatif Daerah (PPKD), Ahok hanya menjawab singkat.

"Saya belum dapat laporan. Sudah ya," kata Ahok sambil berlalu.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home