Loading...
INDONESIA
Penulis: Ignatius Dwiana 06:30 WIB | Senin, 20 Januari 2014

Pakar: Gap Informasi Jadikan Konflik Israel-Palestina Konflik Agama

Dosen Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik UGM Yogyakarta Rizal Panggabean. (Foto: Ignatius Dwiana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Rizal Panggabean pakar Timur Tengah mengatakan bahwa konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina, di Indonesia dianggap sebagai konflik antara Muslim dengan Barat atau Muslim dengan Kristen karena diakibatkan gap informasi. Gap informasi terjadi karena orang percaya bukan pada sumber-sumber informasi terpercaya seperti New York Times, al Haaretz, atau Jerusalem Post. 

Menurut dia, kegiatan untuk menengahi gap informasi ini harus dilakukan dan bisa dilakukan oleh masyarakat sipil.

“Kalau dibiarkan ya akan tetap seperti itu,” kata Rizal dosen Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta  Rizal Panggabean pada satuharapan.com usai Pemutaran dan Diskusi Film 'Encounter Point', film dokumenter tentang Palestina, di Jakarta Jum’at (17/1).

Sebagai seorang aktor pendidikan, Rizal menengahi gap informasi ini melalui pendidikan. Dia mengajak mahasiswa mendiskusikan apa yang terjadi dalam konflik Israel – Palestina. “Bahwa di sana, di Israel, di Palestina, juga ada gerakan perlawanan,” kata dia.

Selain itu juga dibutuhkan upaya media dalam menengahi gap informasi ini. Hal ini diperlukan supaya masyarakat Indonesia mengetahui yang tengah terjadi dalam konflik Israel – Palestina bukan sebagai konflik agama. Masyarakat Indonesia supaya paham,” Oh orang Palestina itu ada yang Kristen toh. Oh ana’ to. Itu sebenarnya…”

Partai-Partai yang Berjualan Isu Palestina

Rizal menilai partai-Partai Islam memanfaatkan gap informasi konflik Israel – Palestina untuk mendulang suara.

"Tidak ada gunanya menjual sesuatu yang tidak ada efeknya, Tetapi karena gak tahu, terus seolah-olah masyarakat maunya itu. Maunya Indonesia mendukung Palestina dan Palestina itu perjuangan Islam,” katanya.

dia mengatakan, untuk masyarakat yang sudah mengenal benar persoalan konflik Israel – Palestina maka konflik Israel – Palestina bukan barang jualan yang laku buat disodor-sodorkan ke mereka.

“Gap informasi itu yang harus sebenarnya diperjuangkan.” kata Rizal.

Solidaritas Mahasiswa Kristen dengan Palestina

Dalam peringatan Hari Solidaritas Internasional untuk Rakyat Palestina yang berlangsung beberapa waktu lalu di Auditorium Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta, sejumlah mahasiswa Kristen pun turut serta hadir untuk bersolidaritas.

Andre, seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Hubungan Internasional UKI, ketika ditanya satuharapan.com berpendapat konflik Israel – Palestina membuat hubungan Islam – Kristen di Indonesia agak renggang.

“Sebenarnya di Indonesia terjadi fanatisme. Israel dianggap Kristen. Padahal Israel sendiri Yahudi, bukannya Kristen. Itu perlu dijelasin,” kata Andre.

Menurut Andre,” perlu ada mediasi yang konkrit” dalam memberi pemahaman tentang konflik Israel – Palestina ke masyarakat Indonesia.

Sementara Feri yang juga mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Hubungan Internasional UKI mengaku ingin mengetahui, “Seberapa jauh yang Indonesia berikan buat bantuan kepada Palestina. Kami ingin mengetahui seberapa dalam hubungan Indonesia dengan Palestina. Seberapa lama hubungan ini terjadi sehingga kami ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang cara membantu Palestina.”

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home