Pakar: Kekristenan Pesat di Tiongkok sebab Cocok
SATUHARAPAN.COM – Kekristenan menyebar cepat di Tiongkok karena iman Kristen cocok dengan teknologi ilmiah modern.
Menurut sosiolog terkenal Rodney Stark, jumlah orang Kristen di Tiongkok tumbuh pada tingkat tahunan mengesankan: tujuh persen.
Profesor Stark menulis bersama Wang Xiuhua dalam laporan, 2015 work A Star in the East: The Rise of Christianity in China. Mantan Guru Besar di University of Washington ini memandang dirinya sebagai seorang sejarawan sosial dan wakil direktur Institut Studi Agama di Universitas Baylor.
Stark dan Wang memperkirakan bahwa pada 1980 ada 10 juta orang Kristen di Republik Rakyat Tiongkok. Dan, pada 2007 angka itu melonjak menjadi 60 juta. Angka-angka ini menghasilkan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 7 persen—Ini berarti tahun lalu, 2014, ada hampir 100 juta orang Kristen di Tiongkok.
Mereka menduga jumlah besar orang Kristen di Tiongkok didorong oleh orang-orang yang berpendidikan baik yang berubah menjadi pengikut Yesus Kristus. Mereka jadi pengikut Kristus karena mengalami “keganjilan budaya” antara budaya tradisional Asia dan modernitas industri-teknologi, yang menghasilkan kekurangan spiritual. Kekurangan spiritualitas ini yang akhirnya hanya mampu dijawab dalam kekristenan.
Kaum intelektual Tiongkok, Stark mengatakan pada beberapa bulan lalu, “sangat yakin bahwa mereka harus berkiblat pada Barat untuk memahami dunia yang mereka tinggali. Dan, mereka yakin—menurut argumen saya—agama-agama Timur tidak sesuai dengan dunia modern. Dan, mereka merasa perlu melihat ke Barat untuk menemukan filsafat dan agama. Ini cukup menakjubkan.”
Agama-agama Timur, seperti Taoisme, Konfusianisme, dan Buddhisme, Stark berpendapat, “Semua anti-kemajuan; mereka semua menyatakan dunia akan menurun dari masa lalu yang mulia, dan kita harus melihat ke belakang, tidak ke depan. Tidak satu pun dari mereka mengaku mengerti tentang alam semesta. Menurut agama Timur, alam semesta adalah sesuatu yang kita harus renungkan, bukan sesuatu untuk ditaklukkan dan dibuat teori seperti yang dilakukan para fisikawan dan kimiawan. Dan, itu tidak sesuai dengan dunia Tiongkok modern yang terjadi di sekitar mereka.”
“Masyarakat Industri dan semua ilmu alam tidak cocok dengan agama dan falsafah mereka,” kata Stark.
“Tapi pertanyaan tentang apa artinya dunia, dan bagaimana kita hidup di dalamnya, tetap—dan jadi mesin utama dalam kristenisasi Tiongkok. Dan, itu menjelaskan mengapa orang-orang Tiongkok paling terdidik yang paling tepat untuk menjadi Kristen.”
Penyebaran agama Kristen di Tiongkok, kata dia, terus terjadi bahkan “selama waktu terburuk saat penganiayaan Tiongkok” di bawah revolusi kebudayaan Mao Zedong pada 1960-an dan 70-an karena “proses ini konversi tidak terlihat; pemerintah tidak bisa melihatnya.”
Menurut Stark, konversi agama terjadi terutama melalui jaringan sosial. Dan, itu “tak terlihat” di mata pejabat pemerintah. Dia yakin orang Tiongkok yang tinggal di daerah perdesaan lebih mungkin menjadi Kristen dibandingkan penduduk kota karena ikatan sosial mereka lebih kuat. Dan, kekristenan menyebar lebih cepat.
Katolik
Misionaris Katolik telah ada di Tiongkok sejak Yesuit dari abad ke-16. Dan, pada 1949—ketika pasukan komunis meraih kontrol atas seluruh daratan—ada beberapa 5.700 misionaris asing Katolik, dan total hampir: 3,3 juta umat Katolik.
Pemerintah komunis Tiongkok mengusir misionaris asing, dan kemudian mendirikan “Asosiasi Patriotik Katolik Tiongkok,” Gereja Katolik yang diakui pemerintah. Gereja pemerintah ini bertentangan dengan gereja “bawah tanah”. Gereja bawah tanah dianiaya dan uskupnya tidak diakui oleh otoritas Tiongkok.
Namun, Stark menyebut saat 4 Agustus konsekrasi Fr. Joseph Zhang Yinlin sebagai uskup dari Weihui adalah “berita yang paling penting dari perspektif Katolik yang keluar dari Tiongkok selama bertahun-tahun.”
Uskup Zhang telah disetujui oleh pemerintah Tiongkok dan Takhta Suci. Sebab, penunjukan uskup di daerah itu menjadi hal paling menonjol pertentangan dua negara sepanjang 60 tahun terakhir. Jadi, kesepakatan mereka adalah hal luar biasa.
“Itu adalah masalah yang sangat besar,” kata Stark, “karena itulah yang menjadi alasan penganiayaan Katolik sejak tahun 1950-an: bahwa perlu menjauhkan dari hal yang tidak terkait dengan agama, pengaruh asing; dan Protestan tentu saja bisa sangat mudah menerima, tapi bagi umat Katolik, menolak Roma tidak pernah benar-benar bisa dilakukan. Meskipun beberapa uskup Katolik setidaknya terlihat melakukan itu—meskipun tidak jelas mereka bisa benar-benar melakukan—saya pikir ini adalah berita yang sangat, sangat besar.”
Konsekrasi uskup terakhir sebelum Uskup Zhang telah mengakhiri hubungan dingin antara Vatikan dan Tiongkok: pada bulan Juli 2012, Uskup Thaddeus Ma Daqin—yang telah menjadi bagian dari Asosiasi Patriotik—segera mengumumkan setelah konsekrasi bahwa ia meninggalkan asosiasi. Dia kemudian dibatasi oleh pemerintah.
Stark menyarankan bahwa karena ada perjanjian antara Beijing dan Roma terkait nominasi Uskup Zhang “tidak ada alasan sekarang umat Katolik beribadah secara sembunyi-sembunyi. Mereka semua sekarang dapat menjadi bagian dari gereja di atas tanah.”
“Itu sangat jelas dalam semua siaran pers yang telah disetujui oleh Paus. Dan akibatnya ia melanggar aturan Asosiasi, dan pemerintah memaafkan itu. Itu berarti akhir dari gereja yang dikuasai pemerintah. Fakta dari masalah ini adalah sebagian besar orang di gereja benar-benar Katolik. Maksud, sekarang ini adalah saat tepat untuk terbuka, dan saya pikir itu sangat penting.”
Stark menegaskan bahwa perubahan dalam tiga tahun terakhir—dari penahbisan Uskup Ma sampai Uskup Zhang—adalah perubahan besar. Ia menambahkan, “Saya sangat terkejut dengan hal itu.”
“Tetapi kenyataannya adalah, Partai Komunis cukup mendalam terlibat dalam pertumbuhan kekristenan—walau tidak membicarakannya—terutama di desa-desa, banyak pemimpin komunis lokal mengaku terbuka sebagai orang Kristen: memasang salib di pintu, dinding ruang tamu mereka.”
“Di kota-kota, mereka lebih berhati-hati, tapi ada sejumlah besar putra dan putri pejabat komunis yang sekarang Kristen. Dan, jika Anda pergi ke kampus-kampus universitas elit mereka, itu mengejutkan, ada suasana Kristen yang kental yang bahkan tidak dapat Anda temukan di perguruan tinggi Kristen di Amerika. Anda tidak mendapatkan perasaan ini di Notre Dame, atau di Texas Christian, Anda dapat melihatnya di sekitar Universitas Peking.”
Dia mencatat banyak profesor Kristen dan itu kekristenan sangat kuat di universitas—tempat para anggota masa depan Partai Komunis negara itu sedang belajar.
“Ini bagian dari apa yang terjadi di balik layar,” Stark menduga, “Bahwa, itu salah menekan kekristenan.”
Stark kemudian mencatat bahwa ini bukan satu kasus dari 34 provinsi di Tiongkok. Di provinsi Zhejiang, gereja telah diperintahkan untuk menurunkan salib, dan sejumlah gereja telah dihancurkan. Tujuh orang Kristen juga ditahan di provinsi itu.
Stark menduga penganiayaan lokal seperti itu mungkin karena “kepala provinsi itu mungkin seorang komunis yang berusaha melawan pelonggaran di seluruh negeri.”
Pelonggaran ini penting, Stark berargumen “seluruh gagasan ini dari sebuah gereja bawah tanah sangat aneh, karena beberapa dari gereja bawah tanah ini diketahui masyarakat luas. Bahkan semua gereja memasang salib. Mereka dianggap bawah tanah hanya dalam arti mereka tidak memiliki perlindungan hukum—tetapi mereka yakin tidak tersembunyi. “
Dalam terang keterbukaan baru pada kekristenan di seluruh Tiongkok secara keseluruhan, Stark menduga pertumbuhan tahunan tujuh persen akan terus terjadi. Pada tingkat itu, akan ada 150 juta orang Kristen di Tiongkok pada tahun 2020; 295 juta pada tahun 2030; dan 579 juta pada 2040.
“Pertumbuhan mungkin berhenti: Anda tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan,” kata Stark. “Tetapi pada tingkat saat ini, akan ada pertambahan banyak orang Kristen di Tiongkok sangat segera.” (CNA)
Baca juga:
- Partai Komunis Khawatir Ledakan Kekristenan di Tiongkok (1)
- Partai Komunis Khawatir Ledakan Kekristenan di Tiongkok (2)
- Umat Kristen China Berkemah di Atap Gereja Pertahankan Salib
- Tiongkok akan Jadi Negara Berpenduduk Kristen Terbesar Dunia
- Di China, Lebih 1.200 Salib Gereja Dihancurkan
- Provinsi di Tiongkok Larang Salib di Atap Gereja
- Tiongkok Diminta Hentikan Penghancuran Gereja
Sri Mulyani Klarifikasi Alasannya Kerap Bungkam dari Wartawa...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memberikan penjelasan ter...