Loading...
BUDAYA
Penulis: Prasasta 06:06 WIB | Jumat, 12 Juli 2013

Pameran Naskah Pecenongan, Jangan Biarkan Generasi Masa Depan Kesulitan Mencari Teks Sejarah

Pameran Naskah Pecenongan, Jangan Biarkan Generasi Masa Depan Kesulitan Mencari Teks Sejarah
Silviana Murni, Asisten Sekda DKI Jakarta memberikan pernyataan tentang Sastra Pecenongan (11/7) (foto-foto: Prasasta)
Pameran Naskah Pecenongan, Jangan Biarkan Generasi Masa Depan Kesulitan Mencari Teks Sejarah
Silviana Murni menerima cindera mata dari Sri Sularsih (Kepala PNRI) dalam rangka Pameran Sastra Pecenongan.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Berbagai koleksi naskah kuno yang ada di Indonesia harus dilestarikan, karena dalam naskah tersebut terkandung nilai-nilai luhur agar generasi mendatang tidak kehilangan panduan kehidupan. Himbauan ini dinyatakan oleh Asisten Sekretaris Daerah Propinsi DKI Jakarta (Asisten Sekda), Silviana Murni, M.Si saat acara pembukaan Pameran Naskah Pecenongan Koleksi Perpustakaan Nasional: Sastra Betawi Akhir Abad ke-19, yang berlangsung di Galeri Cipta III Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada Kamis (11/7).      

"Kalau kita tidak menyimpan koleksi-koleksi dengan baik maka naskah ini, dikhawatirkan nanti anak cucu kita harus ke negara lain untuk melihat karya-karya terbaik kakek nenek moyang mereka dahulu. Bersyukurlah saat ini karya-karya Muhammad Bakir yang akan kita saksikan di Pameran Sastra Pecenongan ini, masih tersimpan baik di Leiden (Belanda) dan Leningrad (Rusia)." ujar Silviana. 

Silviana yang siang itu datang mewakili Gubernur DKI Jakarta, Ir.H. Joko Widodo, dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama tidak terlalu banyak mengomentari tentang penyelenggaraan pameran tersebut, tetapi pihaknya mengatakan bahwa pemerintah Propinsi DKI memberi perhatian khusus kepada budaya 

"Pak Jokowi saat ini sangat apresiatif terhadap budaya betawi yang sangat beragam. Arsip daerah betawi sangat lengkap yang tersedia di Gedung Arsip Daerah."

Komitmen pasangan Jokowi-Ahok yang memimpin DKI Jakarta, menurut Silviana, dalam bidang budaya yakni dalam bidang arsitektur dan busana.

"Komitmen lain tidak hanya pada kelengkapan data arsip budaya betawi yang tersimpan di Gedung Arsip Daerah, tetapi Pak Jokowi dan Ahok saat ini menggagas kantor-kantor di daerah Pemprov DKI sebagai rumah rakyat sehingga bisa dapat dianggap sebagai rumah rakyat yang mengayomi."

Pak Wakil Gubernur pernah berpesan kepada Silviana bahwa kantor-kantor di Pemprov DKI sebagai rumah rakyat yang menampilkan semangat untuk bersatu.

"Kami menyikapi bahwa gedung-gedung ini tidak hanya bangunan secara fisik, tetapi meneguhkan dan menumbuhkan semangat rakyat untuk bersatu." ujar Silviana.

Pameran yang digelar dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun Jakarta 486, membuktikan komitmen Jokowi dan Ahok terhadap budaya Betawi. Oleh karena itu Silviana juga menegaskan beberapa komitmen penting yang ditekankan oleh Pemerintah Propinsi DKI Jakarta, pada saat Hari Ulang Tahun 486 Propinsi DKI Jakarta lalu.

"Pakaian adat betawi akan dikenakan Pegawai Negeri Sipil di kalangan Pemerintah Propinsi DKI Jakarta setiap hari Jumat. Kami perlu jelaskan bahwa pakaian adat betawi yang awalnya hanya di kalangan warga Setu Babakan kini bahkan dianggap sebagai pakaian elite warga DKI Hal ini menghidupkan perekonomian warga DKI karena pesanan pakaian semakin meningkat dan ini berarti memberdayakan masyarakat banyak." ujar Silviana.

Silviana melanjutkan bahwa arsitektur-arsitektur Betawi akan diterapkan di beberapa gedung pemerintah Propinsi DKI Jakarta akan dibuatkan berarsitektur Betawi.

"Bangunan bangunan yang merupakan tempat kerja pemerintah propinsi DKI Jakarta akan dibuatkan berarsitektur betawi. Salah satu bangunan yang akan dibuat arsitektur betawinya yakni, Mesjid Agung di Daan Mogot." 

Hal terakhir yang disoroti yakni muatan lokal pendidikan, karena seringkali dijumpai soal-soal di pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi menggunakan soal-soal yang tidak mencerminkan norma dan moral bangsa Indonesia.

"Muatan lokal pendidikan di SD, SMP hingga perguruan tinggi akan di update. Agar dalam buku-buku pendidikan tidak ada lagi muatan-muatan yang kurang bertanggungjawab. Contohnya adalah menampilkan cerita seperti Bang Jampang istrinya empat di buku pelajaran, ini memalukan bagi para pelajar," pungkas Silviana.    

Editor : Yan Chrisna


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home