Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 02:42 WIB | Kamis, 01 Desember 2016

Pasar Keroncong Kotagede 2016, Keroncong Jiwa Raga Kami

Pasar Keroncong Kotagede 2016, Keroncong Jiwa Raga Kami
Poster Pasar Keroncong Kotagede 2016 yang akan diselenggarakan pada 3 Desember 2016 di seputaran Kotagede-Yogyakarta. (Foto: Panitia PKK 2016)
Pasar Keroncong Kotagede 2016, Keroncong Jiwa Raga Kami
Temu media PKK 2016 menghadirkan nara sumber Muhammad Natsir, Sapta (putra ketujuh komponis Kusbini), musisi keroncong senior Subardjo HS, Danang Sujarwo (Dinas Kebudayaan DIY), Rabu (30/11). (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Setelah terselenggara Pasar Keroncong Kotagede (PKK) yang pertama kali pada tahun 2015, tahun ini PKK digelar lagi dengan memanfaatkan tiga panggung seperti tahun sebelumnya: Sopingen, Sayangan, dan Loring Pasar.

Jika pada PKK 2015 hanya meibatkan grup keroncong sekitar Yogyakarta serta satu grup dari Solo, PKK 2016 yang akan dihelat pada Sabtu (3/12) melibatkan grup orkes keroncong dari berbagai kota diantaranya Semarang, Bandung, Malang, maupun Solo, dengan hadirnya beberapa bintang tamu Oppie Andaresta, Woro (Diatas rata-rata), Syaharani, Subarjo HS, Yati Pesek, serta Retno Handayani.

Dari luar kota akan tampil OK Rinonce, OK Swastika Muda, Jempol Jenthik Orkes Keroncong, Gambang Semarang Art Company, OK Lolycong, OK Smindo, OK Kos Atos, OK Irama Tongkol Teduh, OK Wurlitheng, melengkapi delapan orkes keroncong dari Kotagede yakni OK Cahaya Muda, OK Chandra Kirana, OK Erwina, OK Irama Guyub, OK Pesona Irama, OK Sarlegi, OK Sukanada, OK Timpasko.

"Tahun lalu kita melibatkan 200-an warga Kotagede dalam kepanitiaan. Setelah acara PKK 2015 selesai, respon masyarakat meningkat. Banyak yang ingin dilibatkan dalam PKK selanjutnya. Tahun 2016, PKK melibatkan sekitar 600-am warga Kotagede dalam kepanitiaan," kata budayawan Kotagede Muhammad Natsir 'Dabey' pada satuharapan.com 19 November 2016 di Kwagon, Godean-Sleman saat perhelatan Ngayogjazz 2016.

Dalam acara temu media yang dilaksanakan di Kedai Kolega, Jogjatorium, Dagadu Djogja pada Rabu (30/11), Natsir menjelaskan bahwa keroncong menjadi spirit untuk bersama-sama bergerak. Bagi masyarakat Kotagede, keroncong seolah ada dalam aliran darah mereka. Spirit PKK adalah spirit komunitas/warga. sehingga yang terlibat adalah masyarakat mulai tukang becak, tukang parkir, bakul sayur di pasar, pak RT, warga, semua bisa masuk di kegiatan PKK ini. Bersama warga, panitia mencoba untuk mengkonsep PKK ini ibaratnya ewuh-e sing nduwe gawe itu wong Kotagede.

"Jadi siapapun bisa masuk di situ. Semua kita ajak. Dengan potensi budaya (tangible-intangible) wilayah Kotagede yang luarbiasa, salah satunya keroncong yang telah menjadi jiwa raga kami," lebih lanjut Natsir menjelaskan dalam acara temu media Rabu (30/11).

Bagimu Negri, Indonesia Raya

Sapta, anak ketujuh komponis Kusbini dalam temu media menjelaskan proses pengerjaan lagu Bagimu Negri sebagai bentuk nasionalisme serta semangat kemerdekaan masyarakat ketika itu.

"Lagu Padamu Negri itu diciptakan tahun 1942, sebelum Indonesia merdeka. Saat itu Kusbini dipanggil dan ditanya Bung Karno di Gedung Agung Yogyakarta "Kus nduwe karya apa kowe?" (Kus punya karya lagu apa kamu?"). Kusbini menyerahkan bait lagu Padamu Negri yang terdiri hanya empat baris kalimat pada Bung Karno, namun ada sedikit ganjalan pada bait terakhir," jelas Sapta.

Bung Karno menjelaskan pada Kusbni bahwa semangat lagu ini melewati jamannya, namun bait keempat bisa menjadi masalah karena saat itu Indonesia masih belum merdeka. Kalimat terakhir lagu tersebut pada awalnya adalah Bagimu negri, Indonesia Raya. Setelah mendapat masukan, Kusbini membawa bait lagu tersebut untuk digubah ulang. Akhirnya Kusbini mengubah kalimat terakhir menjadi Bagimu negeri, jiwa raga kami yang akhirnya disetujui oleh Bung Karno.

Sapta memberikan penjelasan tentang kata negri dari penjelasan langsung Kusbini, bahwa kata negri itu sebenarnya berasal dari kata Negara Republik Indonesia yang disingkat negri namun disamarkan.

"Pengucapannya negri, bukan negeri. Selain lebih bersemangat, sebenarnya itu cara Kusbini menyamarkan perjuangan waktu itu," kata Sapta.

Patriotisme dan nasionalisme dalam karya lagu perjuangan telah tumbuh bahkan sebelum Indonesia merdeka. Pada tahun 1945 - 1952 Kusbini telah menciptakan lagu perjuangan bersama C. Simanjuntak, Ismail Marzuki, L. Manik, yang hingga kini masih menjadi semangat bangsa Indonesia.

Pada PKK 2016, di ketiga panggung setiap grup orkes keroncong akan membawakan satu lagu karya Kusbini, sebagai bentuk tribute untuk Kusbini sekaligus mengabarkan semangat nasionalisme dan patriotisme di tengah hiruk-pikuk kondisi perpolitikan nasional akhir-akhir ini yang karut-marut hanya memikirkan kepentingan kelompoknya sendiri.

Tujuh empat tahun yang lalu Kusbini telah mengabarkan dan selayaknya kita mempertahankan semangat itu: Bagimu negri jiwa raga kami.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home