Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 11:14 WIB | Jumat, 19 Juni 2015

PBB: Penculikan Dijadikan Taktik Teror

Penderitaan akibat perpindahan dan terpisah dari keluarga, cedera dan bahkan kematian, terus ditanggung anak-anak sebagai konsekuensi yang tidak dapat diterima dari eskalasi kekerasan antara Israel dan Gaza, Palestina, baru-baru ini. (Foto: UNICEF /UN)

NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Ban Ki-moon, mengatakan bahwa penculikan telah dijadikan taktik teror dengan menargetkan kelompok etnis dan agama. Maka, melindungi anak-anak dari ancaman bencana akibat konflik adalah kewajiban hukum dan moral yang penting.

Ban yang berbicara pada Dewan Keamanan PBB, hari Kamis (18/6) menyampaikan penyesalan bahwa tahun 2014 merupakan tahun yang terburuk bagi anak-anak di negara-negara yang mengalami konflik.

Dewan Keamanan menyelenggarakan debat terbuka tentang anak-anak dan konflik bersenjata. Dewan juga melihat kecenderungan peningkatan penculikan massal di daerah konflik. Ban melaporkan tantangan besar masyarakat internasional untuk menegakkan hak-hak dasar puluhan jutaan anak-anak.

"Kami telah melihat krisis berkembang biak dan meningkat... Pelanggaran berat terhadap anak-anak adalah penghinaan terhadap kemanusiaan, seperti yang terjadi di Republik Afrika Tengah, Irak, Nigeria, Sudan Selatan dan Suriah. "

PBB juga khawatir pada penderitaan "begitu banyak anak" akibat "operasi militer Israel di Gaza tahun lalu," kata Sekjen PBB. Dia mendesak Israel untuk meninjau kebijakan dan praktik dalam operasi militer untuk melindungi anak dan mencegah pembunuhan pada anak, serta menghormati "perlindungan khusus" bagi sekolah dan rumah sakit.

Ban mengatakan, "Penculikan sekarang digunakan sebagai taktik untuk meneror atau menargetkan kelompok etnis tertentu atau komunitas agama, dan anak-anak telah menjadi fokus khusus."

Jumlah yang mengejutkan adalah penculikan oleh Da'esh (Islamic State of Iraq and Syria / ISIS) dan kelompok Boko Haram di Nigeria.

Wakil Khusus Sekjen PBB  untuk Anak-anak dan Konflik Bersenjata, Leila Zerrougui, dalam pertemuan itu mengatakan, pada tahun 2014 hanya ada satu kasus perekrutan anak-anak untuk militer yang terjadi di Republik Demokratik Kongo, dan belum ada kasus dalam tahun 2015. Ban juga menyambut pembebasan 1.757 anak-anak yang disandera Fraksi Cobra di Sudan Selatan.

 Zerrougui mengatakan, sekarang ini sekitar 230 juta anak-anak tinggal di negara-negara yang terkena dampak pertempuran dan kerusuhan. DI antara mereka sekitar lima juta hidup di jalanan, karena melarikan diri dari zona perang .

Zerrougui menekankan pentingnya mengakhiri impunitas pelaku pelanggran pada anak-anak. Dia mengharapkan komitmen untuk mencegah penyalahgunaan anak dalam konteks konflik.

"Pelecehan seksual oleh orang yang dipercayakan untuk melindungi penduduk adalah sangat mengerikan... Penting untuk mencegah perilaku seperti itu, dan memastikan bahwa pelaku harus bertanggung jawab dalam semua konteks," tambah Zerrougui.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home