Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 22:07 WIB | Sabtu, 12 Juni 2021

PBB: Puluhan Ribu Anak di Tigray, Ethiopia Menghadapi Kelaparan

Seorang perempuan Ethiopia berdebat dengan orang lain mengenai alokasi kacang polong kuning setelah didistribusikan oleh Lembaga Pertolongan Tigray di kota Agula, di wilayah Tigray di Ethiopia utara, pada hari Sabtu (8/5/2021). Di Tigray yang dilanda perang, lebih dari 350.000 orang sudah menghadapi kelaparan, menurut PBB dan kelompok kemanusiaan lainnya. Bukan hanya orang yang kelaparan; banyak yang kelaparan, menurut temuan The Associated Press. (Foto: dok. AP/Ben Curtis)

JENEWA, SATUHARAPAN.COM-Puluhan ribu anak-anak yang kekurangan gizi berisiko meninggal di daerah-daerah yang sulit dijangkau di wilayah Tigray yang dilanda konflik di Ethiopia, yang sekarang dilanda kelaparan, kata Perserikatan Bangsa-bangsa, hari Jumat (11/6).

“Tanpa akses bantuan kemanusiaan untuk meningkatkan respons kami, diperkirakan 30.000 lebih anak-anak yang kekurangan gizi parah di daerah-daerah yang sangat tidak dapat diakses itu berisiko tinggi meninggal,” kata juru bicara UNICEF, James Elder, kepada wartawan di Jenewa.

Komentarnya muncul setelah PBB pada hari Kamis (10/6) mengatakan sekitar 350.000 orang di Tigray menghadapi kelaparan, sementara dua juta orang lainnya hanya selangkah lagi dari kondisi ekstrem itu.

“Sekarang ada kelaparan di Tigray,” kata kepala badan kemanusiaan PBB, Mark Lowcock, memperingatkan bahwa “setiap ahli yang Anda ajak bicara akan memberi tahu Anda bahwa ini akan menjadi jauh lebih buruk”.

Lowcock mengatakan data baru menunjukkan jumlah orang yang diklasifikasikan dalam kondisi kelaparan "lebih tinggi daripada di mana pun di dunia dan kapan pun, sejak seperempat juta orang Somalia kehilangan nyawa pada tahun2011".

PBB telah mengatakan bahwa lebih dari 90 persen dari lebih dari lima juta orang di wilayah Tigray membutuhkan bantuan pangan darurat, dan telah mendesak bantuan lebih dari US$ 200 juta untuk meningkatkan tanggapannya.

Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2019, mengirim pasukan ke wilayah utara pada November untuk menahan dan melucuti senjata para pemimpin Front Pembebasan Rakyat Tigray, bekas partai yang berkuasa di kawasan itu.

Dia mengatakan langkah itu dilakukan sebagai tanggapan atas serangan TPLF di kamp-kamp tentara federal.

Meskipun dia bersumpah konflik akan berlangsung singkat, pertempuran berlanjut lebih dari enam bulan kemudian dan laporan tentang kekejaman, termasuk meluasnya penggunaan pemerkosaan, berkembang meluas. Banyak pemimpin telah memperingatkan bencana besar.

AS dan Uni Eropa pada hari Kamis mengeluarkan permohonan untuk upaya internasional yang lebih besar untuk mengatasi kelaparan yang muncul di sana. Organisasi bantuan internasional telah berulang kali mengeluh bahwa mereka ditolak aksesnya ke wilayah itu oleh pasukan Ethiopia dan pasukan dari negara tetangga Eritrea. (AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home