Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 13:12 WIB | Minggu, 16 Oktober 2016

PBMK 2016: Meretas Ruang Dialog Keberagaman Melalui Panggung Seni

PBMK 2016: Meretas Ruang Dialog Keberagaman Melalui Panggung Seni
Nafsi I Gira, kelompok musik gereja saat perform dengan judul Cinta Tuhan, sesama, dan semesta alam pada Pentas Seni Lintas Agama-Keyakinan, Pekan Budaya Masuk Kampus 2016 di Sportorium Univ. Muhammadiyah Yogyakarta, Kamis (13/10) malam. (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
PBMK 2016: Meretas Ruang Dialog Keberagaman Melalui Panggung Seni
Kelompok seni tari Siwa Nata Raja memainkan tari Kebyar duduk, dalam posisi yang cukup sulit dan memerlukan penguasaan teknik tertentu.
PBMK 2016: Meretas Ruang Dialog Keberagaman Melalui Panggung Seni
Perform Joged Sholawat Mataram pimpinan Wibi Mahardika.
PBMK 2016: Meretas Ruang Dialog Keberagaman Melalui Panggung Seni
Sanggar Nun dari UIN Sunan Kalijaga dengan perform musik kontemporer.
PBMK 2016: Meretas Ruang Dialog Keberagaman Melalui Panggung Seni
Cokro Gendhing dari Kotagede mempersembahkan musik reliji pada Pentas Seni Lintas Agama-Keyakinan, Pekan Budaya Masuk Kampus 2016. (Foto: Panitia PBMK 2016).

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pelaksanaan Pekan Budaya Masuk Kampus 2016 hari ketiga di plasa Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) hari Kamis (13/10), sempat diwarnai insiden ambruknya panggung utama akibat hujan-angin kencang yang turun merata di wilayah Yogyakarta.

Angin kencang dan hujan deras mematahkan panggung rigging PBMK. Beruntung tidak jatuh korban karena saat kejadian, panggung sedang kosong dan pementas dari Kelompok Seni RW 12 Kelurahan Kadipaten-Kraton, Yogyakarta yang sedang bersiap-siap di tenda VIP segera dievakuasi ke selasar Sportorium UMY oleh panitia.

Setelah hujan reda, panitia memindahkan pementasan ke dalam Sportorium UMY. Pemindahan tersebut berakibat pada mundurnya acara hampir 2,5 jam. Mundurnya acara tidak membuat semangat pementas surut, justru anak-anak dari Kelompok Seni RW 12 Kelurahan Kadipaten-Kraton sempat menangis mengira mereka batal tampil. Sambil menunggu persiapan dadakan, panitia memindahkan juga workshop penanganan ular yang masuk ke pekarangan rumah (snake handle) oleh Ajie Rahmat dari Yayasan Sioux Indonesia. Secara ringan dan fun, Ajie mengenalkan dua jenis ular yang baru saja ditangkap di wilayah Bantul.

Workshop snake handle mampu mengurangi ketengan anak-anak dan kembali bersemangat untuk tampil di panggung.

Setelah sesi panggung seni-budaya nusantara hari ketiga, panggung dilanjutkan dengan Pentas Seni Lintas Agama dan Keyakinan. Tujuh kelompok seni dari berbagai lintas agama secara bergantian menampilkan karyanya merespon tema PBMK 2016 DIASPO|rchest|RA, membumikan Nusantara.

Cokro Gendhing dari Kotagede dengan happening art musik relijinya berupa lagu syiir yang dinyanyikan dalam iringan gamelan dan aroma kemenyan yang dibakar. Cokro Gendhing membawa nuansa angin, hujan, dan lain-lain yang tidak terlihat secara kasat mata dalam perform mereka.

Setelah perform Cokro Gendhing ilanjutkan mini orkestra Nafs I Gira yang membawakan beberapa lagu gereja yang membawa pesan perdamaian.

Nafs I Gira pimpinan Yulius Panon Pratomo mementaskan 6 repertoar selama 23 menit. Keenam repertoar tersebut adalah Kidung Damai, He Loved Me, The Majesty and the Glory of Your Name, For the Beauty of the Earth, Instrument of Peace, dan Gusti Nyuwun Ayem Tentrem. Dengan diiringi permainan flute, cello, dan kibor paduan suara yang keseluruhannya adalah pelajar SMP-SMA menyampaikan pesan-pesan perdamaian.

Kepada satuharapan.com, Yulius Panon menjelaskan bahwa musik secara vertikal bisa menunjukkan pernyataan iman manusia kepada Penciptanya, sementara dalam hubungan horizontal menjadi sarana berbagi ungkapan iman dari berbagai agama dan kepercayaan.

"Dengan musik (dan juga berkesenian), kita memiliki kesempatan menciptakan dunia yang nyaman sebagai tempat tinggal bersama," kata Yus panggilan akrab Yulius Panon Pratomo, Kamis (13/10) malam.

Sentaka Mudya UMY menampilkan tari Golek Ayu-ayu, dilanjutkan gendhing Gugur Gunung karya Ki Narto Sabdo yang dibawakan dalam 3 bahasa yang berbeda: Jawa, Indonesia, dan Inggris.

Setelah Siwa Nata Raja menampilkan 3 tari Bali yakni tari Pendet, tari Kebyar duduk, dan tarian Nelayan. Tarian Kebyar duduk menggambarkan keprigelan penari dalam menari.

Nusvantara yang terdiri dari anak-anak muda membawakan tiga repertoar dari puisi karya mereka. Musikalisasi puisi yang bercerita tentang pesan-pesan perdamaian, persaudaraan, serta kemanusiaan diakhiri dengan lagu Indonesia Pusaka.

Joged Sholawat Mataram (JSM) menawarkan hal baru memaknai sebuah dinamika budaya dalam ranah seni. Wibi Mahardhika yang memimpin langsung perform JSM menggabungkan berbagai unsur budaya Jawa, Nusantara, Arab, dalam sebuah racikan pementasan: tari, musik gamelan, mocopatan sekaligus sholawatan. Sholawat di tangan pemain JSM menjadi sesuatu yang ringan untuk dicerna tanpa kehilangan esensi sholawat itu sendiri berupa salam untuk Kanjeng Nabi yang itu sesungguhnya adalah salam perdamaiana untuk seluruh umat di bumi. Syiir sholawat dalam bahasa Jawa ditingkahi tarian dua penari dan iringan gamelan dan rebana tidak kehilangan makna, justru yang terlihat sholawat menampakkan wajah yang humanis di manapun dan dalam bentuk apapun. Sholawat menjadi salam damai sebagaimana semangat sholawat itu sendiri.

Sanggar Nun dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menghangatkan panggung di penghujung acara. Mundurnya acara akibat insiden panggung roboh tidak menyurutkan Sanggar Nun yang tampil menjelang tengah malam. Dengan musik kontemporer yang menggabungkan gamelan tradisional dan alat musik modern, Sanggar Nun yang dipenuhi anak-anak muda akan menjadi salah satu pemain penting perkembangan musik di tanah air.

Panggung Pentas Seni Lintas Agama dan Keyakinan adalah upaya menyemaikan perdamaian, persaudaraan, dan juga kemanusiaan, dalam ranah panggung seni budaya di tengah munculnya prasangka-prasangka yang membuat Indonesia terkotak-kotak pula dalam prasangka tak beralasan. Indonesia yang masih terkoyak perpecahan, kepalsuan, dan petaka. Di titik itu kita bisa membuka sekat-sekat melalui dialog-ringan yang ringan melepas keegoan manusia seraya berdoa: Gusti nyuwun ayem tentrem.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home