PBNU: Paham Radikalisme Bukan Watak Orang Indonesia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj menilai paham radikalisme dan terorisme bukan watak orang Indonesia.
“Paham radikalisme dan terorisme bukan wataknya orang Indonesia itu baru-baru saja muncul tahun 1990-an entah dari mana asalnya paham tersebut yang bisa memecah belah umat,” kata Said di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta Pusat, hari Senin (9/5).
Selain itu, kata Said di tahun-tahun sebelumnya dirinya menyadari bahwa ada perbedaan antara organisasi kemasyarakatan (Ormas) yang diikuti dengan ormas lain seperti Syiah atau Ahamdiyah yang jelas jauh berbeda.
“Dulu tidak pernah konflik antara NU dan Syiah, NU dan Ahamdiyah, jelas ini bukan asli watak Indonesia ini pengaruh dari luar konflik di Timur Tengah ke negeri kita ini," kata dia.
Selain itu, kata Said dengan acara International Summit Of The Moderate Islam Leaders (ISOMIL) untuk mengajak seluruh ulama Internasional berfikir ulang nasionalisme tidak bertentangan dengan agama dan agama tidak bertentangan dengan nasionalisme.
“Mari kita berfikir ulang soal nasionalisme yang tidak bertentangan dengan agama, dan agama tidak bertentangan dengan nasionalisme,” kata dia.
Untuk itu, kata Said, pihaknya melihat belum ada titik temu antara Islam dengan kebangsaan. Dan para ulama masih bermimpi sistem Islam khilafah, sementara nasionalisme masih dianggap tidak peduli akan adanya agama.
“Ulama menolak nasionalisme, maunya khilafah Islamiyah, yang nasional enggak peduli sama Islam, Alhamdulilah pendiri PBNU KH Hasyim Asy'ari kakeknya GusDur, orang yang ulama nasionalis, nasionalis ulama, makanya kita harus mampu membangun Islam kita yaitu Islam Nusantara.
Selain itu, kata Said dengan acara ISOMIL pemerintahan Joko Widodo sangat mendukung.
“Pemerintah sangat mendukung dengan acara ini sangat mengarapkan dan hasil pertemuan ini, supaya bisa di tiru di Timur Tengah," kata dia.
“Kalau Ini bisa di tiru oleh saudara-saudara kita di Timur Tengah insya allah bisa mengurangi konflik kepanjangan membela Islam berati membela tanah air, membela tanah air bersama membela agama mati dengan sahid barang siapa yang berpihak sama penjajah boleh di bunuh halal darahnya walaupun tidak kafir,”dia menambahkan.
Selain itu, kata Said bangsa Indonesia harus berfikir secara paten yaitu Islam nasionalis,Islam saja tanpa nasionalisme belum tentu bisa menyatukan umat.
Editor : Bayu Probo
Pep Guardiola Balas Ejekan Fans Liverpool dengan Enam Trofi ...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pelatih Manchester City Pep Guardiola mengingatkan para penggemar Liverpo...