Loading...
BUDAYA
Penulis: Kartika Virgianti 06:55 WIB | Senin, 29 Juli 2013

Pekan Film Pendek dan Workshop Bersama Sutradara Edward Gunawan

Pekan Film Pendek dan Workshop Bersama Sutradara Edward Gunawan
Edward Gunawan membagikan pengalamannya dari pertama kali ia belajar sampai menjadi profesional.
Pekan Film Pendek dan Workshop Bersama Sutradara Edward Gunawan
Antusiasme peserta tentang cara pembuatan film pendek.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Film adalah serangkaian gambar bergerak yang di dalamnya terdapat unsur visual dan audio. Banyak ilmuwan yang mengatakan film merupakan alat komunikasi untuk menghibur. Hal ini disampaikan oleh Edward Gunawan, sutradara dan aktor dalam workshop film pendek di Bentara Budaya Jakarta (27/7).

Acara dibuka dengan menampilkan beberapa judul film pendek karya Edward Gunawan yang berdurasi kurang lebih 55 menit, antara lain berjudul Dino, Revenge, Payung Merah, dan Cup O’Joe.

Perbedaan film pendek dengan film layar lebar adalah pemain lebih sedikit (sekitar 3-5 orang), lokasi, waktu dan biaya yang juga lebih sedikit. Namun pada dasarnya pembuatan film tidaklah murah, karena pasti akan melibatkan banyak pihak untuk membantu.

Hal yang pertama kali harus dipersiapkan dalam proses pembuatan film, dalam hal ini film pendek, adalah pengembangan cerita, yaitu bagaimana mendapatkan penulis, sutradara, kameraman yang bisa mendukung kelancaran pembuatan film.

Pendanaan juga tantangan yang perlu dipikirkan dari awal (fund raising), yang bisa berasal dari keluarga dan teman, sponsor, investor, donor, dan lain sebagainya. Edward juga menceritakan bahwa pembuatan film pendek Dino merupakan salah satu contoh projeknya yang paling matang, meskipun untuk ukuran sebuah film pendek, Dino memerlukan waktu berbulan-bulan dalam penyelesaiannya, terutama proses editing. Selain itu dana yang dikeluarkan mencapai 120 juta rupiah.

Lebih dari itu Edward menambahkan bahwa ia tidak merekomendasikan untuk seorang pemula menggunakan cara yang ia pakai, terutama masalah biaya yang cukup besar tersebut.

Selanjutnya merupakan tahap yang ia sebut pre-production, antara lain naskah yang sudah siap, pengaturan kru, casting pemain, kamera dan pencahayaan, penataan visual, lokasi yang harus sesuai dengan peralatan dan biaya. Misalnya, ruangan yang tidak terlalu kecil untuk peralatan syuting dan tempatnya tidak jauh sehingga bisa menghemat ongkos transportasi. Setelah itu, membuat story board dan shot list.

Sebaiknya persiapkan benar-benar segala kebutuhan untuk syuting pada saat pre-production, agar tidak terjadi molornya waktu pembuatan film, yang nantinya juga akan membuat bengkaknya biaya pembuatan film tersebut.

Proses produksi merupakan saat pengambilan gambar di mana kita mengerjakan segala hal yang direncanaka dalam pre-production. Setelah itu, tinggal memikirkan strategi distribusi dan promosinya. Hal ini bisa dilakukan melalui poster, teaser, atau trailer.

Dari Mana Bisa Memulai?

Pembuatan film membutuhkan keterampilan di mana bisa kita dapatkan baik dengan cara formal, yaitu mengambil kursus atau sekolah perfilman, dan juga secara informal, misalnya dengan cara otodidak. Edward yang lulusan sarjana hukum dan S2 bidang bisnis, merupakan contoh seorang profesional yang mengawali pembelajarannya dengan cara otodidak.

Pengalaman juga bisa didapatkan dengan cara magang atau kerja di rumah produksi. Berangkat dari sana, untuk kemudian kita bisa membangun jaringan, hingga suatu saat nanti akan bermanfaat, terutama dalam hal pendanaan, sosialisasi, ide film, mengenal banyak orang dari industri perfilman.

Memahami kelemahan merupakan hal yang tidak kalah penting. Misalnya ketika kita menyadari kekuatan cerita kita terdapat pada dialognya, namun dengan kemampuan visual yang kurang, maka boleh kita maksimalkan dalam dialog tersebut, dan sebaliknya. Misalnya, Edward memberikan contoh film Payung Merah yang bergenre horor, namun tidak menggunakan efek darah maupun make-up artist yang menunjang untuk membuat kesan seram, melainkan ia maksimalkan kepada dialognya dan diberi sentuhan audio yang sedikit mencekam.

Edward juga mengatakan terutama ditujukan untuk para pemula melakukan “small realistic goal”, yaitu mulailah dari hal-hal kecil dulu. Serta temukan cerita yang sesuai dengan kreatifitas dan finansial kita.

Saat proses pembuatan film telah berlangsung, hal terakhir yang perlu dilakukan adalah fokus terhadap cerita, jangan melenceng dari apa yang sudah direncanakan, dan bekerja samalah dengan tim.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home