Loading...
BUDAYA
Penulis: Ignatius Dwiana 14:26 WIB | Senin, 29 Juli 2013

Cinta dari Wamena, Film Edukasi HIV/AIDS di Papua

Cinta dari Wamena, Film Edukasi HIV/AIDS di Papua
Mandy Marahimin, produser \"Cinta dari Wamena\".
Cinta dari Wamena, Film Edukasi HIV/AIDS di Papua
Enda diperankan Amyra Jessica dan Litius diperankan Maximus Itlay, dalam salah satu adegan film \"Cinta dari Wamena.\" (Foto: situs film Cinta dari Wamena)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM -  Isu HIV/AIDS sangat sensitif, tetapi sudah tidak lagi tabu untuk dibicarakan, apalagi difilmkan. Film "Cinta dari Wamena”  yang berbicata tentang HIV/AIDS bukan cuma lancar pembuatannya, tetapi juga disambut oleh pemirsa, termasuk orang-orang Papua.

Pada acara diskusi film di Bentara Budaya Jakarta (27/7), Mandy Marahimin, produser film “Cinta dari Wamena” mengatakan, "Orang-orang di sana sangat ramah, kita banyak dibantu."

Film ini menceritakan persahabatan Litius, Tembi, dan Martha. Mereka memiliki impian untuk bisa terus sekolah. Impian ini membawa mereka ke Wamena, tempat mereka bisa bersekolah gratis. Tetapi di sana, persahabatan dan impian mereka diuji dengan gaya hidup permisif, dan wabah HIV/AIDS yang melanda remaja Papua.

Litius sendiri punya kisah cinta tersendiri dengan remaja yang penderita HIV/AIDS bernama Enda. Tetapi Enda kemudian ke Jakarta meninggalkan Litius. Perjalanan hidup yang ditempuh Litius, Tembi, dan Martha berbeda. Litius melanjutkan kuliah di Jakarta dan berkenalan dengan Daniel, seorang musisi. Daniel dan Litius kemudian membuat projek musik bareng yang dipersembahkan untuk persahabatan yang hilang dan penderita HIV/AIDS.

Film untuk Edukasi

"Cinta dari Wamena” adalah film yang dibuat untuk tujuan edukasi dan sosialisasi tentang kondisi di Papua. Film ini juga eksperimen dalam kampanye mengatasi HIV/AIDS di Papua. Mandy Marahimin mengatakan, "Profit bukan tujuan utama pembuatan film ini."

Di Papua, film ini diterima dengan baik. Karena dalam proses pengerjaannya didahului dengan survei ke Papua. "Tim kreatif kita pergi ke sana dulu dan ngobrol dengan anak-anak muda di Papua. Mengumpulkan anekdot-anekdot, cerita-cerita dri mereka, baru dari situ kita bikin script," kata Mandy.

"Jadi, ceritanya pun berasal dari orang-orang sana, dari anak-anak muda di sana. Itu mungkin yang bikin penerimaan film itu jadi sangat baik. Karena mereka merasa sangat dekat dengan filmnya," Kata Mandy Marahimin.

Di Papua, film ini ketika diputar bekerja sama dengan Komisi Penanggulangan AIDS. Setelah tayang di bioslop, film ini baru bisa diakses publik melalui DVD empat bulan lagi.

"Kita sangat senang jika bisa diputar di mana-mana. Bulan September dan Oktober, filmnya akan tayang ke beberapa kampus di Jabodetabek. Setiap pemutaran, kita kerja sama dengan mahasiswa kedokteran. Setelah pemutaram, kita diskusi, karena film ini dibuat untuk sosialisasi."

Tiga Pekan Syuting

Persiapan film “Cinta dari Wamena” tidak terlalu lama, hanya sebulan. Syutingnya memakan waktu tiga pekan. Dua pekan di Papua, satu pekan di Jakarta. "Yang memang lama itu adalah pasca produksinya," kata Mandy Marahimin.

Film ini kebanyakan dibintangi para pendatang baru. Mandy Marahimin mengatakan, "Acting aktor-aktrisnya sangat natural, karena mereka belum pernah acting sebelumnya."
 
"Kita memang bikin pelatihan acting. Dua minggu sebelum syuting, kita ada pelatih teater, dan mereka semua masuk kelas. Jadi kayak sekolah. Trainer-nya juga kebetulan sudah lama di Papua. Jadi, kita nggak mencari jauh-jauh, ada juga di sana."

Tidak Tabu Dibicarakan

Walau HIV/AIDS sesuatu yang sangat sensitif tetapi tidak tabu dibicarakan. Dalam pembuatan film, semua sangat lancar. "Orang-orang di sana sangat ramah, kita banyak dibantu."

Dokter Ronald Gunawan merupakan  ko-produser sekaligus nara sumber. Dia aktivis HIV/AIDS dan sudah belasan tahun tinggal di papua. Dia menjadi nara sumber data medis tentang Papua. Kondisi penderita HIV/AIDS di Papua menjadi hal terburuk di Indonesia. Termasuk prediksi kalau HIV/AIDS di Papua  ini tidak segera ditangani, orang-orang asli Papua akan punah dalam 20 tahun.

"Saya memang senang bikin film tidak cuma untuk entertainment. Maunya ada sesuatu yang bisa dibawa orang pada saat pulang. Cuman saya belum tahu, berikutnya mau bikin film apa. Temanya pasti tidak akan jauh dari setelah orang Indonesia menonton itu ada yang bisa direnungkan." kata Mandy Marahimin ketika diwawancara.

Dalam film itu, Maximus Itlay sebagai Litius, Benyamin Lagowan sebagai Tembi, dan Madonna Marrey sebagai Martha yang merupakan pendatang baru dalam film nasional adalah nama-nama pemeran utama “Cinta dari Wamena”. Sementara bintang dalam film ini antara lain Amyra Jessica sebagai Enda, Nicholas Saputra sebagai Daniel, dan Susan Bachtiar sebagai Maya.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home