Loading...
SMASH AYUB
Penulis: Ayub Yahya 13:35 WIB | Senin, 21 Januari 2019

Pelacur

Ilustrasi. (Foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM - Pelacur arti secara umum: orang yang menjual diri. Per-definisi demikian baiklah.

 

Masalahnya adalah kata “diri”, lalu diartikan secara sempit, yaitu: tubuh. Jadi pelacur dimengerti sebagai orang yang menjual tubuhnya. Dan tubuh lalu dipersempit lagi berkenaan dengan seksualitas. Jadilah pelacur disebut juga pekerja seks komersial.

 

Padahal, yang namanya “diri” itu ‘kan tidak hanya raga (tubuh), tapi juga jiwa (termasuk di dalamnya intelektualitas dan hati nurani). Jadi sebetulnya sebutan pelacur juga bisa dikenakan kepada orang yang “menjual jiwanya” demi kepentingan tertentu; entah itu ekonomi (uang dan jabatan), atau juga politis (wewenang dan kekuasaan).

 

Bedanya...

“Penjual tubuh” oleh masyarakat umumnya kerap dicibir dan dihina-dina, secara hukum dianggap ilegal, secara moral dan agama dianggap najis. Padahal di kedalaman sebagian dirinya bisa saja tersimpan air mata kepedihan; ada pengorbanan tiada terhingga di sana, ada pergulatan batin hebat dan jiwa terluka — karena sebetulnya mereka tidak ingin berada dalam posisinya, tetapi tidak bisa memilih lain.

 

Sedang “penjual jiwa” oleh mata masyarakat umumnya dipandang biasa saja (mungkin karena tidak kasat mata); tidak dianggap ilegal atau pun najis. Bahkan tidak jarang mereka petantang- petenteng sebagai politisi petugas partai atau pejabat ini dan itu. Padahal di kedalaman dirinya tersimpan kebusukan; karena melulu berisi keserakahan (sudah punya lebih masih ingin lebih) dan ambisi kekuasaan tanpa akal sehat dan nurani jernih (hingga segala cara pun dihalalkan).

 

Kabar baiknya....

“TUHAN tidak melihat seperti manusia melihat. Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."

 

 

Editor : Tjhia Yen Nie

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home