Loading...
RELIGI
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 19:33 WIB | Minggu, 23 Februari 2014

Penampilan Sederhana Paus Fransiskus Ditiru oleh Para Kardinalnya

Raniero Mancinelli, seorang penjahit yang membuat baju untuk Paus Fransiskus dan para kardinal. (Foto: yahoo.com)

VATIKAN, SATUHARAPAN.COM – Tidak ada emas mewah, tidak ada beludru yang indah dan tidak ada hiasan bulu-bulu yang menempel di pakaian mereka. Cara berpakaian Paus Fransiskus yang sederhana yaitu hanya dengan sepatu hitam dan jubah putih tipis sehingga Anda bisa melihat celana panjang hitamnya merupakan padu padan yang sesuai dengan seruannya dalam hal kesederhanaan dan kerendahan hati di antara kepausannya.

Gaya pribadi Paus – yang membuatnya mendapatkan penghargaan sebagai “Pria Berpenampilan Terbaik 2013” dari majalah Esquire – dan pesannya yang ia sebar luaskan tentang ketenangan akan diuji ketika ia melantik 19 uskup ke dalam College Cardinals dengan menempatkan tiga sutra merah yang terdapat pada biretta (topi keuskupan) kepada para ‘Pangeran Gereja’ yang baru.

Pada kesempatan meriah tersebut, para kardinal dilengkapi secara tradisional dengan perlengkapan berwarna merah dari kepala hingga kaki, dari songkok berbahan sutra hingga kaus kaki berwarna merah cerah, dengan jubah putih dihiasi renda bordir yang dikenal sebagai rohet yang dikenakan pada jubah merah di bawah mozzetta atau ujung bahu.

Tetapi dengan “Paus Kumuh” sebutan untuk Paus Fransiskus karena cara berpakaiannya, membuat penggila fashion dan orang Vatikan bertanya-tanya bagaimana kardinal barunya – yang berasal dari beberapa tempat termiskin di dunia, termasuk Haiti, Burkina Faso dan Pantai Gading – akan berpakaian sendiri dengan cara mereka.

“Yang akan membuat perbedaan di konsistori adalah bagaimana para kardinal menjelaskan pakaian tradisional tersebut,” kata Raniero Mancinelli yang telah mendandani para kardinal bahkan paus sejak awal tahun 1960-an dari toko kecilnya tepat di luar tembok Vatikan.

Apakah mereka akan berbelanja secara royal untuk barang-barang itu, misalnya sebagai pilihan ujung sutra merah yang disukai oleh beberapa kardinal? Atau akankah mereka pergi ke mantan kardinal Jorge Mario Bergoglio, yang menurut legenda dari para uskup dia pernah mengenakan jubah dengan lengan panjang yang dia dapat dari warisan pendahulunya di konsistori 2001?

“Para kardinal dan imam jauh lebih berhati-hati dalam memilih pakaian,” kata Mancinelli kepada agen kantor berita Associated Press. ”Topi uskup yang disepuh emas hanya ada di jendela-jendela toko. Ini adalah konsekuensi dari Paus Fransiskus. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka berada di halaman pastoral yang sama.”

Mancinelli yang saat ini kurang tidur memberikan sentuhan akhir pada pakaian yang akan digunakan oleh kardinal yang baru. Dia memiliki beberapa tips tentang apa yang harus diperhatikan pada hari Sabtu (22/2) ketika Paus Fransiskus memimpin konsistori secara resmi dalam menyambut para kardinal baru.

Telah terlihat beberapa renda menghiasi rohet yang dijahit dengan tangan –dengan label harga yang cocok – tapi sekarang semua telah dibuat dengan mesin. “Ini adalah efek dari Paus Fransiskus,” kata dia membicarakan tentang versi yang lebih murah sambil memainkan jari-jarinya di atas patung.

Ingatannya kembali pada masa tahun 2001 ketika kemudian dia membuatkan jubah untuk Uskup Agung asal Buenos Aires, Paus Yohanes Paulus II, yang mengenakan rohet sederhana dengan hanya dua pita renda bordir yang tipis.

Penghematan lain berupa bahan yang digunakan untuk jubah itu sendiri. Dulu, jubah itu terbuat dari sutra terbaik dan kasmir, sekarang jubah itu kebanyakan terbuat dari bahan sintetis: polyester untuk lapisan merah dan territal, campuran wol sintetis.

“Biayanya sedikit dan juga awet, itu sudah pasti,” kata Macinelli.

Setelah dibuat dengan menggunakan tangan, 33 kancing merah (mewakili umur Kristus) sekarang lebih sering dijahit menggunakan tangan daripada mesin.

Warna merah yang digunakan oleh para kardinal, perlu dicatat, bukan hanya sebagai pernyataan fashion yang luar biasa: Paus Fransiskus akan menempatkan birreta di kepala masing-masing kardinal itu, merah melambangkan kesiapan seorang kardinal untuk mengorbankan hidupnya bagi gereja dan bertindak dengan keberanian, bahkan sampai pertumpahan darah.

Semua pakaian kardinal hanya menghabiskan beberapa ratus euro, bukan beberapa ribu. Salah satu contohnya adalah sepasang kaus kaki merah seharga 12 Euro per uskup atau sekitar Rp 193 ribu.

Pengamat kardinal juga ingin mereka fokus pada salib yang dipakai di dada oleh para pastur: Ketika pastor Jesuit, Bergoglio menjadi uskup pada tahun 1992, seorang teman membelikannya salib berbahan logam yang sederhana. Lalu dia memakainya terus sebagai paus (setelah menolak dengan halus ketika temannya menawarkan untuk melapisi salib tersebut dengan emas pada saat malam pemilihan). Salib logam milik Bergoglio ini dibeli di toko Mancinelli dan versi tiruannya dijual dengan harga 330 Euro atau sekitar Rp 5,4 juta.

Dan tentu saja ada pihak-pihak yang mengikuti konsistori. Di masa lalu, kardinal baru terkenal dengan penyambutan mereka yang mewah oleh para donor, perintah agama, keramahan dengan sesama dan lembaga gereja.

Mereka dimaksudkan untuk menghibur umat, teman, keluarga yang mungkin telah menempuh perjalanan jauh untuk acara ini. Harus diingat bahwa ketika Paus Fransiskus diangkat sebagai paus, ia meminta kakaknya untuk tinggal di rumah di Argentina dan untuk rakyat bangsa lain agar menyumbangkan uang mereka yang akan mereka gunakan untuk perjalanan ke Roma untuk amal.

Dalam sebuah surat pribadi yang dikirim ke kardinal baru pada awal Januari lalu, Paus Fransiskus meminta mereka untuk menerima pencalonannya dengan sukacita tetapi dalam pernyataannya dia menyerukan, “Lakukanlah dengan cara menghindari setiap ekspresi keduniawian atau perayaan apapun yang bertentangan dengan semangat injili, penghematan, kesederhanaan dan kemiskinan.”

Mancinelli mengatakan bahwa sejak Paus Fransiskus menjadi paus tahun lalu, telah terjadi sedikit “pengetatan” dalam seluruh pakaian para paus, selain itu juga karena alasan krisis ekonomi global.

Tapi akan selalu ada pengecualian. Di seberang sungai Tiber dari Vatikan dan toko milik Manicelli, Gammarelli, seorang penjahit yang ditemukan pada tahun 1978 dan didirikan oleh janji kepausan. Gammarelli terkenal menyiapkan tiga pakaian putih berukuran – kecil, menengah dan besar – yang dipilih sesuai dengan ukuran tubuh paus untuk dipakai keluar ke Balkon Santo Petrus setelah pemilihan.

Generasi keenam Lorenzo Gammarelli mengatakan panggilan Paus Fransiskus untuk sebuah ketenangan – yang dipuji oleh Esquire dengan judul “Era Baru (Dan Bagi Banyak Orang, Harapan Baru) untuk Gereja Katolik” – tidak benar-benar mempengaruhi bisnis mereka sama sekali.

“Mereka yang sebelumnya hidup dalam kesederhanaan saat ini tetap sederhana seperti dulu,” kata dia. Dan sebaliknya. Dengan berbicara di depan jendela toko lama yang terkenal yang dihiasi dengan pakaian kardinal mewah berwarna merah termasuk jubah mewah dengan warna serupa, dia menyatakan: “Kesederhanaan tidak ada di sini.” (yahoo.com)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home