Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 12:13 WIB | Senin, 12 Januari 2015

Penanggulangan HIV/AIDS, Tahun 2015 Penuh Tantangan

Gel mikrobida dalam aplikator di Rumah Sakit Baragwanath di Soweto, Afrika Selatan, yang ambil bagian dalam studi mikrobisida yang disebut CAPRISA 004. (Foto: AP)

NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Kepala lembaga advokasi HIV/AIDS ternama mengatakan, 2015 adalah tahun penuh peluang besar sekaligus tantangan berat dalam menanggulangi wabah yang sudah berlangsung 35 tahun dan menjangkiti lebih dari 30 juta orang.

Mitchell Warren, direktur pelaksana Global Advocacy for HIV Prevention (AVAC) mengatakan, tantangan memasuki tahun 2015 adalah bagaimana bisa menerapkan temuan-temuan ilmiah terbaru, yang menurutnya, "bertujuan mempercepat pengembangan etika dan penyampaian secara global, terhadap cara-cara pencegahan HIV, sebagai bagian dari tanggapan menyeluruh."

“Ini adalah tahun yang akan menentukan arah AIDS setelah memasuki periode wabah HIV/AIDS lebih dari 34 tahun,” katanya.

“Sekarang saatnya mengetahui apakah kita berada di jalur yang tepat untuk secara tuntas menghentikan wabah ini, atau terus bergelut dari tahun ke tahun dengan harapan melakukan yang terbaik namun tidak tahu secara pasti.”

Ia mengatakan, pada awal 2015 akan diumumkan hasil dari keampuhan vaksin mikroba untuk secara efektif mencegah HIV.

“Seperti yang Anda ingat, tahun 2010 kita mendapatkan bukti konsep awal uji coba CAPRISA yang menunjukkan bahwa gel tenofovir sebagian berperan melindungi perempuan-perempuan di Afrika Selatan,” katanya.

Tenofovir adalah antiretroviral yang umumnya digunakan untuk menjinakkan virus dalam tubuh, namun juga dikenal ampuh mencegah infeksi.

Sejak 2010, sebuah studi dilakukan untuk memastikan dan mengembangkan hasil temuan CAPRISA. Temuan itu disebut FACTS001 dan juga dilakukan di Afrika Selatan. Studi itu didanai Pemerintah Amerika, Afrika Selatan, dan Yayasan Gates.

Warren mengatakan FACTS001 bisa memastikan apakah geltenofovir, yang digunakan sebelum atau sesudah aktivitas seks bisa mencegah infeksi HIV.

“Hasilnya diharapkan diketahui pada kuartal pertama tahun ini. Jika hasilnya positif dan membenarkan temuan CAPRISA, barulah kami pikirkan bagaimana menerapkannya di luar dari percobaan klinis. Jadi, saya berpendapat kuartal pertama ini sangat menarik, dengan menanti hasil uji coba tersebut,” katanya.

Sementara itu, di Afrika Selatan, uji coba vaksin AIDS lain juga sedang dilakukan tahun ini. Uji coba ini merupakan tindak lanjut uji coba vaksin Thailand pada 2009 yang menunjukkan perlindungan terhadap HIV dimungkinkan. Namun, hasil uji coba Afrika Selatan dan studi-studi terkait, belum akan tersedia untuk beberapa tahun ke depan.

Warren tidak melihat wabah HIV/AIDS akan berakhir, setidaknya dalam 10 tahun ke depan. Salah satu kendala adalah stigma dan diskriminasi yang terus berlangsung.

Ia mengatakan, jika masalah ini tidak diselesaikan, tidak ada vaksin atau antiretroviral yang akan efektif dalam jangka panjang. Ia menambahkan, “belum ada hasil medis yang bisa mengubah persepsi seseorang tentang orang lain." (voaindonesia.com)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home