Loading...
INDONESIA
Penulis: Bayu Probo 14:33 WIB | Senin, 19 Mei 2014

Pengamat: Jadi Oposan, Demokrat Lebih Terhormat

Aburizal Bakrie bertemu Presiden Susilo BY saat hendak memutuskan pengurangan subsidi BBM pada Mei 2013 lalu. (Foto: setkab.go.id)

KUPANG, SATUHARAPAN.COM – Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Kupang Dr Ahmad Atang MSi menilai, pilihan Partai Demokrat untuk menjadi oposan lebih terhormat dan bermartabat daripada memburu kekuasaan di tangan pihak lain yang belum tentu dapat.

“Sudah dapat dipastikan Demokrat tidak akan ke dua poros yang sudah ada dan juga tidak mungkin membentuk poros baru, maka langkah oposan lebih terhormat dan bermartabat daripada memburu kekuasaan di tangan pihak lain yang belum tentu dapat,” kata Ahmad Atang, di Kupang, Senin (19/5) terkait sikap Demokrat dalam Pilpres 9 Juli 2014.

Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan partai berlambang bintang biru itu memilih tidak bergabung ke kubu Joko Widodo maupun Prabowo Subianto dalam Pilpres 9 Juli mendatang.

“Berkenaan dengan sikap dan pilihan PD dalam Pilpres ini, meskipun keputusan akhir diserahkan ke Ketua Umum dan Majelis Tinggi, preferensi PD dalam Rapimnas ini adalah tidak berpihak, dalam arti tidak bergabung dalam kubu mana pun, baik kubu Pak Joko Widodo maupun kubu Pak Prabowo,” ujar Susilo Bambang Yudhoyono saat membacakan hasil Rapimnas Partai Demokrat di Jakarta, Minggu (18/5).

Menurut dia, pilihan ini tidak berarti para kader Demokrat menjadi golput dalam pilpres mendatang.

“Para kader akan berikan suaranya kepada calon presiden yang memiliki platform segaris dengan Partai Demokrat,” kata dia.

Menurut dia, sikap Partai Demokrat ini menunjukkan partai tersebut lebih matang dalam memainkan posisi di pilpres.

“Demokrat lebih tenang, dewasa, dan elegan dalam memainkan posisi di pilpres dan Golkar justru sebaliknya,” kata Ahmad Atang.

Artinya, Demokrat tidak akan ke dua poros yang sudah ada dan juga tidak mungkin membentuk poros baru, maka langkah oposan lebih terhormat dan bermartabat daripada memburu kekuasaan di tangan pihak lain yang belum tentu dapat, katanya.

Oposan Loyal

Dia menambahkan, Partai Demokrat akan memilih untuk menjadi oposan loyal dalam pemerintahan lima tahun ke depan.

“Saya prediksi, Partai Demokrat pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono akan memilih menjadi oposan loyal,” katanya.

Oposan loyal artinya, partai berlambang mercy itu tidak melakukan perlawanan. Boleh melakukan koreksi tetapi tidak menyerang setiap kebijakan pemerintah, katanya menjelaskan.

Menurut dia, pilihan menjadi oposan loyal ini untuk menghindari kriminalisasi kekuasaan, di mana kasus korupsi yang menimpa banyak kader Partai Demokrat belum terungkap secara tuntas sampai saat ini.

“Jadi pilihan Demokrat ke Jokowi dan Prabowo sama sulitnya dan lebih nyaman berada di luar,” katanya.

Syarief Hasan: Poros Demokrat-Golkar Sulit

Ketua Harian Partai Demokrat Syarief Hasan, mengatakan poros Partai Demokrat-Partai Golkar sulit terwujud setelah dalam rapimnas yang digelar Minggu (18/5) tidak memilih hal itu.

“Saya pikir itu sulit,” katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin.

Namun, sayangnya ketika didesak alasannya, ia tidak mengungkapkan dengan jelas. “Yah, pokoknya sulitlah. Kita lihat aja sampai besok. Non-alignment (belum berkoalisi, Red), tapi tidak berarti golput. Kita juga berpartisipasi,” katanya.

Partai Demokrat menurut dia, sesuai dengan hasil rapimnas, untuk sementara tidak mengikat dalam suatu koalisi. Menurut Syarief pihaknya juga masih terus mengamati situasi dan kondisi, masih memiliki waktu untuk memutuskan hingga penutupan pendaftaran calon presiden Selasa, 20 Mei 2014 pada pukul 16.00 WIB.

“Kita lihat saja sampai besok,” katanya.

Senada dengan Syarief, Wakil Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono, poros Golkar-PD telah meredup seiring dengan kegagalan kesepakatan dalam pertemuan seusai rapimnas.

“Sudah tidak mungkin. Sudah selesai dari kemarin,” katanya menjawab pertanyaan wartawan terkait poros ketiga tersebut.

Menurut dia, ketidaksepahaman Partai Golkar dan Partai Demokrat karena kedua ketua umum sama-sama menginginkan sebagai penentu dalam poros itu.

“Beliau menginginkan sama-sama, sebagai Ketua Umum Partai Demokrat dan Ketua Umum Partai Golkar, sama-sama posisinya sebagai king maker, yang menyusun yang mengatur bukan kemudian yang memosisikan diri sebagai capres atau cawapres,” katanya. (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home