Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 02:12 WIB | Selasa, 13 Oktober 2015

Pentas Seni Sasak Tulaq Juq Sasak Digelar

Pentas Seni Sasak Tulaq Juq Sasak Digelar
Interaksi penonton-penari dalam tarian Begandrungan pada acara Pentas Seni Sasak Tulaq Juq Sasak oleh IKPM Lombok di Gedung Societet Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Senin (12/10). (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Pentas Seni Sasak Tulaq Juq Sasak Digelar
Presean oleh IKPM Lombok di pelataran parkir Taman Budaya Yogyakarta.
Pentas Seni Sasak Tulaq Juq Sasak Digelar
Perform musik Cilokak di Gedung Societet TBY.
Pentas Seni Sasak Tulaq Juq Sasak Digelar
Perform tari Bande Angin garapan koreografer Khusnul.
Pentas Seni Sasak Tulaq Juq Sasak Digelar
Tarian Begandrungan atau biasa juga disebut Jejangeran oleh IKPM Lombok di Gedung Societet TBY.

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Bertempat di pelataran parkir dan Gedung Societet Taman Budaya Yogyakarta (TBY), hari Senin (12/10) Ikatan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa (IKPM) Lombok di Yogyakarta menggelar Pentas Seni Budaya dengan tema Sasak Tulaq Juq Sasak (Sasak Kembali ke Sasak). Keinginan IKPM Lombok tersebut mendapat sambutan dari pihak TBY dalam bentuk fasilitasi tempat.

Pementasan seni dimulai dengan Presean, tarian perang, di pelataran parkir pada Senin (12/10) sore. Sementara malamnya pentas tari, musik, dan teater dihelat di Gedung Societet TBY dengan diawali perform Gendang Beleq, dilanjutkan tari Bali Anjani, musik Cilokak, tari Sireh, tari Bande Angin, pementasan teater dengan judul Dewi Anjani, dan ditutup dengan tari Begandrungan yang menggambarkan muda-mudi yang bergembira ria dalam tarian. Selain Presean, Begandrungan menjadi salah satu daya tarik karena mengajak penonton untuk ikut menari bersama di atas panggung. Pada tari Bande Angin, Khusnul (koreografer) tari tersebut mempersiapkan semenjak enam bulan lalu.

Lalu Suparman, ketua IKPM Lombok, menjelaskan bahwa kegiatan yang baru pertama kali dilakukan oleh IKPM Lombok ini bertujuan untuk menyatukan pelajar-mahasiswa Lombok yang tersebar di DI Yogyakarta dengan mengabarkan bahwa Sasak dengan seni budayanya masih eksis.

"Adanya fasilitasi dari pihak Taman Budaya Yogyakarta (sebagai ruang publik) sangat membantu kami dalam mengumpulkan pelajar-mahasiswa Lombok di Yogyakarta, disamping juga mengurangi beban biaya pementasan. Diluar fasilitas dari TBY, kami secara mandiri mencari biaya Pentas Seni kali ini mulai dari pencarian donasi pada alumni Lombok yang ada di Yogyakarta hingga bantingan (patungan) diantara kawan-kawan mahasiswa Lombok. Dengan kegiatan ini, harapannya pada tahun-tahun mendatang stakeholder di daerah kami berkenan memberikan dukungan sebagai salah satu upaya memperkenalkan budaya Sasak di berbagai tempat," kata Lalu Suparman pada satuharapan.com.

Presean, pintu masuk menjadi prajurit

Sementara, Presean adalah salah satu kekayaan budaya bumi gogo rancah (Lombok). Presean merupakan pertarungan dua lelaki Sasak bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) serta berperisai kulit kerbau tebal dan keras (ende). Petarung biasa disebut pepadu. Presean bermula dari luapan emosi para prajurit sehabis mengalahkan lawan di medan perang. Acara tarung Presean ini juga diadakan untuk menguji keberanian/nyali lelaki Sasak yang digambarkan sebagai sosok yang jantan dan heroik saat itu.

M. Kholis Arsyad, sutradara pementasan yang juga mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta menjelaskan, Presean pada awal mulanya adalah seleksi untuk menjadi prajurit Sasak. Peralatan yang digunakan berupa perisai berbentuk lingkaran dan berang (parang). Mereka yang lolos dalam Presean itulah yang nantinya menjadi prajurit. Namun dalam perkembangannya, Presean menjadi hiburan perayaan yang diadakan setiap memperingati 17 agustus-an, sehingga senjata yang digunakan pun diganti dengan rotan. Konon Presean juga salah satu bentuk upacara memohon hujan bagi suku Sasak di musim kemarau.

Peraturan Presean cukup sederhana, pepadu tidak boleh memukul bagian bawah perut lawannya. Nilai tertinggi diperoleh jika pepadu berhasil memukul kepala lawannya. Uniknya, di sela-sela pertarungan para pepadu dan para wasit harus menari jika musik dimainkan. Mungkin maksudnya untuk melepas ketegangan selama jalannya pertandingan.

Kreatifitas mahasiswa IKPM Lombok cukup teruji ketika mereka harus mempersiapkan pentas seni pada saat bersamaan harus mencari biaya pementasan, diluar fasilitasi tempat dari pihak TBY. Keinginan untuk menyukseskan acara telah menyatukan mereka kembali di perantauan sekaligus mengemban misi komunikasi budaya melalui pertunjukan seni.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home