Perang Sketsa di Gesstok 2016
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Enam belas perupa Yogyakarta beradu perang sketsa dalam beberapa babak. Acara perang sketsa (battle sketch) yang berlangsung di Studio Kalahan pada Sabtu (1/10) malam menandai dibukanya Gebrakan Sketsa Satu Oktober (Gesstok) yang diprakarsai dua perupa Joseph Wiyono dan Syahrizal Pahlevi.
Gesstok yang berlangsung di Studio Kalahan milik perupa Heri Dono yang berada di Dusun Patukan, Ambarketawang, Kecamatan Gamping - Sleman, 1-10 Oktober 2016 itu, menampilkan pameran, performance art perang sketsa, workshop, dan diskusi.
Dalam pameran sketsa Joseph Wiyono dan Syahrizal Pahlevi, masing-masing memamerkan 200-an sketsa dalam berbagai bentuk display dalam kertas A4 dengan media pena hitam.
Joseph Wiyono yang juga dosen seni rupa ISI Yogyakarta, kepada satuharapan.com, menjelaskan bahwa sketsa menjadi dasar bagi perupa dalam menghasilkan karya seni kreatifnya. Sketsa merupakan catatan perupa saat merekam sesuatu yang dilihat atau berupa catatan momen kilasan ide yang bisa menjadi gagasan untuk digunakan dalam proses berkarya. Sketsa merupakan bagian dari proses kreatif perupa dalam menggambarkan citra, gagasan, ataupun konsep sebuah karya seni.
Rangkaian acara Gesstok dimeriahkan dengan battle sketch secara cepat. Enam belas sketser Yogyakarta diundang, di antaranya Bambang Herras, Joko Sulistiono, Totok Buchori, Yuswantoro Adi, Widarsono Bambang. Dua sketser mancanegara turut diundang yakni Mumtaz dan Stevan Sixio Kresonia.
Setelah melewati babak 8-besar, empat sketser bertarung secara head to head di atas ring layaknya petinju dengan tiga juri, yakni perupa Nasirun, Joseph Wiyono, serta M Dwi Marianto yang berada di sisi ring. Syahrizal Pahlevi sendiri bertindak sebagai wasit selama berlangsungnya perang sketsa.
Setiap karya sketsa harus diselesaikan secara cepat dalam rentang waktu 2-3 menit. Di semifinal berhadapan Eddy Sulistyo melawan Mumtaz, serta Bambang Herras melawan Widarsono Bambang. Dengan tema sketsa model di semifinal, Mumtaz dan Widarsono Bambang akhirnya lolos ke babak final.
Sebagaimana layaknya pertandingan tinju, babak final terbagi dalam tiga ronde. Ronde pertama tantangannya berupa objek bergerak. Pada ronde kedua, kedua petarung sketsa diberi kebebasan merespons lingkungan sekitar ring dan juga Studio Kalahan dalam karya sketsa mereka. Sementara pada ronde ketiga berupa tantangan sketsa model yang ada di atas ring.
Widarsono Bambang yang tampil atraktif sepanjang babak akhirnya keluar sebagai juara kejuaraan perang sketsa cepat. Saat ini aktivitas sketsa telah menjadi salah satu kategori olahraga.
"Sketsa bagi saya adalah interaksi. Ketika perupa lain memandang sketsa sebagai sebuah proses dua dimensi di atas media, saya menambahkan interaksi dan suasana yang terjadi di lingkungan sekitar sebagai bagian karya sketsa saya," kata Widarsono Bambang kepada satuharapan.com sesaat setelah menerima sabuk penghargaan.
Widarsono Bambang adalah salah satu perupa yang hingga saat ini konsisten menjadikan sketsa sebagai karyanya. Dalam tiga tahun terakhir ia sering melakukan kegiatan sketsa on the spot di berbagai tempat di Yogyakarta dan luar Yogyakarta dengan melakukan interaksi di tempat dia melakukan kegiatan sketsa. Tidak jarang mereka yang menyaksikan kegiatannya diajak bergabung untuk membuat sketsa secara bersama.
Widarsono Bambang berencana membukukan karya sketsanya yang telah diarsipkan sejak tahun 2006 sebagai sebuah catatan perjalanan berkaryanya.
Editor : Sotyati
Penasihat Senior Presiden Korsel Mengundurkan Diri Masal
SEOUL, SATUHARAPAN.COM - Para penasihat senior Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, termasuk kepala...