Loading...
HAM
Penulis: Ignatius Dwiana 19:10 WIB | Sabtu, 31 Agustus 2013

Peristiwa 65: Insting Dasariah untuk Menghancurkan

Pengajar Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya Jakarta Nani Nurrachman. (Foto: Ignatius Dwiana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Peristiwa ’65 yang terjadi menurut pengajar Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya Jakarta Nani Nurrachman sebagai kecenderungan insting dasariah untuk menghancurkan. Sebuah istilah yang dipinjam dari psikoanalisa Sigmund Freud. Istilah ini dipilihnya karena peristiwa ’65 terjadi melewati batas-batas keadaban sebagai bangsa.

“Insting kehidupan dan insting kematian, eros dan thanatos, itu masih sering berkonflik. Dengan meluruskan sejarah suatu narasi ingatan sosial yang di dalam hal ini bukan saja melibatkan para sejarawan, korban, para pelaku bahkan maka dalam hal ini kita akan mendapatkan suatu pemahaman seputar perasaan masyarakat yang telah terjadi sekian lama.” Kata Nani Nurrachman dalam Tele-Konferensi “Keadilan Sejarah dalam Menyikapi Tragedi ‘65” di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta pada hari Jum’at (30/8).

Lanjutnya, ”Penulisan seperti ini pernah dilakukan Chili sebelum membentuk komisi yang akan mengadili Augusto Pinochet. Tujuan dari penulisan ini membentuk satu set mental kesamaan persepsi tentang apa yang sebetulnya terjadi selama ini di dalam perjalanan sejarah bangsa. Kalau memperhatikan pelbagai penulisan sejarawan maka benak yang mereka rasakan itu sudah ada sejak dulu. Masalahnya apakah di dalam hal ini kita akan meneruskan itu?”

Puteri almarhum Mayjen Anumerta Sutojo yang terbunuh dalam Tragedi 1965 ini mengatakan hubungan sejarah dengan psikologi terletak pada ingatan kolektif masyarakat. Ingatan kolektif masyarakat atau ingatan sosial adalah sesuatu bisa menjadi sesuatu yang diwariskan secara turun temurun.

Penulis memoar "Kenangan Tak Terucap: Saya, Ayah, dan Tragedi 1965" ini lebih menekankan kepada perkembangan sejarah-sejarah pribadi dari orang-orang yang terlibat atau korban dari peristiwa ini. Menurut Nani Nurrachman, sejarah bukan sebagai sesuatu yang dapat dipegang.

“Karena yang penting kalau kita bicara ingatan maka hubungannya dengan identitas diri kita, dengan pengalaman kita.” Kata Nani Nurrachman.

 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home