Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 16:05 WIB | Rabu, 20 April 2016

Permainan Tradisional di Pawai Budaya Universitas Satya Wacana Salatiga

Permainan tradisional di pawai budaya Universitas Satya Wacana Salatiga. (Foto: uksw.edu)

SALATIGA, SATUHARAPAN.COM – Barisan mahasiswa dari berbagai etnis yang dibalut dengan pakaian daerah masing-masing menghiasi sebagian jalan di Salatiga. Kehadiran barisan pawai ini menyita perhatian masyarakat Salatiga disepanjang rute yang dilewati. Senat Mahasiswa Universitas (SMU) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) pada Sabtu (16/4) mengadakan Pawai Budaya sebagai pembuka rangkaian Indonesian International Culture Festival (IICF) tahun 2016.

Mengangkat tema Bhineka Tunggal Ika #Stand as One Indonesia, warna lain diberikan pada pawai tahun ini. Masing-masing etnis tidak hanya menampilkan pakaian tradisionalnya saja, tetapi juga permainan tradisional yang dimainkan ditiga titik, yaitu Jalan Kartini, depan hotel Mutiara dan Bundaran Kaloka.

Tampak etnis Nias memainkan Lompat Batu di Bundaran Kaloka. Tak hanya itu, beberapa permainan lain yang disuguhkan adalah permainan Benteng oleh etnis Papua, permainan berbalasan pantun oleh mahasiswa Lampung dan Margala oleh etnis Batak Toba.

Tak mau ketinggalan, etnis Maluku bahkan membawa gaba-gaba yang tebuat dari bilah pohon sagu sebagai properti menari sekaligus menjadi musik pengiring tarian Saureka Reka. Tari Saureka Reka merupakan salah satu kesenian dan permainan tradisional yang sering ditampilkan dalam acara adat etnis Maluku. Sementara itu, mereka yang tergabung dalam Ikmasja atau Ikatan Mahasiswa Jawa menampilkan permainan tradisional cublak- cublak suweng yang berasal dari Jawa Timur.

Dibuka Walikota dan Rektor

Pawai IICF tahun ini dibuka secara resmi oleh Walikota Salatiga Yuliyanto, SE MM didampingi Rektor UKSW Prof Dr (HC) Pdt John A titaley ThD dan Kapolres Salatiga AKBP Yudho Hermanto.

Dalam sambutannya Rektor UKSW Prof Dr(H.C) Pdt John A TitaleyTh D menyampaikan rasa syukurnya, karena festival perayaan budaya dapat kembali diselenggarakan di kampus UKSW. Pawai seperti ini sudah diadakan UKSW sejak tahun 1975an, dan sekaligus menjadi sebuah kesempatan untuk membagikan  keberagaman budaya di dalam UKSW pada masyarakat.

 “Pawai festival budaya Indonesia dan Internasional ini, diselenggarakan untuk menunjukkan pada masyarakat bahwa mahasiswa yang belajar di UKSW berasal dari berbagi daerah,” kata John A. Titaley, seperti dikutip dari situs uksw.edu.

Melalui kesempatan tersebut, Rektor juga berpesan kepada seluruh perwakilan etnis yang terlibat untuk senantiasa menjaga kesantunan dan perdamaian, sehingga masyarakat dapat memahami keberadaan UKSW yang pluralis.

“Belum lama ini, Salatiga telah memperoleh predikat kota paling toleran. Hal ini tentu tak lepas karena peran UKSW dengan pluralitasnya, kita perlu mendukung kerukunan tersebut,” katanya.

Senada, walikota Salatiga Yuliyanto SE MM, juga mengajak peserta untuk senantiasa menjaga perdamaian. “Mahasiswa yang tengah belajar di UKSW merupakan bagian dari Kota Salatiga, maka dari itu mari kita jaga bersama keamanan, ketertiban dan perdamaian Kota Salatiga,” katanya. Mewakili seluruh masyarakat Salatiga, beliau juga menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya event kebudayaan terbesar di kampus UKSW.

Kampung Budaya & Culture Festival serta Food Festival

IICF tahun ini, masih akan berlanjut pada Rabu-Jumat, 20 – 22 April mendatang. Seluruh kegiatan dalam tiga hari tersebut akan terangkum dalam Kampung Budaya & Culture Festival serta Food Festival.

Sebagai puncak acara akan digelar Closing Party yaitu gebyar seni sebagai penutup seluruh rangkaian acara IICF, pada Jumat (22/4) mulai pukul 19.00 WIB.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home