Loading...
INDONESIA
Penulis: Endang Saputra 12:45 WIB | Selasa, 22 September 2015

Perpanjang Konsesi JICT Merugikan Negara

Ratusan pekerja International Container Terminal (JICT) hari ini Selasa (22/9) mendatangi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk melaporkan RJ Lino. (Foto: Endang Saputra)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ratusan pekerja International Container Terminal (JICT) mendatangi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada hari Selasa (22/9) ini, untuk melaporkan dugaan korupsi perpanjangan konsesi JICT oleh Pelindo II kepada Hutchison Port Holdings (HPH).

Ketua Serikat Pekerja JICT, Nova Sofyan, mengatakan Serikat Pekerja JICT menyampaikan beberapa poin penting supaya KPK menindaklanjuti kasus tersebut.

Nova berpendapat, dalam surat Dewan Komisaris Pelindo II Nomor 68/DK/PI.II/III-2015 Tanggal 23 Maret Tahun 2015, dinyatakan bahwa harga JICT setara dengan USD 854 juta.

"Jadi dengan uang penjualan Hutchison USD 215 juta maka sahamnya hanya 25 persen bukan 49 persen seperti yang diusulkan Dirut Pelindo II RJ Lino lewat konsultannya, Deutsch Bank, selama ini. Menurut perhitungan tersebut, jika dipaksakan saham Hutchison 49 persen, maka ada kerugian negera sebesar USD 212 juta atau hampir Rp 3 triliun," kata dia.

Menurutnya, wacana penjualan JICT sudah dimulai Lino sejak jauh-jauh hari, tepat tanggal 22 Juli tahun 2012 oleh Lino melalui surat HK.566/14/2/PI.II-12 kepada CEO Hutchison. Hal itu, lanjut dia, sangat janggal mengingat kontrak baru akan berakhir 7 tahun mendatang atau tahun 2019.

"Lino juga melanggar GCG dengan berbohong soal tender terbuka. Iklan perpanjangan konsesi JICT tanggal 8-9 Agustus tahun 2014 di beberapa media nasional dan lain-lain, memberitahukan bahwa perpanjangan konsesi JICT tidak ditender," kata dia.

Selain itu, kata Nova, ada bukti yang menunjukan bahwa Lino menerima gratifikasi suvenir senilai Rp 50 juta dari Managing Director Hutchison Canning Fok, tepat setelah final meeting perpanjangan kosesi JICT di Hong Kong pada 25 Juni tahun 2015. Hal itu betul-betul kontradiktif dengan iklan antigratifikasi Lino di media.

"Serikat Pekerja sangat heran dengan Lino yang telah mengerdilkan bangsa sendiri karena tidak memberikan kesempatan anak cabang mengelola gerbang ekonomi nasional JICT. Seharusnya Lino bisa menjadikan kepentingan nasional menjadi pertimbangan utama dalam mengambil keputusan strategis. Toh Lino sudah dapat global bond USD 1,6 miliar untuk bangun proyek-proyek, untuk apa JICT sebagai gerbang ekonomi kedaulatan ekonomi nasional dijual untuk 20 tahun ke depan," kata dia.

Selain itu, JICT dijual sangat murah, atau senilai USD 215 juta. Anehnya nilai ini lebih rendah dari privatisasi pertama tahun 1999 (USD 243 juta) dan jumlahnya setara dengan keuntungan JICT dalam dua tahun.

"Ada potensi pendapatan JICT Rp 35 triliun yang hilang saat JICT dijual oleh Lino," kata dia.

"Adapun alibi Lino soal market yang akan dibawa pergi HPH merupakan pembodohan publik. Kita semua tahu bahwa volume peti kemas ekspor impor ditentukan oleh perdangan internasional antara Indonesia dan negara lain, bukan operator asing seperti Hutchison. Lino sengaja ingin membodohi rakyat Indonesia," katanya

Sementara itu, Kapolsek Metro Setiabudi mengatakan untuk pengamanan para pedemo pihaknya menyiapkan 229 personel.

‪Untuk pengamanan, para polisi sudah bersiap di kantor KPK dan tersebar di beberpa titik, sebagian besar berkumpul di depan pintu masuk Gedung KPK.

‪Terlihat pula mobil water canon yang bersiaga di depan pintu masuk KPK. Namun demikian, kondisi di sekitar KPK masih kondusif. Lalu lintas di Jalan HR Rasuna Said, tempat Gedung KPK berada, masih ramai lancar.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home