Loading...
BUDAYA
Penulis: Ignatius Dwiana 22:26 WIB | Kamis, 28 November 2013

Pertunjukan Wayang Garing Ka ja li

Pertunjukan Wayang Garing. (Foto: Ignatius Dwiana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ka ja li, lazim dipanggil Mang Kajali atau Ki Kajali. Dia lahir di Kampung Watugalih, Desa Mendaya, Kecamatan Sarenang, tahun 1947. Tanggal dan bulan kelahirannya dia sudah lupa karena tidak pernah mencatatnya. Dia adalah dalang Wayang Garing, sebuah seni pertunjukan wayang kulit yang berkembang di Kabupaten Serang, Provinsi Banten.

Semula dia berprofesi sebagai panjak, penabuh gamelan, di grup Ponasa Putera di Balaraja. Kemudian dia belajar mendalang pada Medasik, seorang dalang Wayang Garing yang kebetulan adalah uwaknya sendiri.

Kajali kemudian diajari Dalang Medasik memasang layar wayang besar maupun wayang kecil. Sebelum Dalang Medasik jatuh sakit tahun 1964 dan akhirnya setahun kemudian meninggal, dia berpesan supaya cucunya, Kajali, meneruskan profesinya sebagai dalang. Semua wayang uwaknya diwariskan kepada Kajali.

Dalam pertunjukan di pergelaran ‘Cipta Budaya’ di Plaza Planetarium Taman Ismail Marzuki Jakarta pada Minggu (24/11), Kajali membawakan lakon berjudul ‘Bambang Sinar Warisan’.

Lakon ‘Bambang Sinar Warisan’menceritakan tiga pemuda gagah berani yang mencoba mengadu nasib dengan cara mencalonkan diri menjadi wakil rakyat dalam lembaga legislatif. Ketiga pemuda itu tidak lain dari putera Semar. Yakni Bagong atau yang di Banten dikenal sebagai Grubug, Petruk, dan Gareng.

Sementara kursi yang tersedia untuk satu orang diperebutkan ketiga orang itu. Akibatnya terjadilah persaingan, terutama dalam memperoleh dukungan serta doa dari Semar, ayah mereka.

Persaingan di antara anak-anak Semar sangat sengit sehingga terjadi ketegangan-ketegangan. Di sisi lain, Semar sebagai ayah mereka tidak mau berat sebelah. Semar ingin berlaku adil dengan menyatakan mendukung semua keinginan anaknya.

Konflik bukan malah mereda, tetapi makin menjadi-jadi. Semar sebagai ayah benar-benar ingin mendukung dengan tulus tetapi malah terpojok.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home