Loading...
RELIGI
Penulis: Sabar Subekti 10:41 WIB | Rabu, 20 Maret 2024

Pesan Kemenag, Komisi VIII, MUI: Saling Menghormati Meski Beda Awal Ramadhan

Menag Yaqut bersama Ketua Komisi VIII DPR dan Ketua MUI berikan keterangan pers hasil sidang isbat awal Ramadan 1445 H. (Foto: Kemenag)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Pemerintah, melalui mekanisme Sidang Isbat, menetapkan awal Ramadhan 1445 H bertepatan hari Selasa, 12 Maret 2024. Namun sebagian umat Islam  mengawali puasa pada hari Senin, 11 Maret, bahkan ada yang lebih awal lagi.

Hal ini direspons secara kompak oleh Menag Yaqut Cholil Qoumas, Ketua Komisi VIII DPR, Ashabul Kahfi, dan Ketua MUI, KH Abdullah Jaidi. Ketiganya berpesan untuk saling menghormati di tengah perbedaan.

"Ada perbedaan itu lumrah. Tetap saling menghormati dan menjunjung tinggi nilai toleranai sehingga tercipta suasana kondusif," pesan Gus Men Yaqut dalam konferensi pers Hasil Sidang Isbat Awal Ramadan 1445 H di Jakarta, hari Minggu (10/3/2024).

Hal senada disampaikan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Abdullah Jaidi. Dia bersyukur sudah ada kesepakatan awal Ramadhan 1445 H jatuh bertepatan 12 Maret 2024. Sehubungan ada sebagian umat yang mulai puasa pada 11 Maret, KH Abdullah Jaidi juga mengajak untuk saling menghormati perbedaan.

"Maka kita harus saling menghormati antara satu dengan yang lain, tidak perlu membesar-besarkan," katanya.

"Mari menjaga persatuan, ukhuwah Islamiyah, ukhuwwah insaniyah, dan ukhuwah basyariyah. Setelah pemilu mari tetap bersatu mengayunkan langkah menuju Indonesia emas," katanya.

Ketua Komisi VIII DPR RI, Ashabul Kahfi, menilai sidang Isbat sebagai momen penting menentukan bersama awal Ramadhan. Sidang Isbat juga menjadi momen untuk memperhatikan perbedaan dengan tetap menjaga persatuan.

"Kami menghormati semua pandangan. Kami berharap Sidang Isbat mencapai kesepakatan harmonis dan memberi kepastian umat Islam memulai ibadah puasa," katanya.

Ashabul Kahfi berpesan untuk menghargai keragaman. Hal itu menurutnya menunjukkan kekayaan dan dinamika pemahaman terhadap ilmu falak dan metode hisab. Perbedaan hal wajar dan tidak seharusnya mengurangi persaudaraan.

"Kami menghargai komitmen pemerintah untuk memastikan proses penentuan awal Ramadhan dilakukan dengan cara yang transparan akuntabel dan ilmiah. Kami juga menghargai diskusi dan konsultasi yang telah dilakukan dengan berbagai pihak untuk memperoleh pandangan yang luas dan konstruktif," katanya.

"Mari kita ingat bahwa Ramadhan bukan hanya tentang menentukan tanggal, tapi lebih dari itu, mempersiapkan diri di bulan penuh berkah. Kami mengajak semua pihak terus berdiskusi demi mencapai pemahaman bersama ," katanya.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home