Loading...
INDONESIA
Penulis: Martahan Lumban Gaol 16:26 WIB | Kamis, 16 April 2015

Pesawat Tempur F-16 Terbakar, PDIP Salahkan SBY

Sejumlah prajurit TNI AU berjaga di dekat badan pesawat tempur F16 yang ditutupi terpal di ujung landasan pacu Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (16/4). Pesawat tempur F16 dengan nomor register TS 1643 yang dipiloti oleh Letkol Pnb Firman Dwi Cahyo tersebut gagal tinggal landas (takeoff) dan terbakar sekitar pukul 08.15 WIB.(Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM –  Pesawat tempur F-16 Fighting Falcon Block 52ID nomor registrasi TT-1643 milik TNI AU mengeluarkan percikan api asap hitam saat akan lepas landas dari landas pacu Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma, Kamis (16/4) pukul 08.15 WIB.

Menanggapi hal tersebut, Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Tubagus Hasanuddin, menyentil pemerintahan Soesilo Bambang Yudhoyono yang membuat kesepakatan (MoU) tersebut. Kata dia, saat pengadaan pesawat tersebut dulu DPR RI telah menolak mati-matian, karena pesawat tersebut adalah hasil rekondisi Amerika sebelum dibeli Indonesia.

"Itu urusan MoU, para pemerintah yang lama. Itu MoU tahun 2010-2011 (era SBY)," kata TB Hasanuddin di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (16/4).

"Konon pesawat bekas itu adalah pesawat-pesawat yang sudah ground (dipensiunkan) di Gurun Arizona. Di sana, diambil dua tiga dikanibal jadi satu, lalu disiapkan. Lalu, itu bekas pesawat patroli milik pasukan dalam negeri. National security, atau national defence, bukan pasukan tempur keluar (bukan milik US Airforce)," tutur TB Hasanuddin.

"Menurut para ahli pesawat, seperti apa pun motornya, saat diganti tetap saja sudah tua," dia menambahkan.

   Baca juga:

Ketua DPD PDIP Jawa Barat itu merasa aneh dengan pemerintahan SBY yang tetap kekeuh membeli pesawat bekas. Walaupun sudah dikritik karena mengubah rencana awal untuk membeli enam pesawat jenis F16 Block 60 dilengkapi senjata seharga 650 juta dolar AS, pemerintah tetap membeli pesawat bekas dengan memperbanyak unit dan tidak dilengkapi senjata.

"Waktu itu, kepala stafnya pak Imam (Mantan KSAU Marsekal Imam Sufaat) tidak setuju membeli yang baru dengan alasan hanya dapat sedikit. Mendingan membeli yang bekas. Dapat 24, atas saran rekanan," ujar TB Hassanudin.

"Kemudian, 24 itu enggak cukup 650 juta dolar amerika. Naik menggelembung jadi 800 juta dolar Amerika. Karena sudah kontrak maka terpaksa bayar itu," kata dia.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home