Loading...
DUNIA
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 09:24 WIB | Kamis, 27 Februari 2014

Petempur di Sudan Selatan Menjarah Rumah Sakit dan Membunuh Pasien

Rumah sakit di Sudan Selatan. (Foto: alarabiya.net)

JUBA, SATUHARAPAN.COM - Petempur dalam perang di Sudan Selatan menjarah rumah sakit dan membunuh pasien di tempat tidur mereka, menghambat usaha pemelihara kesehatan bagi ratusan ribu orang, kata kelompok Dokter Tanpa Perbatasan pada Rabu (26/2).

Dengan memperingatkan bahwa penjarahan dan serangan terhadap pasien berbahaya dan membahayakan sarana kesehatan, Kelompok Dokter Tanpa Perbatasan (MSF) mengatakan tugas penting mereka terhambat oleh iklim ketakutan dan sikap tidak hormat sama sekali.

MSF mengatakan telah menemukan sedikitnya 14 mayat di sebuah rumah sakit Malakal selama akhir pekan, beberapa di antaranya telah dibunuh ketika masih terbaring di tempat tidur.

Ribuan orang terbunuh dan hampir 900.000 orang terpaksa meninggalkan rumah-rumah mereka akibat dua bulan pertempuran antara pemberontak dan pasukan pemerintah yang didukung tentara Uganda.

Perawatan medis "berada dalam bahaya, pasien ditembaki di tempat tidur mereka, ruang rumah rumah sakit dibakar, peralatan medis dijarah, dan dalam satu kasus seluruh rumah sakit hancur," kata MSF dalam satu pernyataan.

Serangan terhadap sarana kesehatan dan pasien adalah bagian dari serangan kejam di kota, pasar dan sarana umum," kata Raphael Gorgeu, ketua missi MSF di negara yang porak poranda akibat perang itu.

"Serangan-serangan ini menunjukkan tidak adanya penghargaan sama sekali bagi pemeliharaan kesehatan dan menyebabkan hilangnya sebagian besar bantuan untuk penyelamatan nyawa pada saat mereka sangat memerlukannya," katanya.

Penyiksaan dilakukan oleh kedua pihak, apakah dalam bentrokan yang ditandai dengan dimulainya konflik itu di ibu kota Juba pada 15 Desember, atau dalam pertempruan-pertempruan berulang-ulang di kota strategis di seluruh negara miskin tetapi kaya minyak itu.

Pertempuran seru baru-baru ini antara pemberontak dan pasukan pemerintah berlangsung di daerah minyak Makalal, Sudan Selatan bagian utara, yang beberapa kali berganti kekuasaan antara pihak-pihak yang berperang.

"Malakal sepi, rumah dibakar, mayat bergeletakan di jalan. Saya tidak dapat mengucapkan kata-kata tentang betapa kejamnya aksi mereka," kata Carlos Francisci, koordinator darurat MSF untuk daerah Leer, kampung halaman pemimpin pemberontak Riek Machar, di selatan negara bagian Unity yang memprodusi minyak, rumah sakit MSF dibakar.

"Kehancuran akibat kebakaran itu luar biasa.. peti-peti es tempat yang kami gunakan untuk menyimpan vaksin agar tetap dingin mencair dengan gumpala-gumpalan putih," kata Maynard setelah kembali ke Leer untuk menilai kerusakan itu.

"Kini hampir 300.000 orang tidak memiliki akses ke satu rumah sakit, tidak ada pemeliharaan kesehatan umum ... tidak ada yang tersisa di rumah sakit yang dapat dipakai," katanya.

Kekejaman yang dilakukan oleh kedua belah pihak dimulai sejak konflik pada 15 Desember di ibu kota Juba.

Setelah negara mengalami konflik, kota-kota strategis menjadi tempat bentrokan sengit antara tentara Sudan Selatan, yang setia kepada Presiden Salva Kiir melawan pejuang yang memihak mantan wakil presidennya Riek Machar.

Kekerasan antara kedua pemimpin telah menjadi ajang bagi kelompok Nuer Machar melawan Kiir Dinkas, dua suku (suku Nuer dan suku Dinkas) terbesar di negara itu, memacu bentrokan etnis.

Kiir menyebut kerusuhan adalah sebuah "kudeta" oleh Machar, yang ia pecat pada bulan Juli .

Sebaliknya Machar mengklaim Kiir menjadi semakin diktator, membantah klaim dan mengatakan Kiir tengah membersihkan lawan politik potensial. (AFP)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home