Loading...
EKONOMI
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 22:35 WIB | Minggu, 17 Mei 2015

Petral Bubar, Pertamina Hemat Rp 250 Miliar per Hari

Menteri BUMN Rini Soemarno (kedua kiri), Menteri ESDM Sudirman Said (kedua kanan), Dirut PT Pertamina Dwi Soetjipto (kiri) dan Komisaris Utama PT Pertamina Tanri Abeng (kanan) memberikan keterangan kepada wartawan terkait proses penghentian kegiatan Petral Group di Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (13/5). Pertamina melihat peran bisnis Petral dalam pengadaan BBM dan minyak mentah sudah tidak lagi signifikan sehingga akan dibubarkan. (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Setelah pemerintah mengumumkan pembubaran Pertamina Energy Trading Limited (Petral) pada Rabu (13/5), Pertamina berhasil menghemat Rp 250 miliar per hari.

"Transaksi (impor minyak) yang beredar tiap hari sebesar 150 juta dolar AS atau setara Rp 1,7 triliun per hari, setelah pembubaran, Pertamina menghemat 22 juta dolar AS (sekitar Rp 250 miliar)," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said saat diskusi "Energi Kita" di Jakarta, Minggu (17/5).

Dia mengatakan pembubaran Petral bukanlah hal yang sulit karena yang dibutuhkan pemerintah adalah keberanian dan komitmen untuk mewujudkan tata kelola migas yang bersih.

"Ini suatu yang sederhana hanya soal keberanian memberantas yang mau menyogok. Bukan enggak boleh jualan, hanya saja harus mengikuti tata kelola yang berlaku," kata Sudirman.

Meskipun banyak pihak yang tidak setuju dengan pembubaran Petral, Sudirman tidak takut jika kebijakan tersebut mengancam jabatannya.

"Mandat saya pertama menertibkan Kementerian ESDM, orang-orang yang melawan dan bikin repot adalah orang-orang yang tidak mau ESDM tertib. Perkara menteri diganti, penertiban ESDM harus tetap jalan," kata Sudirman.

Ekonom Faisal Basri mengatakan pembubaran Petral tersebut memudahkan pemerintah untuk menjaring mafia migas.

"Itu seperti membakar sarang tawon, begitu sarangnya dibakar tawonnya bertebaran. Ada yang emosi, sehingga memudahkan pemerintah untuk memetakan orang di baliknya," kata mantan tim Anti Mafia Migas tersebut.

Pertamina Lebih Efisien

Pada Jumat (15/5) dalam jumpa pers Sudirman Said mengatakan, PT Pertamina menghemat pengadaan minyak mentah dan BBM senilai 98 juta dolar AS atau setara Rp 1,3 triliun dalam periode Januari-Maret 2015.

"Ini pencapaian yang bagus. Pertamina bekerja dengan baik, sehingga memperoleh hasil yang memberi manfaat bagi masyarakat keseluruhan," katanya dalam jumpa pers di Jakarta.

Menurut dia, efisiensi itu berasal dari unit "Integrated Supply Chain" (ISC) sebesar 49 juta dolar yang berasal dari hidrokarbon 22 juta dolar dan nonhidrokarbon 27 juta dolar AS.

Selanjutnya, unit pemasaran Pertamina memperoleh penghematan susut (losses) 49 juta dolar AS.

"Jadi, dalam bulan-bulan terakhir ini setelah manajemen Pertamina baru terbentuk, diperoleh penghematan 98 juta dolar," ujarnya.

Sudirman juga mengatakan, dirinya melaporkan likuidasi Petral ke Presiden Joko Widodo.

"Beliau menyambut baik," ucapnya.

Menurut dia, sebelumnya, Presiden sudah memberikan arahan agar pembubaran Petral dilakukan sendiri oleh Pertamina dan pemerintah hanya memberikan dukungan, serta selanjutnya memberikan laporannya.

"Dan, tadi saya laporkan ke Presiden," ujarnya.

Dalam pertemuan tersebut, lanjutnya, Presiden juga mengatakan, mitos yang selama ini tidak tersentuh, akhirnya bisa diselesaikan.

"Ini adalah suatu `milestone` pembenahan mata rantai suplai. Penekanan dari beliau adalah investigasi harus dilakukan, karena dengan investigasi maka semuanya akan menjadi terang benderang, tidak ada lagi rumor dan tidak ada lagi spekulasi," ujarnya.

Apabila, lanjutnya, dalam investigasi diketahui ada pelanggaran hukum, maka Presiden meminta harus dipertanggunjawabkan dengan melimpahkannya ke penegak hukum.

Dalam pertemuan dengan Presiden, Sudirman juga menyampaikan perkembangan peralihan Petral ke ISC.

Ia mengatakan, selama ini, pembelian minyak bisa memperoleh diskon antara 1,3-1,5 dolar AS per barel.

Namun, berdasarkan catatan, Petral hanya melaporkan antara 25-30 sen dolar per barel.

"Ini menyiratkan dua hal bahwa sebetulnya ruang efisiensi itu masih terbuka lebar. Kedua, di masa lalu ada kesempatan memperoleh diskon yang tidak dimanfaatkan. Entah larinya ke mana. Ini yang akan menjadi subjek dari investigasi," tuturnya.

Presiden, tambahnya, juga menegaskan untuk memutuskan mata rantai masa lalu dan selanjutnya memberdayakan ISC. (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home