Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Reporter Satuharapan 14:13 WIB | Jumat, 07 Juni 2019

Piala Dunia Sepakbola Perempuan, Digelar di Tengah Kritik Soal Diskriminasi Hadiah

Ilustrasi. Carli Lloyd (no punggung 10, kanan), penyerang Tim Nasional Amerika Serikat, merayakan kemenangan tim. Kesebelasan sepakbola perempuan Amerika Serikat menjuarai Piala Dunia 2015, setelah di final mengalahkan kesebelasan Jepang. (Foto: Sarah Fit)

PRANCIS, SATUHARAPAN.COM – Turnamen piala dunia sepakbola perempuan digelar di Prancis mulai Jumat (7/6) ini selama satu bulan dengan jumlah peserta 24 negara. Pertandingan akan dilangsungkan di sembilan kota.

Juara bertahan Amerika Serikat akan berhadapan dengan para unggulan seperti Jerman, Prancis, Inggris, Australia, Kanada, dan Jepang, dengan kuda hitam Belanda.

Jumlah total hadiah yang diberikan oleh FIFA £24 juta (sekitar Rp434 miliar), jauh lebih kecil daripada hadiah Piala Dunia untuk laki-laki tahun 2018 yang mencapai £315 juta (Rp5,6 triliun).

Jumlah ini dikritik dan dianggap sebagai “diskriminasi”, sekalipun beberapa peningkatan penting dicapai dalam sepakbola perempuan.

Turnamen

Sebanyak 24 negara mengikuti turnamen sepakbola perempuan yang diselenggarakan di sembilan kota di Prancis, termasuk di Parc De Princes, stadion yang digunakan klub Paris St Germain.

Pertandingan pembuka dilakukan pada Jumat (7/6) antara tuan rumah Prancis melawan Korea Selatan.

Juara bertahan dalam turnamen ini adalah Amerika Serikat yang meraih piala pada tahun 2015, mengalahkan Jepang dengan skor 5-2. Amerika kini menempati peringkat satu dunia.

Para unggulan yang akan menantang adalah tuan rumah Prancis (peringkat empat dunia), Jerman (peringkat dua dan juara Olimpiade), Inggris (peringkat tiga), dan Jepang (runner up turnamen 2015 dan peringkat tujuh dunia).

Belanda yang menjadi juara turnamen European Championship tahun 2017 diperkirakan akan menjadi kuda hitam.

“Diskriminasi”

Penyelenggaraan turnamen ini diwarnai kritik terhadap FIFA karena jauhnya perbedaan jumlah total hadiah yang disediakan untuk peserta turnamen dibandingkan dengan Piala Dunia untuk laki-laki.

Jumlah hadiah yang diterima lebih rendah Rp4,8 triliun daripada turnamen piala dunia sepakbola laki-laki.

Ada Hegerberg, peraih Ballon d'or Feminin atau anugrah tertinggi pesepakbola perempuan di tahun 2018, memboikot turnamen ini mempersoalkan ketimpangan jumlah hadiah tersebut.

Juara para turnamen Piala Dunia sepakbola perempuan ini mendapat hadiah US$4 juta (sekitar Rp57 miliar), setengah dari hadiah yang diterima tim laki-laki yang gugur di babak enambelas besar turnamen Piala Dunia sepakbola laki-laki.

Federasi pemain sepakbola Australia menulis surat yang mempersoalkan hal ini kepada FIFA menyebutnya sebagai “diskriminasi”.

Bekas kapten tim Amerika Serikat Hope Solo mendukung surat tersebut dan menyatakan hal ini merupakan “chauvinisme laki-laki yang mendalam” pada tubuh FIFA.

“Hal ini tidak bisa hanya dilakukan satu federasi atau satu negara saja… seluruh federasi sepakbola harus mendukung hal ini untuk memajukan sepakbola perempuan,” ujarnya.

Menurut FIFA, jumlah total hadiah £24 juta bagi negara yang berpartisipasi merupakan peningkatan dua kali lipat dari turnamen tahun 2015. Namun, jumlahnya masih jauh lebih kecil daripada turnamen sepakbola laki-laki yang mencapai £315 juta.

Direktur sepakbola perempuan FIFA Sarai Bareman menyatakan, “hadiah uang untuk tim di Piala Dunia perempuan hanya merupakan bagian kecil dari investasi FIFA untuk mengembangkan sepakbola perempuan di seluruh dunia”.

Turnamen Piala Dunia sepakbola laki-laki diikuti 32 negara, sedangkan untuk perempuan diikuti 24 negara. (bbc.com)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home