Loading...
INDONESIA
Penulis: Reporter Satuharapan 08:22 WIB | Senin, 27 Februari 2017

Presiden Jokowi Tiba di Tanah Air

Presiden Indonesia Joko Wiodo (kiri) dan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull menggelar jumpa pers di Kirribilli House di Sydney, 26 Februari 2017. Presiden Indonesia Joko Widodo menggelar lawatan resmi pertamanya ke Australia sebagai kepala negara. (Foto: AFP)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo tiba di Tanah Air pada Minggu (26/2) malam setelah berkunjung selama dua hari ke Australia.

Pesawat Kepresidenan Indonesia-1 yang membawa Presiden dan Ibu Iriana mendarat di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma Jakarta Timur pada hari Minggu (26/2) sekitar pukul 20.30 WIB.

Kepala Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden Bey Machmudin menyebutkan kunjungan kenegaraan dan berbagai pertemuan yang dilakukan telah memberikan hasil konkret, di antaranya di bidang ekonomi, politik, hukum dan keamanan, serta peningkatan hubungan "people to people".

Hal itu seperti disampaikan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di International Convention Center, Sydney Australia, Minggu (26/2). Selain Retno, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dan Kepala BKPM Thomas Lembong turut memberikan keterangan.

Di bidang ekonomi, Presiden Jokowi dan PM Turnbull sepakat untuk menyelesaikan IA-CEPA pada akhir tahun 2017.

"Tapi tentunya, satu hal yang perlu selalu kita lakukan adalah apapun `arrangement` yang akan kita lakukan, dasar utamanya adalah kerja sama yang saling menguntungkan," ucap Retno.

Di bidang perdagangan, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyampaikan bahwa Indonesia mendapatkan akses untuk pasar herbisida dan pestisida. Nilai impor Australia untuk kedua jenis zat kimia pembasmi hama tersebut mencapai 1,3-1,5 miliar dolar AS.

Dengan diberikannya akses masuk ini diharapkan nilai ekspor Indonesia untuk kedua jenis zat kimia pembasmi hama tersebut dapat meningkat karena selama ini terhambat oleh tarif.

"Indonesia hanya bisa masuk dengan 50 juta dolar AS karena berbagai hambatan tarif," ucap Enggartiasto.

Sementara itu, Pemerintah Indonesia akan menyamakan tarif bea masuk gula dari Australia dengan gula dari ASEAN.

"Jadi kalau dari sisi kita, kita hanya mengalihkan saja. Kita masih tetap impor tapi sekarang sebagian dari Thailand, sebagian bisa juga dari Australia," ujar Enggartiaso.

Upaya itu dilakukan untuk menghindari ketergantungan impor gula dari satu negara. " `Raw sugar`_ itu kita hanya impor dari Thailand sehingga harganya mereka yang tentukan," ucap Enggartiasto.

Adanya negara lain, dalam hal ini Australia, untuk mengimpor gula, akan dapat memberikan keuntungan bagi Indonesia. 

"Maka kita bisa membandingkan dan harga itu diharapkan bisa lebih turun," ujar Presiden.

Hal lain yang terkait dengan perdagangan adalah mengenai relaksasi sapi. Pemerintah telah menetapkan relaksasi berat sapi, dari 350 kg menjadi 440 kg.

Dengan kondisi seperti itu, maka harga sapi bakalan turun 1 dolar AS per kg. Pada waktu dikirim, setelah 4 bulan proses penggemukan, harga daging sapi segar akan turun. "Di luar dari harga daging beku yang sekarang sudah ada dengan maksimum Rp80.000 per kg," kata Enggartiasto.

Untuk ekspor kertas ke Australia, Menlu meyakini tidak akan terjadi hambatan karena Indonesia adalah negara pertama di Asia yang memiliki lisensi Forest Law Enforcement Governance and Trade Voluntary Partnership Agreement (FLEGT VPA).

"Dengan adanya FLEGT yang diakui oleh Uni Eropa menunjukan kesinambungan dari produk Indonesia. Dengan `advantage` itu, maka saya yakin tuduhan-tuduhan yang berkaitan dengan sustainability tidak beralasan lagi," ucap Retno.


Investasi

Sementara itu di bidang investasi, Kepala BKPM Thomas Lembong menyampaikan nilai investasi yang akan diinevstasikan dari investor Australia adalah sebesar Rp39 triliun dalam 3-5 tahun ke depan. 

"Saya total-totalkan dari investasi-investasi yang kita terima. Totalnya kira-kira Rp39 triliun. Itu investasi yang kita targetkan dalam 3-5 tahun ke depan," ucap Thomas.

Investasi dari Australia itu dalam berbagai bidang, seperti pertambangan, wisata bahari, infrastruktur hingga prasarana air. 

Selain itu, kerja sama juga dilakukan di bidang ekonomi digital.

Di bidang politik, hukum dan keamanan beberapa kerja sama akan ditingkatkan, antara lain penanggulangan kejahatan lintas negara, penanggulangan terorisme dan IUU fishing.

"Dan kedua pihak sepakat untuk memperkuat kerja sama melalui pilar `two-plus-two` juga kerja sama antara Menkopolhukam dan Jaksa Agung Australia dalam membentuk `ministerial counci`," ucap Menlu.

Untuk meningkatkan kerja sama "people-to-people", Presiden meluncurkan tiga balai bahasa di Perth, Melbourne dan Canberra. "Dan ada beberapa lagi yang akan didirikan di Australia ini. Balai bahasa ini harus dilihat dari upaya kita untuk lebih menginternasionalisasi bahasa kita," ucap Retno.

Hubungan "people to people" diyakini akan semakin menguatkan hubungan kedua negara, karena saat ini terdapat 20.000 pelajar Indonesia di Australia dan Indonesia merupakan destinasi favorit bagi pelajar Australia melalui program New Colombo Plan.

"Indonesia merupakan destinasi terfavorit bagi pelajar Indonesia yang akan sekolah ke Asia. Sudah lebih dari 3,000 pelajar Australia di Indonesia," ucap Menlu.

Turut serta dalam penerbangan menuju Jakarta, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.

Sementara itu, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki dan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menyambut kedatangan Presiden dan Ibu Iriana di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma. (Ant)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home