Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 10:59 WIB | Selasa, 24 Mei 2022

Presiden Ukraina: Hanya Pembicaraan dengan Putin Yang Bisa Akhiri Perang

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, memberi isyarat saat dia menghadiri konferensi pers dengan kanselir Austria di Kiev, pada 9 April 2022. (Foto: dok. AFP)

KIEV, SATUHARAPAN.COM-Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengatakan pada hari Senin (23/5) bahwa Presiden Vladimir Putin adalah satu-satunya pejabat Rusia yang bersedia dia temui untuk membahas bagaimana mengakhiri perang.

Zelenskyy, yang berbicara melalui tautan video kepada audiensi di Forum Ekonomi Dunia di Davos, juga mengatakan bahwa mengatur setiap pembicaraan dengan Rusia menjadi lebih sulit mengingat apa yang dia katakan sebagai bukti tindakan Rusia terhadap warga sipil di bawah pendudukan.

Rusia membantah menargetkan warga sipil dalam apa yang disebutnya "operasi khusus" untuk menurunkan kemampuan militer Ukraina.

“Presiden Federasi Rusia yang memutuskan semuanya,” kata Zelenskyy melalui seorang penerjemah. “Jika kita berbicara tentang mengakhiri perang ini tanpa dia secara pribadi, keputusan itu tidak dapat diambil.”

Zelenskyy mengatakan, penemuan pembunuhan massal di daerah yang diduduki oleh pasukan Rusia pada awal perang, khususnya di luar Kiev, membuat lebih sulit untuk mengatur pembicaraan dan dia akan mengesampingkan diskusi dengan pejabat lain.

"Saya tidak dapat menerima pertemuan apa pun dengan siapa pun yang datang dari Federasi Rusia selain presiden," katanya. “Dan hanya dalam kasus ketika ada satu masalah di (meja): menghentikan perang. Tidak ada alasan lain untuk jenis pertemuan lainnya.”

Perunding Rusia dan Ukraina telah mengadakan pembicaraan sporadis sejak pasukan Rusia menyerbu Ukraina pada akhir Februari, tetapi kedua belah pihak mengatakan pembicaraan terhenti.

Zelenskyy mengatakan kepada televisi Ukraina pekan lalu bahwa tidak mungkin menghentikan perang tanpa melibatkan semacam diplomasi.

Dalam sambutannya kepada hadirin di Davos, Zelenskyy juga mengatakan bahwa perang datang dengan harga manusia yang sangat besar bagi Ukraina. Pasukan negara itu, katanya, membuat keuntungan, terutama di dekat kota kedua Kharkiv, tetapi "situasi paling berdarah tetap ada di Donbas, di mana kita kehilangan terlalu banyak orang".

Dia menambahkan bahwa setiap gagasan untuk memulihkan secara paksa semenanjung Krimea, yang direbut dan dianeksasi oleh Rusia pada tahun 2014, akan menyebabkan ratusan ribu korban. (Reuters)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home