Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 10:05 WIB | Rabu, 21 Agustus 2013

Profil Mohammed ElBaradei, Wakil Presiden Mesir Yang Mundur, dan Diadukan ke Pengadilan

Mohammed ElBaradei. (foto: aljazeera.com)

KAIRO, SATUHARAPAN.COM – Mantan Wakil Presiden Mesir, Mohammed ElBaradei diadukan ke pengadilan dengan tuduhan pengkhianatan kepada negara.  Dia mengundurkan diri dari jabatan pada pemerintahan sementara Mesir, dan hanya seminggu menduduki jabatan itu, terkait tindakan keras polisi terhadap pendukung presiden terguling Mohammed Morsi.

Kerusuhan yang terjadi  mulai Rabu (14/8) itu telah memakan ratusan korban, dan kerusuhan menyebar ke sejumlah kota di Mesir. Namun pengunduran dan pernyataan ElBaradei (71 tahun) itu dinilai sebagai pengkhianatan dan menyampaikan pesan ke dunia internasional secara salah tentang apa yang terjadi di Mesir.

Sehari setelah mengunduran itu, ElBaradei terbang ke Wina, Austria, dan dia tinggal di sana sampai sekarang. Dia menikah dengan Aida Elkachef, seorang guru TK, dan memiliki dua anak, Laila dan Mostafa. Lalu, siapakan ElBaradei itu?

Dia dikenal sebagai mantan kepala badan pengawas nuklir PBB (IAEA) dan peraih penghargaan Nobel Perdamaian. Jabatan Wakil Presiden Mesir dalam pemerintahan sementara dia duduki, setelah usulan Presiden Adly Mansour untuk mendudukan ElBaradei sebagai perdana menteri  ditentang banyak pihak. Presiden bahkan telah mengumumkan pelantikannya.

Berubah Haluan

"Saya berharap munculnya orang-orang pada 30 Juni bisa membawa negara ini untuk kembali normal ke arah upaya mewujudkan tujuan revolusi," tulisnya, merujuk pada massa demonstran anti-Morsi pada tanggal tersebut.

Tanggal 30 Juni adalah peringatan satu tahun pemerintahan Morsi dan dijadikan momen untuk melancarkan demonstrasi secara besar-besaran menentang Morsi. Aksi massa ini disebutkan melibatkan jumlah rakyat yang terbesar yang pernah terjadi dalam aksi massa di Mesir.

"(Hal ini) mendorong saya memenuhi panggilan dari barisan patriotik untuk mengambil bagian… namun tentu saja telah menyimpang, dan terjadi polarisasi, serta perpecahan yang serius, dan tatanan sosial terancam akibat kekerasan,” kata dia menambahkan terkait kekerasan menyusul pembubaran massa pendukung Morsi oleh polisi.

Hal itu adalah perubahan yang mencolok di mana dia membela Morsi. "Kami tidak memiliki proses pemecatan," kata ElBaradei. "Orang-orang mendesak proses recall dengan menduduki Tahrir Square. Dalam penilaian saya, kita tidak bisa menunggu lebih satu minggu lagi."

Dua tahun lalu, ElBaradei ditugaskan oleh beberapa gerakan oposisi Mesir, termasuk Ikhwanul Muslimin untuk bernegosiasi dengan pemerintah Hosni Mubarak. Tapi sekarang dia berdiri menentang Morsi dari Ikhwanul Muslimin. Dia mengatakan Morsi telah "gagal" dalam memimpin bangsa menuju jalur demokrasi yang tepat setelah revolusi 2011. Dia juga banyak mengkritik pemerintahan Morsi.

Pada 29 Juni, ElBaradei mengeluarkan sebuah pesan video dan mengatakan, "Revolusi saat ini telah meletus, sehingga masing-masing kita hidup sebagai manusia dan diperlakukan seperti manusia".

Seorang Mediator

ElBaradei mendapatkan dukungan kuat pada aksi 30 Juni dari gabungan sejumlah kelompok yang menentang Morsi. Mereka  mempercayai ElBaradei sebagai penyampai "suara tuntutan mereka".

Pada tanggal 2 Juli, kelompok penentang Morsi yang disebut sebagai Front Tamarod (pemberontak) berkampanye untuk mengorganisasi protes massa. ElBaradei diberi tugas untuk berbicara dengan Ikhwanul  Muslimin atas nama  Front Tamarod. Pernyataan Front mengatakan dia dipilih untuk menghindari fragmentasi di kalangan oposisi.

Calon Presiden

ElBaradei meninggalkan Mesir 30 tahun lalu dan bekerja untuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Dia kembali ke Kairo pada tahun 2010 setelah mengundurkan diri dari Asosiasi Tenaga Atom Internasional (IAEA). Kepulangannya disambut meriah dari para pendukungnya yang berharap dia akan membangkitkan politik Mesir dengan mencalonkan diri sebagai presiden.

Sehari setelah pensiun dari IAEA, ElBaradei mengatakan tentang keputusan memasuki politik dengan pencalonan pada pemilihan presiden 2011 yang diharapkan akan menjadi pemilu yang adil.

ElBaradei dihormati secara luas di Mesir dan dia menerima penghargaan tertinggi dari negara, Nil Shas, pada tahun 2006. Elbaradei dilahirkan pada tanggal 17 Juni 1942, di Kairo. Ayahnya seorang pengacara yang menjalankan kantor asosiai pengacara, sebuah kedudukan yang kadang-kadang bertentangan Presiden Gamal Abdel Nasser. Dia mengikuti jejak ayahnya, dan meraih gelar sarjana hukum di Universitas Kairo pada tahun 1962.

 "Ayah saya mengajarkan saya bahwa Anda harus berdiri dengan prinsip Anda. Dia adalah presiden asosiasi pengacara dan memberitakan kebebasan sipil dan hak asasi manusia selama beberapa tahun paling represif pada era Nasser. Saya pikir itu adalah pelajaran yang saya ingat dari dia ... Bahwa Anda berdiri untuk apa yang Anda percaya," kata ElBaradei.

Dua tahun setelah mendapat gelar sarjana hukum, ElBaradei bergabung dalam tugas diplomatik, dan ditugaskan di Jenewa dan New York, di mana ia menerima gelar doktor dalam hukum internasional dan kemudian mengajar. Dia mulai menulis, dan tahun-tahun di New York  adalah yang paling banyak membentuknya, dan membantu dia memperluas pandangan internasional.

Negosiator Perundingan Camp David

Sebagai asisten khusus pada Menteri Luar Negeri Mesir, ElBaradei bertugas di tim perunding Camp David yang merupakan pembicaraan perdamaian bersejarah. Perjanjian itu membuka jalan bagi hubungan diplomatik Mesir dengan Israel.

Karirnya di PBB dimulai pada tahun 1980. Dia pernah dikirim ke Irak setelah perang Teluk 1991 untuk membongkar program nuklir Saddam Hussein. Pada tahun 1997, dia terpilih sebagai kepala IAEA. Perannya membuat lembaga internasional ini berhadapan dengan pemerintah Amerika Serikat, pertama dalam kasus nuklir Irak dan kemudian Iran. Ketika AS mengklaim bahwa Irak membeli uranium di Afrika, ElBaradei menunjukkan bukti di depan Dewan Keamanan PBB bahwa hal itu tidak benar.

Meskipun dia membuat pemerintah Washington marah terkait klaim bahwa Saddam Hussein menyembunyikan program nuklir,  berlakangan terbukti bahwa dia benar ketika akhirnya tidak ditemukan senjata nuklir setelah invasi AS ke Irak tahun 2003.

Pada tahun 2005, ElBaradei dan IAEA dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian atas upaya mereka "mencegah energi nuklir digunakan untuk tujuan militer dan memastikan bahwa energi nuklir digunakan untuk tujuan damai, dan aalam cara yang seaman mungkin". (berbagai sumber)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home