Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 12:56 WIB | Rabu, 07 Oktober 2015

Program Duta Sragen Sejahtera

Ilustrasi keluarga berencana . (Foto:antarakalteng.com)

SRAGEN, SATUHARAPAN.COM – Indonesia tergolong ke dalam negara yang berkembang, dengan laju pertambahan penduduk yang pesat. Bahkan, angka kelahiran totalnya seperti tak bisa ditekan, apalagi diturunkan.

Menurut data statistik, Total Fertility Rate(TFR) atau Angka Fertilitas Total  nasional cenderung mengalami stagnasi atau kemandekan. Dari SDKI tahun 2002-2003, 2007, dan 2012, angkanya hanya stabil di 2,6 anak per wanita usia subur. Hal ini 'didukung' dengan peningkatan pemakaian alat kontrasepsi (contraceptive prevalence rate/CPR) yang hanya sebesar 0,5 persen.

"Masih tingginya angka putus pakai (drop out) kepesertaan KB, serta masih rendahnya penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang jadi penyebabnya," kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr Surya Chandra Surapaty, MPH, PhD  baru-baru ini di Sragen.

Maka dari itu, menurut dr Surya, upaya perbaikan yang bisa dilakukan saat ini adalah, meningkatkan komitmen pemerintah daerah dalam pelaksanaan program KB.

"Saya lihat masih tingginya angka kematian ibu di daerah, juga lebih disebabkan kepada kurangnya penyuluhan, baik di tingkat desa, maupun di kabupaten/kota. Boleh dikatakan bahwa program KB meredup, tidak seperti sebelum tahun 2000 yang pelaksanaannya sentralistik," katanya lagi.

Namun karena di era reformasi dan otonomi daerah, maka pelaksanaan program KB juga dikembalikan atau disesuaikan pada komitmen masing-masing kepala daerah.

"Tapi saya yakinkan, komitmen kami tidak berubah. Untuk itu kami minta sama-sama lah kita dari pusat sampai daerah, kembali menggaungkan ini, dua anak cukup bahagia sejahtera," katanya.

Target BKKBN sudah jelas terpapar dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, yaitu sasaran pembangunan kependudukan yang mengacu pada tiga aspek. Pertama, penurunan angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR) nasional, dari yang saat ini mencapai 2,6 anak per wanita usia subur menjadi tinggal 2,28 per wanita.

Kedua, peningkatan pemakaian alat kontrasepsi (contraceptive prevalence rate/CPR) dari 61,9 persen menjadi 66 persen, dan terakhir, menurunkan kebutuhan ber-KB yang tidak terlayani (unmeet need) dari 11,4 persen, secara nasional hingga tinggal 9,91 persen.

Namun dengan prestasi Sragen, yang mampu menurunkan angka TFR-nya hingga mencapai 2,25 anak per wanita, dr Surya menjadi optimis bahwa program KB dapat 'bersemi' kembali.

Sedangkan untuk Sragen sendiri, pencapaian ini bukanlah akhir dari perjuangan.  Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Tengah, Dra Condro Rini, MKes menerangkan, pihaknya justru bekerjasama dengan PT Bayer Indonesia untuk mewujudkan Duta KB Sragen Sejahtera.

Duta KB Sragen Sejahtera terdiri atas 10 penyuluh lapangan KB, dan 10 bidan yang telah melalui seleksi ketat selama beberapa tahun, dan dianggap memenuhi standar sebagai penyuluh kontrasepsi paling handal di Sragen pada khususnya.

"Sebenarnya program ini sudah berjalan lama, tapi tahun ini kita ingin menjadikan Sragen sebagai percontohan nasional," kata Rini.

Program Duta KB Sragen Sejahtera, rencananya akan dilangsungkan selama satu tahun. Dalam kurun satu tahun itu akan dilihat sejauh mana efektivitas Duta KB dalam meningkatkan awareness dan pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya kontrasepsi, khususnya di Sragen, untuk kemudian mungkin akan ditiru dan diterapkan di daerah lain. (bkkbn.go.id)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home