Prospek Cerah, Banyuwangi Kembangkan Buah Naga Organik
BANYUWANGI, SATUHARAPAN.COM – Pemkab Banyuwangi mendorong pengembangan buah naga organik karena permintaan produk-produk organik terus meningkat.
“Saat ini kian banyak masyarakat yang ingin mengonsumsi produk sehat dan bebas residu berbahaya. Jumlah peminatnya membesar, bahkan nantinya bisa menyalip permintaan komoditas biasa yang nonorganik. Kami juga menyiapkan outlet khusus produk organik di Bandara Banyuwangi,” kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat panen raya buah naga organik dari Kelompok Tani Pucangsari di Desa Tegalarum, Kecamatan Sempu Banyuwangi, Rabu (20/12/2017), seperti dilansir situs resmi banyuwangikab.go.id.
Anas mengatakan, Pemkab Banyuwangi memfasilitasi sekolah lapang kepada petani buah untuk menjalankan praktik agrikultur yang baik atau good agricultural practices (SL-GAP) dan good handling practices (SL-GHP). Dengan penanganan yang baik, buah naga organik bisa terjaga kualitasnya dengan rasa buah lebih manis dan tekstur lebih renyah.
“Nilai ekonomisnya pastinya lebih tinggi daripada yang tidak organik. Selisihnya bisa Rp4.000-5.000 di tiap kilogramnya, tentu lebih mahal yang nonorganik,” kata Anas yang mencicipi langsung buah naga yang baru saja dipanen.
Kepala Dinas Pertanian Banyuwangi Arief Setiawan mengatakan, luas panen buah naga di Banyuwangi 2.283 hektare dengan produksi 117.709 ton. “Banyuwangi adalah sentra buah naga nasional,” kata dia.
Arief menambahkan, untuk pengembangan buah naga organik, saat ini Kelompok Tani Pucangsari telah mendapatkan sertifikat organik PRIMA yang menjamin mutu dan keamanan pangan. “Banyuwangi juga mempunyai sejumlah komoditas organik yang telah tersertifikasi, terutama beras merah organik yang bahkan juga telah diekspor,” dia menjelaskan.
Ketua Kelompok Tani Pucangsari yang menggarap buah naga organik, Rukiyan, mengatakan, sejak awal penanaman pihaknya menerapkan cara yang memenuhi standar organik. “Dengan cara ini buah yang dihasilkan lebih tahan lama sampai 25 hari, sedangkan kalau nonorganik 7-10 hari sudah rusak,” ujar Rukiyan.
Dia mengatakan, dalam satu musim, dengan luas lahan 40 hektare, hasil panen buah naga organik kelompoknya sebanyak 1.600 ton dengan nilai ekonomis lebih tinggi. Bermodal Rp 40 juta, kelompok tani itu bisa memperoleh Rp 560 juta setiap musimnya sekitar sembilan bulan.
Rukiyan mengaku permintaanbuah naga organik cukup tinggi, bahkan dia belum bisa memenuhi semuanya.
“Kami mengirim buah naga organik ke berbagai kota dan luar negeri. Di antaranya ke Jakarta 40 ton per bulan, Malang 16 ton per bulan, Bali dan Bogor masing-masing 8 ton per bulan, ekspor ke Singapura 4 ton per bulan. Kami juga pasok jeruk dan jambu kristal organik,” tutur Rukiyan.
Kelompok Tani Pucangsari juga menggarap aspek hilir dengan mengembangkan produk olahan, seperti makanan ringan berbagan buah naga, keripik singkong, dan aneka minuman instan rempah.
Editor : Sotyati
Petugas KPK Sidak Rutan Gunakan Detektor Sinyal Ponsel
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggelar inspeksi mendadak di...