Loading...
DUNIA
Penulis: Bayu Probo 11:16 WIB | Senin, 09 September 2013

Purnawirawan AS Menentang Serangan Militer Terhadap Suriah

Demontrasi menentang serangan AS ke Suriah di depan Gedung Putih. (Foto: cctv.com)

WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM – Sejumlah besar warga Amerika Serikat (AS) berkumpul di Washington DC dan kota-kota AS lain pada Sabtu kemarin (7/9), memprotes rencana Presiden Barrack Obama melakukan serangan militer pada Suriah. Pada protes di Chicago, salah satu veteran perang di Afghanistan dan Irak, mengatakan bahwa dengan pengalamannya, alasan pemerintah AS meluncurkan serangan militer terhadap Suriah benar-benar didasarkan pada kebohongan.

Aleganaro Villatoro (31), bergabung dengan perang Irak pada 2003. Kemudian, ia dikirim ke medan perang Afghanistan pada 2011. Namun, ia secara bertahap menemukan bahwa alasan pemerintah AS untuk memulai perang adalah bualan belaka.

Aleganaro Villatoro, pensiunan militer AS, mengatakan, “Kami pergi ke sana mencari senjata pemusnah besar dan mencari link apa pun yang berkaitan dengan teroris. Dan, itu informasi palsu. Sebaliknya, kami menelusuri dari rumah ke rumah, menangkap orang tak bersalah dan menyebabkan lebih banyak kematian.”

Villatoro mengatakan ia menyaksikan terlalu banyak kematian dan kehancuran banyak kota. Sebelum perang, janji perdamaian dan kebangkitan ekonomi gagal dipenuhi. Dan, kerusakan yang disebabkan oleh perang itu bahkan lebih buruk. Para veteran dan sesama tentara juga menderita baik secara fisik dan psikologis dari perang. Villatoro bahkan telah mencoba bunuh diri.

Anggota kongres dari partai Republik, Kerry Bentivolio dari Michigan, Chris Gibson, dan Michael Grimm dari New York, dan Doug Collins dari Georgia menentang serangan udara terhadap pemerintah Suriah.

Dalam artikel untuk Detroit News, Bentivolio, veteran Perang Vietnam yang juga dikirim ke konflik Irak terbaru, melawan semua intervensi militer.

“Apa yang telah terjadi di Suriah adalah benar-benar tragedi kemanusiaan. Bangsa ini telah terkoyak oleh perang saudara. Puluhan ribu telah kehilangan nyawa mereka atau diusir dari rumah mereka. Tanpa ragu, Assad bukan teman kita,” katanya.

“Namun, itu juga telah membuat jelas bahwa mereka yang menentangnya memiliki hubungan langsung dengan al-Qaeda. Siapa pun yang memenangkan perang ini tidak akan berterima kasih kepada AS. "

Dia menambahkan bahwa ia tidak percaya keterlibatan Amerika adalah masalah keamanan nasional. Menurutnya, Presiden Barrack Obama belum lengkap menyelidiki kasus ini.

Grimm, seorang mantan marinir yang pernah bertugas di perang Irak telah merencanakan mendukung presiden. Namun, ia berubah pikiran dan menentang rencana serangan militer.

Ia telah kehilangan kepercayaan pada pemerintahan dan kemampuan mereka untuk melakukan ini dengan cara yang akan menguntungkan AS, kata Grimm.

“Apakah saya masih khawatir bahwa ini akan memengaruhi cara Iran memandang kami—musuh-musuh menganggap kita lemah dan peragu? Benar,” kata Grimm. “Namun, saya kira pandangan ini tidak mungkin diubah. Sebab, presiden sudah menunjukkan sikap lemah.”

Gibson, kolonel Angkatan Darat, empat kali bertempur di Irak, menyatakan sikap oposisinya terhadap keterlibatan AS di Suriah. “Seperti yang Anda tahu, presiden telah meminta Kongres untuk mengesahkan aksi militer terhadap Suriah,” katanya. “Saya sangat menentang ini. Dan, memilih menolak.”

“Ini adalah penilaian saya, sebagai veteran 29 tahun dari Angkatan Bersenjata kita. Intervensi militer akan membuat situasi lebih buruk dan membuat kita bertanggung jawab atas konflik itu.”

Collins, yang pergi ke Irak sebagai Pendeta militer di Angkatan Udara AS, mengatakan, “ia tidak berpikir Menteri Luar Negeri John Kerry, Menteri Pertahanan Chuck Hagel, dan Kepala Staf Gabungan Jenderal Martin Dempsey telah membawa kasus ini ke Komite Hubungan Luar Negeri DPR.

“Dalam beberapa hal, menurut saya, mereka bakal memberi lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Dan, saya pikir orang-orang Amerika akan melihat itu," katanya. (cctv.com/news.yahoo.com/newsmax.com).


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home