Loading...
MEDIA
Penulis: Dewasasri M Wardani 12:18 WIB | Kamis, 31 Maret 2016

Riset: Indonesia Skor Terendah dalam Keterampilan Digital

Ilustrasi: Dokumen foto anak-anak berselancar di Internet secara gratis di mobil keliling Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) di Solo, Jawa Tengah. (Foto: Antara/Herka Yanis Pangaribowo).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perusahaan jasa global Accenture mengeluarkan riset terbaru, yang menyatakan Indonesia memiliki skor terendah kedua, dari 26 negara dalam hal kemampuan mempersempit kesenjangan gender melalui keterampilan digital.

"Ketika tingkat kesenjangan antara laki-laki dan perempuan tinggi, maka tingkat kefasihan digital baik pria maupun perempuan akan turut menjadi rendah," kata Country Managing Director Accenture, Neneng Goenadi, dalam peluncuran survei "Getting to Equal: How Digital is Helping Close the Gender Gap at Work", di Jakarta, Rabu (30/3), seperti diberitakan Antara.

Lebih lanjut, ia mengatakan kefasihan digital perempuan dan laki-laki sangat rendah.

"Untuk perempuan paling rendah. Skor Indonesia hanya 10 dan berada di urutan ke-26," katanya lagi. Sedangkan untuk pendidikan, kata dia, perempuan tidak berkinerja baik dalam bidang pendidikan.

"Skor Indonesia 24 dan berada di urutan ke-25, urutan kedua terendah," kata Neneng lagi.

Dalam hal kerja, kata Neneng, perempuan tidak menyadari manfaat digital untuk mendukung pekerjaan, atau menyadari fleksibilitas yang diberikan, dengan skor Indonesia untuk kerja adalah 40 dan berada di urutan ke-21.

Terakhir, kata Neneng pula, terkait pengembangan diri, perempuan tidak menyadari manfaat digital untuk mendukung pengembangan karier menuju peran menjadi pemimpin.

"Skor Indonesia untuk pengembangan diri adalah 6 dan berada di urutan ke-25 atau dua terbawah," katanya.

Accenture melakukan survei pada Desember 2015 dan Januari 2016 dengan melibatkan lebih dari 4.900 perempuan dan laki-laki dari 31 negara, untuk menilai sejauh mana responden menggunakan teknologi digital dalam kehidupan pribadi mereka serta dalam pendidikan dan pekerjaan mereka.

Sampel termasuk perwakilan yang sama dari laki-laki dan perempuan pekerja, mewakili tiga generasi (Milenial, Gen x, dan Baby Boomers) di semua tingkatan tenaga kerja di perusahaan dari berbagai ukuran. Tingkat kesalahan atau "margin of error" untuk total sampel sekitar 1,4 persen.

Menurut survei yang dilakukan Accenture dengan Femina tersebut, seperti yang dikutip dari harian Kompas, pada Rabu (30/3) mengatakan, responden perempuan di Indonesia lebih tertarik belajar bahasa asing melalui tutorial gratis seperti memasak, bernyanyi dan hobi, untuk memanfaatkan teknologi.

Kepala Pusat Studi Wanita dan Perlindungan Anak Lembaga Penelitian Universitas Jakarta, Nurjannah, mengakui kemauan perempuan Indonesia untuk belajar masih kurang. Mereka masih sebatas pengguna di media sosial saja. “Perempuan masih sebatas mencari pendapatan dengan berjualan di media sosial. Namun, belum ada yang berpikir untuk menjadi pemilik media sosial itu”.

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home